Tagging
Tagging ialah pemberian tanda kepada tubuh ikan dengan membubuhkan benda asing. Benda yang digunakan ialah benda-benda yang tidak mudah berkarat seperti perak, alumunium, nikel, plastik, ebonit, selluloid, dan lain-lain. Pada tag ini dapat diberi tanggal, nomor seri atau kode lainnya yang dapat memberi keterangan atau pesanan kepada yang menemukan ikan yang mempunyai tag tersebut. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dibanding dengan marking sehingga memudahkan identifikasi individu yang telah diberi tag.
Bagian tubuh ikan yang biasa diberi tag ialah:
Bagian kepala :
– tulang rahang bawah
– tutup insang
Bagian tubuh :
– bagian depan sirip punggung
– bagian belakang sirip punggung
– bagian dalam tubuh
– bagian sirip lemak (adipose fin)
– batang ekor
Tujuan pemberian tanda pada ikan ialah untuk mengenal kembali ikan yang telah diberi tanda. Kegunaannya antara lain untuk mempelajari:
A. Parameter populasi
1. Kepadatan
2. Kecepatan mortalitas
3. Kecepatan eksploitasi
4. Kecepatan recruitmen
B. Kecepatan dan arah ruaya
C. Pertumbuhan dan penentuan umur
D. Tingkah laku
Beberapa pertimbangan dalam percobaan pemberian tanda pada ikan ialah:
1. Tujuan percobaan pemberian tanda
2. Lamanya percobaan
3. Cara pengembalian ikan bertanda
4. Macam dan jumlah ikan yang terlibat
5. Tenaga kerja yang tersedia untuk beri tanda
Berdasarkan pertimbangan di atas maka harus sampai kepada keputusan pemilihan apakah marking atau tagging yang akan digunakan dalam percobaan. Misalnya untuk studi parameter populasi dengan menggunakan marking akan lebih baik karena murah dan dapat dilakukan lebih cepat. Bila menggunakan tagging, akibat luka pada waktu pemberian tanda pengaruhnya lebih besar daripada dengan marking.
Selain dari itu akan lebih sukar daripada dengan marking.
Berhubung ikan yang tertangkap harus dilepaskan maka seyogianya alat penangkapan dalam percobaan ini harus merupakan alat sedemikian rupa sehingga ikan yang tertangkap itu tidak menyebabkan kematian seketika atau dalam waktu yang relatif tidak lama sesudah itu.
Beberapa alat yang biasa dipakai dalam percobaan ini antara lain:
1. "Electric shocker" akan menghasilkan ikan tangkapan dalam kondisi baik jika arus listrik yang dipakai tidak terlalu besar untuk membuat kejutan.
2. Bubu akan menghasilkan ikan dalam kondisi baik bila frekuensi pengangkatan bubu sering dilakukan.
3. Gillnet menghasilkan tangkapan ikan yang kurang baik karena akan merusak bagian tubuh ikan bahkan sering ditemukan ikan yang mati bergantungan pada faring.
4. Seine, hasilnya bervariasi mulai dari kehilangan pada ikan-ikan tertentu sampai rusaknya ikan berukuran kecil.
Ikan-ikan yang sudah tertangkap ditaruh dalam suatu kurungan ikan sebelum diberi tanda. Pengurung ikan ini bermacam-macam. Ada yang merupakan bak yang dapat ditaruh di tanah dan dapat dipindah-pindahkan. Ada yang merupakan kurungan terapung dalam air yang cukup besar volumenya agar ikan tidak terlalu berdesak-desakan. Semua tempat pengurungan ikan diberi lindungan atau ditempatkan di tempat aman agar ikan tidak terlalu banyak mendapat gangguan. Pada waktu akan memberi tanda pada ikan, adakalanya airnya itu diberi zat pembius seperti MS 222 untuk menghindarkan berontakan ikan agar ikan itu tida luka atau orang pemberi tanda tidak tertusuk duri sirip. Ikan yang terkena bius lebih mudah diperlakukan untuk diberi tanda. Kekurangan dalam menggunakan zat pembius ini ialah, apabila pemberian tanda telah selesai ada kemungkinan ikan tersebut masih belum siuman dan belum kembali seperti keadaan sebelum ditangkap. Jadi dalam pemberian zat pembius ini harus tepat dosisnya. Kalau berlebihan dapat mematikan ikan tersebut. Oleh karena itu, kalau dapat diusahakan jangan menggunakan zat pembius kecuali kalau dianggap sangat penting sekali. Sebab dalam hal ini harus diusahakan agar ikan itu kalaupun mendapat gangguan ("stress") harus yang seminimal mungkin.
Disebabkan banyak persoalan yang timbul sehubungan dengan pemberian tanda yang cocok, maka pemberian tanda pada ikan itu harus memenuhi hal-hal seperti berikut:
1. Tanda tidak berubah selama ikan itu hidup.
2. Tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga mudah ditangkap oleh pemangsa.
3. Tidak menyebabkan mudah tersangkut pada ganggang atau tanaman lainnya.
4. Tanda itu murah dan mudah diperoleh.
5. Tepat untuk tiap ukuran ikan dengan penyesuaian yang sesedikit mungkin.
6. Mudah diterapkan pada ikan tanpa menggunakan zat pembius dan gangguan "stress" diusahakan sekecil mungkin.
7. Cukup banyak variasi untuk membedakan kelompok ikan yang kecil perbedaannya.
8. Tidak menyebabkan kesehatan ikan terganggu.
9. Tidak berbahaya atau menyebabkan bahaya pada ikan sebagai ikan pangan.
10. Tanda ikan mudah dikenal oleh orang yang tidak mendapat latihan sekalipun.
Bila program untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan tanda pada ikan diperlukan koordinasi diantara yang berkecimpung dalam bidang perikanan, rencana yang baik dan mendetail mengenai pengembalian tanda, personil yang cukup untuk pemberian tanda dan untuk mengenai kembali tanda pada ikan yang disertai dengan laporan yang cermat.
Program ini, disebarluaskan melalui iklan di TV, radio, surat kabar, penerangan-penerangan kelompok pada masyarakat, dan lain-lain. Diusahakan agar para nelayan yang membantu menemukan kembali tanda yang terdapat pada ikan tetap bergairah. Sebab biasaya dalam waktu satu atau dua tahun nelayan atau masyarakat masih bergairah membantu tetapi pada tahun berikutnya sudah kurang berkooperasi lagi. Oleh karena itu sudah wajar apabila orang yang mengembalikan tanda pada ikan itu mendapat hadiah yang menarik. Jadi keterangan yang tertera pada tanda ikan itu harus informatif dan instruksi yang jelas untuk megembalikan tanda. Tanda pada ikan itu dapat diserahkan ke tempat di mana saja yang telah ditentukan dan akan ditukar dengan hadiah yang telah dijanjikan secara tunai. Namun harus diperhatikan bahwa apabila tanda yang dikembalikan terlalu cepat, akan kurang mempunyai arti sejarahnya baik dalam aktifitas ruaya, pertumbuhan dan sebagainya.
Sumber : M. Ichsan Effendie, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar