Rabu, 30 Juli 2008

Penyakit Parasiter (Ciliata)

A.2. CILIATA

Parasit tersebut bisasanya bergerak dengan menggunakan bulu-bulu getar (cilia). Parasit tersebut biasanya menginfeksi kulit, sirip dan insang ikan. Adapun beberapa penyakit yang diakibatkan oleh ciliate antara lain adalah

1. lchthyophthiriasis
Penyebabnya adalah lchthyophthirius multifiliis. Penyakit ini sering disebut dengan penyakit bintik butih sesuai dengan gejala klinis yang ditimbulkannya. Jenis ikan yang dapat terinfeksi oleh penyakit ini adalah hampir semua jenis ikan air tawar. termasuk ikan hias. Ukuran ikan yang banyak terinfeksi adalah ikan benih atau kalau pada ikan Mas ukuran dewasapun akan dapat terinfeksi. Gejala klinisnya mudah diamati yaitu dengan adanya bintik-bintik putih pada bagian tubuh yang terinfeksi. ikan yang terinfeksi menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar/dinding wadah budidaya.

Ikan terlihat megap-megap terutama apabila parasit tersebut menginfeksi insang. Pada keadaan demikian biasanya kematian ikan akan tingggi, karena ikan mengalami gangguan penyerapan oksigen akibat dari terinfeksinya insang ikan tersebut.

Pencegahan penyakit ini yaitu antara lain
- Penggunaan air yang kualitasnya balk
- Peralatan yang digunakan hendaknya didesinfeksi terlebih dahulu
- Pertahankan suhu air pada level 28°C.

Pengobatan ikan yang terinfeksi dapat dilakukan dengan cara: merendam ikan yang terinfeksi dengan campuran formalin 25 ppm selama 24 jam. Memindah ikan ke air dengan suhu 28°C akan membantu merontokkan parasit tersebut.

Tricodiniasis
Penyebabnyua adalah : Trichodina sp dan Trichodinella sp. Trichodina sp. menginfeksi kulit dan sirip insang, sedangkan Trichodinella sp. Menginfeksi insang ikan. Namun pada keadaan


infeksi berat maka Trichodina pun dapat kita jumpai menginfeksi insang. Parasit ini menginfeksi hampir semua jenis ikan baik ikan air tawar maupun ikan laut, terutama pada stadium benih. Gejala klinis ikan yang terinfeksi adalah ikan lemah, warna tubuh tidak cerah/ kusam dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada bagian dinding atau dasar kolam. Kualitas air yang kurang baik terutama kandungan oksigen yang rendah, kepadatan ikan yang terlalu tinggi akan mendukung timbulnya penyakit tersebut.

Penularan penyakit ini bisa melalui air atau kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara perbaikan mutua air, serta mengurangi kepadatan ikan. Pengobatan bagi ikan yang terinfeksi dapat dilakukan dengan merendam ikan tersebut pada larutan formali 40 ppm selama 12-24 jam.

3. Tetrahymena sp.
Penyakit ini terutama pada ikan hias dan ikan lele pada awal stadium kehidupannya (benih), dan merupakan parasit fakultatif hanya terdapat pada air tawar. Terdapat pada kulit dan sirip tapi kadang-kadang ditemukan padainsang. Gejala klinis yang dapat diamati yaitu warna ikan agak kusam, gerakan ikan lamban, dan kalau parasit ini menginfeksi insang maka ikan akan kelihatan megap-megap. Kondisi yang memicu infeksi parasit ini adalah kualitas air yang buruk, serta kepadatan ikan yang terlalu tinggi.

Pencegahan : perbaikan kualitas air dan lingkungan serta mengurangkan kepadatan ikan. Obat yang dapat digunakan untuk mengobati ikan yang terinfeksi adalah sama dengan yang digunakan untuk mengobati penyakit Ichthyophthiriasis.


4. Epistylis spp.
Parasit ini merupakan parasit yang umum terdapat di Asia Tenggara. Ikan yang terinfeksi terutama ikan air tawar seperti ikan lele-lelean, ikan mas, gurame, ikan tawes dan umumnya banyak ditemukan pada ikan hias air tawar. Gejala klinis : ikan kurus, makan terlihat mengap­-megap terlebih apabila parasit tersebut menginfeksi tutup insang. Bisa menimbulkan kematian masal di panti benih apabila diperburuk oleh kondisi lingkungan, terjadi terutama pada ikan benih. Pencegahan: perbaikan kualitas air, menjaga kebersihan wadah budidaya dan mengurangkan kepadatan.

Pengobatan bagi ikan yang terinfeksi antara lain dapat menggunakan obat yang biasanya digunakan untuk pemberantasan penyakit akibat infeksi Ichthyophthirius multifiliis.

5. Oodinium sp.
Parasit ini memiliki bangunan khas yaitu berupa tonjolan cytoplasam yang menyerupai akar, yang berfungsi sebagai alat penempel. Cytoplasmanya kelihatan seperti busa yang dilengkapi dengan partikei kecil (granul). Intinya berbentuk oval atau sperical. Pada stadium ini parasit tersebut tidak memiliki banyak flagela dan tidak berenang. Parasit ini terutama menginfeksi ikan hias air tawar dan ikan air tawar lainnya. Sedangkan yang terdapat pada ikan air laut adalah Amyloodinium sp.

Dapat mematikan ikan dalam jangka waktu yang
singkat tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas. Parasit bisa menginfeksi kulit, sirip, insang, rongga mulut dan bahkan mata. Gejala klinis antara lain : pendarahan pada kulit ikan berwarna kusam oleh karena itu maka penyakit ini terkenal dengan Hama "velvet disease". Apabila parasit ini menginfeksi insang maka ikan akan kelihatan megap-megap.

Pencegahan : mengontrol pemasukan air yaitu antara lain dengan penggunaan filter, serta melaksanakan tindak karantina bagi ikan yang baru datang selama minimal 14 hari. Pemberantasan parasit ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan ikan yang terinfeksi pada suhu 24-27°C dalam keadaan agak gelap. NaCI dengan dosis 30.000 ppm dengan cara perendaman selama 5-15 menit dapat memberantas parasit tersebut. Acriflavin padakonsentrasi 0.2-0.4 ppm untuk perendaman jangka lama. Untuk Amyloodinium sp pemberantasan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan dalam air tawar.


6. Chilodonella spp.

Chilodonella spp. Telah banyak dilaporkan dari Malaysia, Pilippina dan Indonesia. Menginfeksi ikan air tawar terutama ikan lele-lelean, gurame dan menginfeksi 50 jenis ikan hias. Parasit ini menginfeksi kulit, sirip dan insang ikan dan kadang-kadang dalam jumlah yang banyak. Faktor yang mendukung infeksi parasit ini adalah temperatur yang rendah yang dibantu dengan kurang bagusnya kondisi ikan. Parasit ini menempel pada tubuh inang dengan bantuan bulu getar (cilia) yang berada pada tubuh bagian ventral.

Sedangkan pergerakannya didukung oleh adanya sederetan bulu getar pada tubuhnya. Gejala klinis : ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala gerakan yang iritatif, meloncat kepermukaan air, tidak bereaksi atas stimulus rengsangan dan akhirnya ikan akan lemah. Ikan diselimuti lendir yang berwarna biru keabu-abuan.

Apabila menginfeksi insang maka insang mengalami hyperplasia, sehingga ikan akan terlihat megap-megap. Pencegahan: menjaga kondisi/kualitas air sepaya tetap baik, meminimalisir kandungan bahan organik, dan mengurangkan kepadatan ikan. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan obat yang biasa digunakan untuk Ichthyophthirius multifiliis.

Selasa, 29 Juli 2008

MACAM-MACAM PENYAKIT PARASITER ( PROTOZOA )

II. MACAM MACAM PENYAKIT PARASITER




A.PROTOZOA


A.1. Sporozoa
Parasit dari golongan ini fase infektifnya berupa spora dan berada dalam tubuh ikan dengan jalan membentuk kista (cyste) yang biasanya dilapisi dengan jaringan pengikat. Biasanya parasit tersebut menginfeksi tubuh ikan bagian luar seperti kulit, sirip, tapi juga dapat menginfeksi insang. Beberapa ada yang menginfeksi organ dalam seperti otak dan usus. Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh parasit golongan ini antara lain adalah:


1. Coccidiasis
Penyebabnya adalah Gousia spp. Penyakit ini menginfeksi usus ikan ikan mas dan lele Dumbo. Infeksinya dipacu oleh kualitas air yang mutunya menurun. Diagnosa penyakit ini bisa dilakukan berdasar pada karakter bentuk dengan menggunakan mikroskop.

- Pencegahan : Manajemen kolam yang baik seperti pengeringan dan pengapuran kolam
secara regular.
- Pengobatan : Belum diketahui obat yang effektif untuk pengobatan penyakit ini.

http://hobiikan.netne.net/

2. Myxosporeasis
Penyebab penyakit : Myxobolus spp, Myxosoma spp, Henneguya spp dan Thelohanellus spp. Keempat parasit tersebut termasuk pads kelompok myxosporea.


- Myxobolus spp. Menginfeksi ikan mas pada ukuran kecil (stadium muds/benih). Organ yang terinfeksi adalah insang. Parasit ini membentuk kista (cyste) pads lembar-lembar insang ikan, sehingga akan menghalangi proses penyerapan zat asam . Akibatnya ikan akan mengalami kekurangan zat asam. Kematian yang diakibatkannya cukup tinggi yaitu bisa mencapai 90%.


- Myxosoma spp. Menginfeksi organ dalam ikan benih contohnya Myxosoma cerebralis menginfeksi bagian otak ikan salmon. Parasit ini dapat menimbulkan gangguan pada alat keseimbangan, sehingga ikan yang terinfeksi akan menunjukkan gejala berenang dengan gerakan tidak terkontrol seperti ayan.


- Henneguya spp. menginfeksi kutit dan sirip tapi terkadang juga menginfeksi insang ikan benih umumnya ikan gurame dan betutu. Kistanya lebih kecil apabila dibandingkan dengan

kista Myxobolus terdapat pads lembar-lembar insang. Virulensinya juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan Myxobolus.


Thelohanellus spp. menginfeksi bagian insang, kulit clan sirip terutama ikan tawes pada umur benih sekitar satu bulan, kadang ditemukan menginfeksi Binding usus. Faktor yang mendukung terjadinya infeksi keempat jenis parasit tersebut adalah kualitas air yang kurang bagus terutama kandungan bahan organik yang tinggi dalam kolam tersebut. Parasit-parasit tersebut dapat ditularkan dengan melalui air.

Diagnosa penyakit: bisa berdasar pada gejala klinis yang ada dan kemudian dilanjutkan dengan pengamatan karakter bentuk dari spora.
Pencegahan penyakit: Perbaikan kualitas air dengan penggunaan bak-bak pengendapan, penggunaan filter, serta pengeringan dan pengapuran kolam. Belum ada obat yang dapat digunakan untuk mengobati ikan yang terinfeksi oleh penyakit tersebut.

Senin, 28 Juli 2008

Trichodina

Trichodina sp

Deskripsi Umum :
Bentuk seperti piring terbang/topi
Bercilia (sebagai alat gerak)

Tanda Penyakit:
Infeksi berat : kurus, megap-megap menggantung (benih),
Lemah, kusam, menggosok-gosokkan tubuh, sirip kuncup,
menyendiri, nafsu makan merosot,
Serangan pada permukaan Tubuh dan insang,
Kumis keriting pada lele

http://hobiikan.netne.net/

BINTIK PUTIH, WHITE SPOT (Ichthyophthirius multifiliis, SP)

BINTIK PUTIH

WHITE SPOT
Ichthyophthirius multifiliis, SP

Deskripsi Umum:
Bentuk bulat dan bercilia (alat gerak)
Menginfeksi permukaan tubuh (antara epidemis dan dermis) serta insang

Ciri khas: macronucleus yang berbentuk tapal kuda

Tanda Penyakit: Bintik putih (white spot)
Kulit teriritasi, ikan melompat-lompat ke permukaan
Terutama pada jenis ikan tidak bersisik

Sabtu, 26 Juli 2008

Dwarf neon rain bow fish


Dwarf neon rain bow fish (Melanotaenia praecox weber) Rainbow Praecox

Ikan hias Barbus dengan garis hitam vertikal


Five banded barb (Barbus pentazona) Barbus

Cupang


Foto Ikan Cupang, Betta

Oskar hitam, ikan hias carnivora pemakan daging


Oscar (Astonotus ocellatus, cuvier) Oskar

Memijahkan Ikan Mas

Pemijahan di Kolam

Untuk keberhasilan pemijahan ikan mas ini, ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi sesuai dengan kebiasaan berkembang biaknya. Ikan mas menghendaki air yang selalu barn untuk merangsang pemijahannya. Selain itu, harus selalu disediakan alat penempel telur setiap kali memijahkannya karena sifat telur ikan mas yang menempel.



1. Konstruksi kolam

Kolam harus dibuat agar sirkulasi air dapat berjalan dengan lancar. Amara pintu air pemasukan dan pengeluaran terletak di sudut kolam berseberangan sehingga memungkinkan pergantian air pada seluruh bagian. Pintu pemasukan air harus selalu terletak di atas permukaan air tertinggi di kolam pemijahan itu sehingga pemasukan air mengocor. Hal ini bertujuan agar terjadi penambahan kandungan oksigen dalam air secara difusi. Sementara pintu pengeluaran air harus dibuat dengan sistem monik ataupun sifon yang memungkinkan air bagian bawah yang berkualitas kurang baik bersama kotoran-kotoran dapat terhanyut seluruhnya.

Fungsi kolam pemijahan ikan mas ini hanya sebagai tempat mem­pertemukan induk jantan betina sehingga dapat dibuat dengan ukuran yang kecil, misalnya 3 m x 10 m atau 6 m x 10 m. Kolam pemijahan ini harus dibuat pada tanah yang keras, tetapi bukan merupakan cadas hidup. Hal ini untuk menghindari pengikisan pematang oleh aliran air dan teraduknya Lumpur dasar bila kolam terisi air nantinya.

Dengan adanyalumpur yang melekat pada alat penempel telur, akan mengganggu daya tetas telur ikan tersebut karena lumpur akan menutupi dan menghambat pernapasan telur ikan tersebut.

Dasar kolam yang terdiri dari tanah lunak yang cukup tebal akan menyebabkan pengeluaran air terganggu bila digali terlalu dalam karena dasar kolam lebih rendah dibandingkan pintu pengeluaran air. Dasar kolam ini dapat dilapisi dengan kerikil yang agak tebal. Dengan kolam yang tidak berlumpur, diharapkan pengeringan kolam dapat berjalan dengan lancar sehingga kegiatan pemijahan ikan mas ini tidak terhambat. Manipulasi lingkungan seperti pengeringan biasanya dilakukan setiap akan melakukan pemijahan.

Bila kolam sudah memenuhi syarat, usahakan kolam pemijahan selalu mendapatkan air segar pertama kali atau belum digunakan oleh kolam lain. Kolam ini harus terletak di bagian atas dari unit kolam yang ada. Tentunya hal ini harus direncanakan sejak perencanaan pembuatan kolam pertama kali. Bila air yang masuk ke dalam unit perkolaman tersebut cukup banyak mengandung lumpur maka harus dibuat kolam pengen­dapan dan sekaligus dengan bak saringan atau filter.

2. Persiapan kolam

Sebelum pemijahan, biasanya kolam dikeringkan dan dijemur selama 2-3 hari bila panasnya terik. Namun, bila matahari sering tertutup awan, lamanya penjemuran kolam ini harus ditambahkan hingga 5-7 hari.

Penjemuran kolam untuk ikan mas mutlak dilakukan. Dengan cara ini, akan timbul bau ampo atau sangit sehingga begitu dialirkan air baru, ikan terangsang untuk memijah. Bagaimana bila kolam tersebut tidak bisa kering? Musim hujan, misalnya, apakah mungkin diharapkan keber­hasilan pemijahan ikan ini? Namun, masalah ini akan menjadi sederhana bila mau belajar dari alam. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengeringan dan penjemuran kolam ini. Pertama dengan melakukan pembakaran merang padi atau daun pisang kering yang asapnya diusahakan masuk ke dasar kolam maupun pematang. Semakin banyak daun pisang atau padi yang dibakar, akan semakin menjamin keberhasilan usaha penipuan terhadap ikan mas.

Cara kedua dengan melapisi dasar kolam yang tidak kering ini dengan tanah yang berasal dari kolong rumah. Cara ini tentunya dapat dilaksanakan pada daerah-daerah yang masyarakatnya mempunyai rumah panggung. Tanah dari kolong rumah ini dipindahkan ke kolam pemijahan. Dengan kedua cara tersebut dapatlah kiranya dijadikan jalan keluar bila akan memijahkan ikan pada saat matahari sukar terlihat.

Setelah kolam dijemur, air dimasukkan ke dalam kolam dengan terlebih dahulu melewati saringan yang dipasang pada pintu pemasukan. Pintu pengeluaran (monik dan sifon) diatur sedemikian rupa sehingga tinggi air konstan, 75 cm di pintu pengeluaran air. Kemudian, kakaban dipasang di atas sebatang bambu yang utuh agar dapat terapung. Kakaban ini terbuat dari ijuk yang harus direntang sedemikian rupa sehingga lebarnya 40 cm. Panjang kakaban ini biasanya berkisar 1,5-2 m. Kakaban dijepit dan dipaku pada bilah bambu. Kakaban yang disusun di atas bambu utuh ini kemudian dijepit lagi dengan bambu belch agar tidak berantakan bila ikan mas memijah.


3. Pemijahan

Setelah kolam pemijahan siap, induk ikan yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam kolam pemijahan pada pukul 10.00. Beberapa petani memasukkan induk Setelah kolam dipasang kakaban. Namun, tidak jarang pemasangan kakaban ini dilakukan sesudah induk dimasukkan.
Induk jantan dapat siap setiap scat, sedangkan induk betina mem­butuhkan waktu kurang lebih tiga bulan sebelum siap dipakai lagi. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang sering dilaksanakan biasanya perbandingan berat 1 : 1.

Oleh karena matang kelamin induk jantan lebih cepat dibandingkan induk betina, biasanya untuk seekor induk betina dibutuhkan beberapa ekor induk jantan. Bila jumlah induk jantan ini tidak sesuai dengan induk betina, dikhawatirkan banyak telur yang tidak terbuahi karena kekurangan sperma. Oleh karenanya, bila induk betina yang akan dipijahkan seberat 3 kg, harus diimbangi dengan jantan seberat 3 kg juga meskipun mungkin jumlahnya 3-4 ekor.
Untuk menjaga agar telur tidak banyak yang ter atuh, kakaban yang dipasang haruslah cukup.

Sebagai standar, digunakan 5-8 kakaban yang masih bagus untuk setiap kg induk betina. Jumlah itu akan membengkak menjadi 10-15 kakaban bila kakabannya rusak. Oleh karena itu, untuk 5 kg induk betina yang dipijahkan, harus disediakan kakaban terpasang sebanyak 25-40 buah.
Bila persiapan telah dilakukan dengan matang dan pergantian air berjalan dengan normal maka pada pukul 24-00 biasanya induk ikan mas ini mulai memijah. Biasanya, tanda-tanda pemijahan sudah terjadi sekitar pukul 20.00-22.00 yaitu adanya aktivitas ikan jantan yang mengejar‑ngejar induk betina.

Sesekali akan terdengar suara berkecipak karena induk betina ini menyembul ke permukaan air. Induk betina yang dikejar­kejar biasanya akan lebih sering melewati air di bawah kakaban, terkadang malah menyembul dari bawah kakaban.
Setelah puas berkejar-kejaran, induk betina ini akan mengeluarkan telur-telurnya di bawah kakaban. Telur tersebut langsung disemprot dengan sperma induk jantan. Induk tersebut melakukan penijahan tetap dalam posisi berkejar-kejaran.


Telur-telur akan dengan mudah terlihat menempel di kakaban karena warna telur ini kuning cerah. Ada telur yang menggerombol dalam kakaban tersebut, ada pula yang merata, tidak bertumpuk. Bila kakaban telah terisi penuh oleh telur, sedangkan ikan-ikan tersebut masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti sebaiknya kakaban diangkat dan diganti dengan yang barn. Setelah selesai memijah, ikan harus cepat diangkat untuk dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk karena sering kali induk akan memakan telur-telurnya sendiri.


E. Penetasan Telur

Telur-telur kemudian ditetaskan dalam hapa, yaitu kantong berbentuk balok dengan ukuran 1 M X 1 M X 2 m yang terbuat dari kain trilin. Hapa ini direntangkan dalam kolam pemijahan atau kolam lain dengan patok bambu pada bagian tengah dan menempel pematang di bagian pinggirnya.

Banyaknya hapa disesuaikan dengan jumlah kakaban yang ada telurnya. Kakaban tersebut diatur di atas bambu batangan sepanjang 2 m. Di atas kakaban dipasang bambu belah yang berada di kiri-kanan bambu pertama yang dipasang di bawah kakaban. Kemudian, di atas bambu belah ini ditempatkan gedebok pisang untuk menenggelamkan kakaban lebih kurang 10 cm.

Pada saat penetasan telur, aliran air dijaga tetap stabil dan jangan sampai berhenti karena telur-telur tersebut membutuhkan air yang kaya oksigen dan stabil suhunya. Setelah 2 hari, telur akan mulai menetas. Penetasan biasanya tidak berlangsung sekaligus tetapi bertahap, sesuai dengan pengeluaran telurnya.

Larva ikan yang barn menetas belum membutuhkan pakan tambahan dari luar karena masih menyimpan pakan dalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk sack). Selama memakan kuning telurnya, alat-alat pencernaan benih muda ini akan terbentuk sempurna sehingga siap menerima pakan dari luar. Namun, bukan berarti benih ini dapat diberi pakan sembarangan. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, pakan yang paling cocok bagi benih yang telah habis kuning telurnya adalah plankton yang diperoleh dengan pemupukan dasar kolam.


F. Pendederan

Setelah 5 hari atau paling lambat seminggu semenjak telur menetas, benih ikan ini harus dipindahkan ke kolam pendederan. Pemindahan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum memindahkan benih, kakaban yang yang sudah tidak ada telurnya ini diangkat dengan terlebih dahulu menggerakkan secara naik-turun di dalam air agar tidak ada benih yang terbawa.

Kemudian, salah satu sisi hapa yang terpendek dilipat perlahan­lahan sehingga ruangnya menyempit. Setelah dirasa cukup, benih-benih yang terkumul tersebut diciduk dengan mempergunakan gelas yang bersih. Pencidukan ini dilakukan mengikutsertakan sebagian airnya untuk menghindari stres pada benih-benih yang masih lemah. Untuk memindahkannya, dapat menggunakan ember plastik atau baskom yang permukaannya lebar.


Pemindahan ini harus dilakukan pada saat suhu air masih rendah, yaitu pagi hari atau sore hari. Pemasukan benih dengan cara memasukkan ember plastik atau baskom tersebut ke dalam air kolam, lalu secara perlahan digulingkan agar airnya bercampur dan benihnya akan keluar dengan sukarela.
Kolam yang digunakan untuk mendederkan benih ikan mas ini harus dipersiapkan bersamaan dengan kegiatan pemijahan ikan mas. Tujuannya agar pada waktu memindahkan benih, kolam tersebut sudah siap.

Persiapan yang perlu dilakukan adalah pengeringan dasar kolam untuk memperbaiki kualitas kolam dan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami ikan.
Pemupukan cukup dengan menggunakan pupuk organik (kotoran ayam) dengan dosis 1kg/m2 . Bila ada tempat-tempat yang becek yang tidak dapat kering, dapat digunakan kapur tohor untuk mematikan bibit ikan bugs dan penyakit yang ada. Banyaknya kapur yang digunakan tergantung kebutuhan, yaitu disesuaikan dengan luas tanah yang tidak dapat kering. Setelah pemupukan, air dimasukkan ke dalam kolam.

Seminggu kemudian kolam tersebut sudah siap digunakan. Namun, tidak jarang benih ikan yang tidak dikehendaki sudah duluan masuk ke dalam kolam pendederan sehingga pintu pemasukan harus dipasang saringan yang halus. Akan lebih baik, bila air dapat melewati bak filter sehingga lebih terjamin kebersihannya.

Air kolam pendederan pertama ini sebaiknya setinggi 40 cm di bagian tengah (rata-rata) karena benih yang masih lemah tidak kuat berada pada dasar kolam yang dalam. Kolam pendederan ikan mas setiap, harinya harus dimasukkan air secukupnya untuk menjaga agar kualitas air tetap baik, terutama kandungan oksigen mencukupi untuk perkembangan benih-benih ikan tersebut. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air harus dipasang dari kasa nyamuk atau bahan lainnya untuk menjaga benih-benih ikan mas ini ke luar.

Pendederan pertama biasanya selama satu bulan karena kolam sudah kurang mampu lagi menyediakan pakan alami ikan mas. Oleh karena itu, benih-benih ikan ini harus dipindahkan ke kolam lain yang tersedia pakan alaminya. Namun sebenarnya, gejala kekurangan plankton di kolam pendederan ini sudah mulai sejak lo benih ditebarkan di kolam. Kekurangan pakan ini masih dapat ditanggulangi dengan pemberian pakan tambahan seperti dedak, tepung kedelai, dan lain sebagainya.

Setelah sebulan maka benih-benih harus dipenen untuk dapatdipindahkan ke kolam lain yang telah dipersiapkan dengan pengeringandan pemupukan. Pemanenan ini dilakukan juga dengan maksud untuk mengetahui jumlah benih yang yang dihasilkan oleh induk yang dipijahkan.

Pendederan kedua dilakukan dengan penebaran ikan yang berukuran 2-3 cm ke dalam kolam yang telah dipersiapkan dengan kepadatan setiap meter per seginya antara 4-6 ekor. Bila lugs kolam yang digunakan sebagai tempat pendederan kedua ini 600 m2 maka benih yang dapat ditebarkan antara 2.400-3.600 ekor benih. Pakan tambahan yang diberikan biasanya dedak halus yang berasal dari penggilingan padi atau dapat pula dicampurkan dengan tepung ikan. Lamanya pendederan kedua ini pun sebaiknya tidak lebih dari satu bulan karena bila lebih, kolam tidal; dapat menyediakan pakan alami secara optimal dan efisien.

Selain itu, pendederan kedua juga untuk memotong sikus hama dan penyakit dari jasad-jasad pengganggu di kolam yang biasanya tumbuh dan berkembang bersamaan dengan perkembangan benih ikan mas yang dipelihara.

Benih yang dihasilkan ini pun masih harus didederkan kembali untuk mendapatkan benih yang berukuran 5-8 cm. Semakin bertambah besar, kepadatan penebaran pun harus dikurangi. Oleh karena itu, pendederan ketiga dapat dilakukan dengan kepadatan yang relatif kecil, yaitu antara 3-4 ekor benih/m2. Bila pada pendederan kedua dalam kolam seluas 600 m2 dapat ditebarkan benih yang berukuran 2-3 cm sebanyak 2.400-3.600 ekor maka untuk pendederan ketiga ini jumlahnya dikurangi menjadi 1.800-2.400 ekor. Persiapan kolam dan perawatannya
masih sama dengan pendederan terlebih dahulu. Pemasukan air pun masih diperlukan selama masa pemeliharaan. Hal tersebut untuk menjaga kualitas air (kadar oksigen terlarut) tetap tinggi sehingga diharapkan benih akan tumbuh seperti yang diharapkan.


G. Pembesaran

Benih hasil pendederan ketiga ini (berukuran 5-8 cm) barn bisa dinikmati sebagai ikan konsumsi (lank) setelah terlebih dulu disebarkan dalam kolam pembesaran selama lebih kurang 4-6 bulan.
Persiapan Wara dapat dilakukan seperti persiapan kolam untuk pendederan. Pematang kolam harus diperkokoh lagi dengan menaikkan sebagian tanah bagian pinggir kolam pada sisi dalam pematang. Hal ini penting untuk dilakukan karena ikan suka mengaduk-aduk dasar kolam, khususnya pematang dasar.

Tentu saja dengan memperkuat pematang kolam, akan dapat mengurangi kehilangan ikan ini nantinya karena kebocoran dapat dengan mudah dicegah.
Tinggi permukaan air untuk pendederan sekitar 40-50 cm, sedang­kan untuk pembesaran dapat dipertinggi hingga mencapai 6o-8o cm atau disesuaikan dengan daya tahan ikan terhadap tekanan air. Ikan yang lebih besar tentunya akan dapat lebih tahan terdapat tekanan air dibandingkan dengan benih ikan yang masih kecil.

Oleh karena itu, dengan kedalaman air 60-8o cm, ikan yang agak besar ini dapat dengan mudah mencapai dasar kolam untuk mengambil pakannya.
Penambahan pakan tambahan yang kandungan proteinnya tinggi dapat berpengaruh besar terhadap, pertumbuhan badannya. Pada proses pembesaran ini biasanya diberikan pakan tambahan yang berupa pelet yang kadar proteinnya sekitar 40%. Pakan diberikan berkisar 3-5% dari berat badan seluruh ikan yang ditebarkan. Pakan diberikan pada waktu pagi dan sore hari di tempat yang sama. Dengan pemberian pakan secara teratur, diharapkan kehilangan pakan tambahan dapat dihindarkan sekecil mungkin.

Setelah 4-6 bulan, dari benih yang berukuran 5-8 cm akan dapat dipanen ikan mas yang berukuran 40-60, g/ekor. Ikan -ikan yang berukuran sebesar An biasanya cukup untuk dijadikan teman nasi yang nikmat, tanpa harus memotong-motongnya.


Memilih Induk ikan mas



Memilih Induk

Induk-induk yang sudah baik dan matang kelamin merupakan salah satu syarat mutlak di antara 4 syarat bagi keberhasilan pembenihan ikan
mas ini. Oleh karena itu, sebelum membahas teknik pembenihan dan pemeliharaan ikan mas di kolam, alangkah baiknya bila mengetahui terlebih dahulu induk-induk yang memenuhi syarat dan bagus untuk dipijahkan.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk memastikan baik buruknya seekor ikan mas dijadikan induk, yaitu sebagai berikut.










Untuk mengetahui induk-induk yang telah siap dikawinkan dari sekumpulan induk yang telah terpilih, dapat melihat tanda-tanda dari perubahan tubuhnya maupun dengan rabaan. Induk betina yang telah siap kawinkan ditandai dengan perutnya yang membengkak dari muka ke arah belakang, mulai bagian atas lubang urogenital. Sementara induk jantan yang sudah siap dikawinkan bila sudah mencapai umurnya. Induk jantan selalu siap untuk dikawinkan. Artinya, kapan saja dan dimana saja diperlukan ikan jantan ini akan selalu siap dijadikan pasangan yang ideal. Namun, untuk memastikan dan mengurangi risiko kegagalan sebaiknya ditekan perutnya ke arah belakang untuk memastikan kejantannya. Ikan Yang benar-benar siap akan mengeluarkan cairan sperma, berwarna putih mirip santan.


Kebiasaan berkembang biak ikan mas

2. Kebiasaan berkembang biak

Seperti halnya ikan lain yang tergolong keluarga Cyprinidae, ikan mas sama sekali tidak mempunyai naluri untuk merawat atau melindungi keturunannya. Oleh karena itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangbiakannya menjadi tanggung jawab pemilik sekaligus pengusahanya.
Ikan mas mempunyai telur yang merekat atau dengan kata lain sifat telurnya adhesif atau menempel. Kebiasaan sebelum melakukan pemijahan di alam adalah mencari tempat yang rimbun dengan tanaman air atau rumput-rumputan yang menutupi permukaan perairan. Ikan yang telah dewasa kan sangat mudah menemukan tempat yang dibutuhkan untuk melekatkan telurnya.


Oleh karena kebiasaannya ini, orang.Jerman selalu menanami kolam pemijahan ikan mas dengan rumput-rumputan yang tinggi di tengah kolam. Ada yang menanam rumput-rumputan setengah dari kolam pemijahan, keseluruhan, atau ada juga yang menanaminya pada bagian
tengahnya. Ada juga yang mempergunakan tanaman air yang mengapung seperti enceng gondok, yang berakar panjang dan rimbun.

Sifat merekat telur ikan mas ini disebabkan adanya lapisan globulins. Telur ikan mas yang sudah melekat pada ijuk (kakaban) tidak akan jatuh meskipun tertimpa aliran air yang agak kencang. Bila dipaksakan lepas dari ijuk maka telur akan rusak.

Di alam, ikan ini berpijah sepanjang tahun tanpa mengenal musim. namun, ada beberapa pendapat yang mengatakan biasanya pernijahan terjadi sepanjang musim penghujan saja. Mungkin pendapat ini benar, bila melihat kebiasaan petani ikan yang mengawinkan ikan mas ini
dengan manipulasi lingkungan terlebih dahulu.

Kematangan kelamin pada ikan jantan biasanya lebih dahulu dari ikan betina. Oleh karenan itu, sering ditemukan para petani yang mengawinkan ikan mas dengan betina berukuran 2 atau 3 kg dengan jantan yang hanya 1/2 kg.

Ikan jantan mempunyai kemampuan menghasilkan sperma pada umur yang relatif muda, yaitu sekitar 6 bulan. Sementara ikan betina barubisa matang kelamin setelah berumur lebih dari 6 bulan, tergantung pada strain atau varietasnya.

Kebiasaan Hidup ikan mas


B. Kebiasaan Hidup di Alam


Di alam, ikan mas hidup di tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak begitu deras, baik itu merupakan sungai, danau, maupun pada genangan air lainnya.
Ini karper (mas) ini hanya akan tumbuh baik pada tempat dengan ketinggian antara 150-1.000 m dpl. Suhu air optimal yang baik untuk pertumbuhan badannya antara 20-250 C, sedangkan pH air yang cocok dan dikehendakinya berada antara 7-8.
Kecepatan tumbuh ikan mas ini di kolam biasanya (stagnant water) adalah 3 cm setiap bulannya.





1. Kebiasaan makan


Biasanya, petani ikan lebih menyukai memberikan pakan tambahan terhadap ikan mas berupa dedak atau pelet. Padahal, ikan ini tergolong ikan pemakan segala (omnivora). Hal ini bisa dibuktikan dengan pemberian pakan dari sisa-sisa dapur atau tanaman air yang lunak. Biasanya, benih ikan mas akan. memakan Protozoa dan Crustacea. Benih yang berukuran lo cm memakan jasad dasar seperti Chironomidae, Oligochaete, Epemenidae, Trichoptera, Tubificidae, Mulusca, dan lain sebagainya. Jasad-jasad tersebut dimakan bersama-sama dengan tanaman air yang membusuk dan bahan-bahan organik lainnya.


Ikan mas dewasa dan induk sering merusak pematang kolam,terutama dasarnya. Ini karena kebiasaan makan ikan mas yang sering
mengaduk-aduk dasar kolam, termasuk dasar pematang untuk mencari jasad-jasad organik. Kebiasaan mengaduk-aduk dasar kolam ini men­jadikannya mendapat julukan bottom feeder atau pemakan dasar.


Menurut beberapa pengamat, kebiasaan buruk ikan mas ternyata menguntungkan pertumbuhan benih-benih yang masih lemah, terutama benih yang dirawat atau dipelihara bersama-sama ikan dewasa. Penyebabnya, dengan aktivitas ikan mas dewasa atau induk, jasad-jasad di dasar kolam teraduk ke atas. Dengan demikian, akan memudahkan benih­benih yang kecil untuk memakannya tanpa bersusah payah berenang ke dalam kolam yang dalam.
Adapula keburukan lainnya dari ikan mas. Ikan ini bukan tergolong ikan yang suka merawat anak-anaknya. Jadi, ada kemungkinan anak­anaknya ikut terisap oleh ikan dewasa.


Di alam, danau, atau sungai tempat hidupnya, ikan ini hidup menepi sambil mengincar pakan berupa binatang kecil yang hidup di atas lapisan Lumpur tepi danau atau sungai. Berdasarkan kebiasaan makan ini, tentunya akan lebih mudah mendalami kemauan sang ikan dan kemam­puan pengusaha ikan di kolam pekarangan untuk dapat berproduksi semaksimal mungkin.


Budidaya Ikan Mas


Budidaya Ikan Mas

Jenis ikan konsumsi air tawar yang paling komplit teknik budidayanya
yaitu ikan mas, mulai dari teknik pembenihan, pendederan, pembesaran, maupun pembesaran induk. Selain Jawa Barat yang memang
merupakan sentra budidaya ikan mas, banyak wilayah lain di Indonesia sudah turut serta membudidayakan ikan mas.


A. Pengenalan Jenis
Ikan mas (Cyprinus carpio) termasuk dalam genus Cyprynidae. Di berbagai daerah, ikan mas ini disebut sebagai ikan tambra, raya, atau ameh. Ikan ini berasal dari Cina dan Rusia. Ikan ini kemudian disebarkan di daerah Eropa dan Negara-negara Asia Selatan dan Asia Timur pada abad pertengahan. Kini keberadaan ikan mas telah merata di seluruh dunia baik sebagai ikan liar maupun sebagai ikan kultur.

Badan ikan mas memanjang dan sedikit pipih ke samping (compresed). Mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan. Ikan ini mempunyai sungut dua pasang. Menurut beberapa ahli ikan, sungut inilah sebagai ciri pokok untuk membedakan ikan mas (Cyprinus carpio) dengan ikan mas koki (Carasius auratus).

Sirip punggung panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan dengan permulaan sirip perut. Ikan mas mempunyai sisik lebih besar yang tergolong tipe Cycloid. Ikan ini mempunyai garis rusuk yang lengkap berada pada pertengahan sirip ekor. Gigi kerongkongan terdiri dari tiga baris yang berbentuk geraham.
Perkembangan budidaya ikan mas mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mempunyai tingkat pembudidayaan yang hampir sempurna. Tidak ada ikan jenis lain yang mempunyai data-data yang selengkap ikan mas ini, mulai dari jumlah telur yang dihasilkan induk hingga pemijahan pembuatan dengan rangsangan kelenjar hifofisasi.

Perkembangan pembudidayaan ini dapat dilihat dari banyaknya strain ikan mas. Tiap daerah mempunyai strain yang khas, berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat. Adapun strain ikan mas yang dapat diketemukan di masyarakat dewasa ini sebagai berikut.

1. Punten
Warna sisiknya hijau kehitaman, punggung tinggi, dan terlihat lebih pendek dibandingkan ras-ras lainnya. Mata agak menonjol dengan
gerakan yang tenang, lambat, dan jinak. Perbandingan panjang total badan terhadap tinggi badan paling kecil 2,4:1.

2. Si nyonya
Warna sisik kuning muda. Bila dibandingkan dengan punten, punggung si Nyonya lebih rendah dengan badan lebih panjang. Mata kurang menonjol. Pada ikan yang tua, cenderung sipit. Sementara mata ikan yang muda biasa-biasa saja. Gerakannya terlihat jinak dan kesukaanya berkumpul di permukaan.

3. Majalaya
Warna sisik hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap. Ke arah punggung warnanya semakin gelap. Badan lebih pendek serta punggung tinggi. Penampang badan semakin lancip ke arah punggung, lebih lancip dari ras lainnya. Dinding perut lebih tebal dari varietas ikan mas lainnya. Moncong lebih memipih.

4. Merah
Warna sisik merah kekuningan. Badan panjang dan penampang badan punggung tidak lancip. Mata agak menonjol. Gerakan lebih gesit, aktif, dan terlihat kurang jinak.

5. Taiwan
Warna sisik hijau kekuning-kuningan. Badan lebih panjang dari punten dengan penampakan punggung agak terlihat membulat. Bagian tepi sirip anal dan bagian bawah sirip ekor berwarna kuning kemerahan. Mata agak menonjol. Gerakan aktif, kurang jinak, dan bila diberi pakan memilih yang berada di bawah permukaan air.

6. Kumpay
Warna sisik kekuning-kuningan. Badan yang panjang seperti halnya ikan mas merah atau si nyonya. Ada juga yang berwarna kuning emas atau kemerah-merahan. Siripnya berbentuk panjang dengan warna kemerah-merahan, kekuning-kuningan atau kuning emas. Gerakannya lambat.

7. Karper kaca
Sisiknya tidak seragam, berwarna putih mengilap, dan berukuran lebih besar dari sisik strain ikan mas lainnya. Badan sebagian tertutup sisik, yaitu sepanjang garis rusuk atau yang berada di dekat sirip. Gerakannya aktif dan kurang jinak.

8. Kancra domas
Sisik kecil, tidak teratur, dan berwarna kemerah-merahan tua.
Di tengah badan terdapat garis membujur berwarna keperak-perakan, atau keemas-emasan. Bagian punggung berwarna gelap. Badan panjang dengan gerakan kurang jinak atau aktif.


Budi Daya Gabus Malas


Budi Daya Gabus Malas

Gabus malas memiliki kelebihan tahan hidup di perairannya yang terbatas. Ikan ini sering dipasarkan dalam bentuk hidup. Ikan yang tergolong mahal ini merupakan makanan favorit di pasar ikan di.Bangkok. Meski kulitnya berwarna menyeramkan, tetapi daging di dalamnya berwarna putih bersih.

A. Pengenalan Jenis

Awalnya, ikan gabus malas adalah hama yang mengusik ketenangan ikan-ikan peliharaan di kolam, sama seperti belut. Namanya sesuai dengan kebiasaan hidupnya. Ikan ini hampir-hampir tidak bergerak saking malasnya. Oleh karena itu, ikan ini harus diberi pakan hidup agar bereaksi. Ikan gabus malas dikenal juga dengan nama betutu.
Ikan betutu memiliki sisik tipe ctenoid. Artinya, bentuk sisik kecil­kecil dan menyelimuti sekujur badannya. Pada bagian kepala sisik, terdapat moncong, pipi, dan operculum. Bagian operculum sisik ini lebih


besar dibandingkan dengan yang lainnya. Sirip dubur lebih pendek dari sirip punggung kedua.
Ikan ini mudah dibedakan dengan ikan lainnya karena mempunyai warna tubuh cokelat kehitaman. Pada bagian punggungnya berwarna hijau gelap, sedangkan warna bagian perutnya lebih terang. Bagian kepala memiliki tanda berwarna merah muda.

Betutu bisa tumbuh hingga mencapai 45 cm. Badannya berbentuk bulat panjang. Mulutnya bisa dibuka lebar dan siap menyantap mangsanya yang melintas di depannya. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded) dengan kulit tubuh dihiasi belang-belang kecokelatan.
Jenis gabus malas atau ikan betutu yang dikenal di antaranya sebagai berikut.


1) Broadhead sleeper atau Dorminator lotifrans
Ikan ini tersebar di Kepulauan Pasifik dan Amerika Tengah serta Meksiko bagian Selatan, baik di air asin maupun air tawar. Panjang tubuhnya bisa mencapai hingga 25 cm. Broadhead sleeper suka makan ikan-ikan kecil.

2) Spotted Goby atau Dorminator maculatus
Ikan ini bisa tumbuh sampai 25 cm. Spotted Goby tersebar di Kepualauan Pasifik dan Amerika Tengah, baik di laut ataupun di air payau.

3) Morgunda-morgunda atau purple-striped gudgeon
Ikan yang tergolong buas ini terdapat di perairan tawar di Australia Utara dan Tengah. Panjang tubuhnya bisa mencapai 20 cm.


B. Kebiasaan Hidup di Alam

Benih ikan gabus Bering tampak seperti serombongan ikan cere (Lebistes reticulates) di kolam. Gabus malas ini berasal dari Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Ikan ini hidup di sungai, rawa dengan kedalaman 40 cm, dan menyukai perairan yang dangkal.

Ikan betutu ini cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, atau wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Di Indonesia, ikan ini ditemukan di Palembang, Muara Kompeh, Gunung Sahilan, Jambi, Danau Koto, Sungai Russu, Bua-bua, Banjarmasin, Sintang, Montrado, Batu Pangal, Smitau,Danau Boran, Pontianak, Sungai Kapuas, Serawak dan Ternate, Sungai Cisadane, Bengawan Solo, dan beberapa sungai besar lainnya.


1. Kebiasaan makan

Di alam, betutu menyantap pakan yang jaraknya sangat dekat. Dengan bentuk mulut yang sangat lebar, bukan halangan bagi betutu untuk mengenyangkan perutnya.
Betutu termasuk golongan karnivora. Jenis pakan yang disukai adalah ikan-ikan kecil, cacing, atau organisme lainnya, asalkan masih hidup. Ikan ini bisa menyantap pakan ini dalam jumlah yang besar setiap harinya.


2. Kebiasaan berkembang biak

Di alam, betutu akan kawin pada musim penghujan di tempat yang berpasir bersih. Ikan ini kawin secara berpasangan. Telurnya akan dietakkan di dasar atau ditempelkan pada substrat, pinggiran batu, atau akar pokok kayu yang bersih. Telurnya akan tampak seperti kabut atau kapas yang sangat lembut dan halus yang menempel pada substrat.


C. Memilih Induk

Induk betutu umumnya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang lama dan pakan yang sangat banyak untuk menghasilkan induk di kolam. Induk-induk ini umumnya dikumpulkan di antara betutu dewasa dan diseleksi yang memiliki badan sehat. Induk jantan dapat dibedakan dari induk betina dengan melihat ciri-ciri morfologis sebagai berikut.

Ciri induk yang berkualitas







Betina
jantan
Badannya berwana lebih gelap.Bercak hitam lebih banyak. Papila urogenital berbentuk tonjolan memanjang yang lebih besar. membundar, warnanya memerah saat menjelang memijah. Ukurannya lebih kecil dibandingkan Ukurannya lebih kecil dibandingkan yang jantan pada umur yang sama.Berbadan sehat.Dewasa.

Badannya berwana lebih terang.Bercak hitam lebih sedikit.Papila orogenital berbentuk segitiga, pipih, dan kecil.Pada umur yang sama ukurannya lebih besar daripada betina.Berbadan sehat.Dewasa.





D. Pemijahan di Kolam

Awalnya, betutu adalah ikan liar yang kehadirannya tidak dikehendaki di kolam pemeliharaan karena suka memangsa ikan yang dipelihara di dalamnya. Oleh karena itu, bila hendak memijahkan betutu di dalam kolam maka persiapannya harus matang agar tidak ada ikan lain yang masuk ke dalam kolam dan mengganggu proses pemijahan ikan betutu.



1. Konstruksi kolam

Luas kolam pemijahan bervariasi antara 200 M2, tergantung ketersediaan lahan. Kolam berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan pembuangan berseberangan secara diagonal. Tujuannya agar kolam bisa memperoleh air dari saluran langsung dan pembuangannya pun bisa lancar. Debit air kolam minimal 25 liter/menit. Pergantian air yang kotinyu akan berpengaruh positif terhadap proses pemijahan.
Bila lahannya sempit, bisa dibuatkan bak semen berukuran
2 mX 1 m x 1 m untuk pemijahan induk betutu secara berpasangan. Namun, bila mau memijahkan beberapa pasang di lahan terbatas bisa dibuat kolam tembok berukuran 4 m X 2 M X I M.

2. Persiapan kolam
Induk dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk kolam pemijahan seluas 200 m2, dapat disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, dapat dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang.
Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa segitiga yang dibuat dari asbes. Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung untuk mempermudah mengetahui keberadaannya.
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan setelah kolam terisi air setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memper­oleh pergantian air secara kontinyu. Proses pergantian air secara kontinyu ini terbukti mampu merangsang pemijahan hampir semua jenis ikan secara alami.


3. Pemijahan

Tingkah laku pemijahan ikan betutu meliputi 5 tahap, yaitu membentuk daerah kekuasaan, membuat sarang pemijahan, proses kawin, memijah dan meletakkan telurnya pada sarang, dan menjaga telurnya. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari, tetapi tidak jarang pada Siang hari betutu juga memijah. Ikan ini akan kawin di dalam segitiga sarang pemijahan. Selanjutnya, telur yang dihasilkan akan ditempelkan ke dalam kotak segitiga sarang pemijahan tersebut.


E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih

Telur ikan betutu berbentuk lonjong, transparan. Ukurannya sangat kecil, kira-kira hanya bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur meningkat sekitar 50 % hingga telur berukuran 1,3 mm.

Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan yang telah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan bisa ditempati oleh sepasang induk, tetapi bisa juga ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium sebaiknya minimal 60 liter. Untuk menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak kuat, dan ditetesi beberapa tetes


Malachytgreen atau Metilen blue untuk mencegah jamur (fungi). Telur yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya segera disifon agar tidak menulari telur yang lain.
Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam waktu yang bersamaan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas, kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80—90%.


F. Pendederan

Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang baru menetas dan sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh ikan yang seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II.
Pendederan I dilakukan di dalam bak atau kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x 75 cm dan tinggi 60 cm.

Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang akan ditebar. Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau 3o ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut dapat ditampung sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini yaitu 2 bulan. Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat hidup mencapai 20%.

Untuk pendederan 11, dibutuhkan kolam yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5 m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di pendederan II yaitu 4 bulan dan akan dihasilkan benih betutu berukuran 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa mencapai 100%.


G. Pembesaran

Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2. Kolam diusahakan memperoleh air barn dengan konstruksi pematang kolam dari tanah dengan terlebih dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya, kolam

betutu dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam ditempatkan beberapa tempat persembunyian berupa ban bekas atau dawn kelapa karena betutu menghendaki lingkungan yang agak remang-remang.

Kolam dipupuk terlebih dahulu dengan kotoran ayam dengan dosis 0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air yang sudah lewat saringan. Selanjutnya, benih berukuran ditebarkan. Adapun kepadatan penebaran tergantung benih yang ditebarkan. Untuk benih berukuran 100 g dapat ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 g dapat ditebarkan sebanyak 8 ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan, benih yang beratnya 100 g dapat tumbuh menjadi 250 g/ekor, sedangkan yang berukuran 175 g dapat mencapai berat 400 g/ekor selama 6 bulan.

Sumber : Heru Susanto



Kamis, 24 Juli 2008

PENYAKIT PARASITIK PADA IKAN

PENYAKIT PARASITIK PADA IKAN


PENDAHULUAN

Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab dan terbagi atas 2 kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit internal meliputi kelainan genetik, gangguan metabolisme, gangguan sekresi dan lemahnya daya tahan tubuh. Sedangkan penyakit eksternal meliputi penyakit pathogen (parasit, jamur, bakteri, virus) dan non pathogen (lingkungan dan nutrisi ).

Penyakit parasitik merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering menyerang ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan parasit bisa mengakibatkan terganggunya pertumbuhan, kematian bahkan penurunan produksi ikan. Berbagai organisme yang bersifat parasit mulai dari protozoa, crusstacea dan annelida. Di perairan bebas, terdapat berbagai macam parasit dengan variasi yang luas tetapi jumlahnya sedikit. Sedangkan dalam kegiatan budidaya, parasit terdapat dengan variasi yang sedikit tetapi jumlahnya banyak.

Penyakit parasit ikan adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme yang merugikan ikan sebagai inang. Parasit-parasit ini ada dari golongan Arthropoda, Helminthes dan Protozoa. Tempat hidup pada ikan ada yang diluar tubuh seperti kulit/lender, sirip dan insang. Mereka ini menggunakan Oksigen dari perairan, kelompok ini disebut ektoparasit. Ada lagi parasit yang tempat hidupnya di dalam tubuh ikan seperti di dalam usus, otot daging, otak dan lain sebagainya. Mereka ini disebut endoparasit dan oksigen didapat dari hasil metabolisme dan dari oksigen jaringan yang mendapat suplai oksigen dari peredaran darah.

Parasit ada di lingkungan perairan seperti juga ikan hidup di lingkungan air. Jika keadaan lingkungan air kualitasnya jelek, maka akan mengakibatkan ikan stress, tetapi kondisi bagi parasit sangat balk, hingga parasit berkembang biak dan populasinya cukup untuk menginfeksi ikan, sehingga ikan itu sakit. Selain oksigen juga temperatur. Suhu berpengaruh terhadap ikan maupun parasitnya terutama di perairan yang ada zonanya ( kedalaman ) dengan adanya tipe suhu. Di bagian dasar perairan temperature dapat 20° C atau kurang, sedang di permukaan air dapat mencapai 32° C, hal ini dapat menyebabkan ikan menjadi stress bila perbedaanya sangat besar.

Demikian pula dengan pakan, jika gizinya tidak diperhatikan, maupun kebersihan dari bahan asal pakan, dapat juga ikan menjadi sakit. Jika Ikan tidak mau makan, menyebabkan badan menjadi lemah dan tingkat immunitas menurun. Selain pakan buatan juga pakan hidup seperti cacing sutra (Tubifex tubifex) , cacing darah (Chironomus sp), merupakan tuan rumah perantara dari cacing dan protozoa. Demikian pula dengan Cyclops, Diaptomus dan Siput yang biasa ditemukan di perairan. Maka sanitasi lingkungan perlu dijaga juga terhadap ikan liar yang sering juga membawa parasit.

Kelompok parasit ikan adan dari filum Arthropoda, misalnya Lenea sp, Argulus sp, Ergasilus sp, Lamproglena sp, Cysmothoa sp, dari filum Helminthes ada Monogenea, misalnya Gyrodactylus sp, Dactylogyrus sp, Neobenedenia sp, Diplozoom sp, dari Digenea ada Haplometrana, Opoecaelus, Clinostomum, dari Cestoda Marsipometra, Bothriocephalus. Filum Nematoda misalnya Capilaria, Amisakis, Camalanus dan dari Filum Protozoa misalnya Myxosoma. Myxobolus, Ichthyophthirius, Trichodina, Trichodinella dan lain sebagainya.

Penyakit parasit jarang sekali mengalami wabah seperti pada penyakit virus dan bakteri. Penyakit parasit bila terjadi epizootic terjadi di daerah tertentu, karena daerah itu adalah daerah enzootic, setiap kali terjadi wabah di tempat tersebut. Penyakit parasit ini biasanya kronis. Bila jumlah parasitnya banyak, baru mewabah dan mengambil waktu yang lama. Kalau wabahnya akut, maka waktunya singkat. Kematian ikan pada akut lebih tinggi dari pada penyakit kronis, serta waktunya pada akut singkat dibandingkan dengan penyakit yang kronis.

Umumnya setiap parasit mempunyai siklus hidup yang rumit, yang kemungkinan merupakan hal penting dalam pengobatan ikan yang terserang parasit. Studi siklus hidup parasit merupakan hal penting untuk menentukan tindakan penanganan yang lengkap. Ujicoba infeksi dengan parasit umumnya sulit dilakukan karena parasit sulit diinkubasi atau dipelihara pada media buatan.

Pada siklus hidupnya, parasit memerlukan inang. Beberapa inang sebagai tempat hidup /berkembang biak parasit meliputi :

1. Definite host :Inang, dimana parasit hidup sampai dewasa (ex ; cestoda);
2. Intermediate host : Inang, dimana parasit hidup sampai tahap larva (digenea);
3. Tempory host : Inang, dimana parasit hidup secara singkat, kemudian meninggalkan inang (isopoda);
4. Reservoir host : Inang sebagai sumber parasit untuk inang yang lain (cyste digenea).


Beberapa faktor memudahkan munculnya parasit antara lain :

1. Stocking density Kepadatan tebar tinggi, kontak langsung dan adanya inang
2. Physical trauma handling, grading dapat menyebabkan luka
3. Air Kolam : kualitas air jelek
4. Selective breeding : Seleksi dalam mencarai warna dan bentuk yang bagus bisa mengakibatkan lemah.
5. Lingkungan : perubahan temperatur
6. Predator : Bisa sebagai inang penular
7. Sistem budidaya : kolam tanah merupakan media bagi sebagaian siklus hidup parasit
8. Species baru : Masuknya species ikan yang baru bisa mengakibatkan masuknya parasit baru

Sumber Asep Suhendra, BBPBATS, 2006

Selasa, 22 Juli 2008

CARA MEMIJAHKAN KOI

MEMIJAHKAN KOI
Click Here!
Setelah kita merawat koi sehingga tumbuh besar, mungkin akan tumbuh keinginan untuk mengawinkan koi agar mendapatkan keturunannya. Persoalan bisa muncul, karena pe­mijahan berbeda dengan pemeliharaan. Pemijahan membutuh­kan kolam lebih spesifik, jumlah dan fungsinya lebih beragam.

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika hendak memijahkan koi adalah ketersediaan kolam, persediaan induk koi, penyediaan pakan benih, dan perlakuan seleksi yang ketat.


A. Kolam Pemijahan

Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri. Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.

Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, ter­lindung dari jangkauan anak-anak dan binatang piaraan lain.

Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan tempat perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk mensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadahi.

Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil, yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihan­nya dan efek dari semen bisa dihilangkan.


B. Seleksi Induk

Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif.

Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur minimal 2 tahun pada jantan, clan 3 tahun pada betina. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. jantan sebaliknya, lebih langsing dan perut­nya rata jika dilihat dari punggung. Sirip dada induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih.


Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan.Jika seekor betina hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan dantak disangka jantannya ngadat, gagallah pemijahan. Dengan menye‑diakan stok jantan lebih dari satu, kegagalan pemijahan bisa dihindari.Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang palingbagus, karena keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannyabelum tentu sebagus induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa

saja, tapi masih memiliki sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi benih, nantinya bisa dipilih mana yang bagus dan mana yang diafkir.



C. Persiapan Kolam

Pertama kali yang harus dipersiapkan untuk pemijahan adalah kolam. Kolam dikeringkan di bawah terik matahari. Pintu pemasukan dipasang saringan untuk mencegah masuknya ikan seribu atau hama air lainnya. Pada pintu pembuangan dipasang saringan untuk mencegah telur yang mungkin hanyut.

Telur koi menempel (adesip sifatnya. Biasanya koi akan ber­telur di bawah tanaman atau bahan apa saja yang bisa dipakai untuk menempelkan telurnya. Oleh karena itu sediakan penempel telur yang memadai agar telur koi bisa selamat.

penempel telur bisa menggunakan kakaban, yang dipakai untuk memijahkan ikan mas. Kakaban dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu dan dipaku. Kakaban yang baik terbuat dari ijuk yang panjang dan rata, ukuran kakaban 40 cm lebar dan 120 cm panjang. jumlah kakaban yang diperlukan disesuaikan dengan besar induk betina, biasanya 4-6 buah untuk setiap 1 kg induk betina.

Agar bisa mengapung, kakaban disusun di atas sepotong bambu yang masih utuh. Di atas kakaban diberi bilah bamboo dan diikat agar kumpulan kakaban tidak tercerai-berai ketika pasangan induk memijah. Sebelum dipasang, kakaban dibersihkan, dicuci, dan dibilas agar terbebas dari lumpur.

Kakaban dipasang setelah kolam diisi air. Air selalu mengalir ke kolam pemijahan untuk merangsang pasangan koi yang akan berpijah. Selain kakaban, tempat penempel telur bisa juga meng­gunakan tanaman air seperti Hydrilla yang disusun atau potongan tali raffia sebagai pengganti ijuk.


D. Pelaksanaan Pemijahan

Induk dimasukkan sekitar pukul 16.00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dengan diikuti induk jantan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan me­ngeluarkan telurnya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.

Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur yang jatuh ke dasar kolam. Perkawinan selesai pada pagi hari. Induk segera dipisah dengan telurnya. Jika terlambat, telur bisa dimakan habis oleh induknya.

Ada dua cara untuk memisahkan induk dari telur yang dihasilkan. Pertama, dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap membiarkan telur menetas di kolam tersebut. Cara kedua dengan memindahkan telur ke kolam penetasan. Cara pertama lebih praktis karena lebih menghemat lahan (kolam).

Untuk mencegah agar tidak terserang jamur, telur-telur direndam dulu dalam larutan Malachytgreen dengan kosentrasi 1/300.000 selama 15 menit sebelum ditaruh di kolam penetasan. Ketika akan merendam telur-telur ini, sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar kotoran yang mungkin menutupi telur bisa lepas.


E. penetasan Telur

Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air tetap konstan. Jika suhu terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama. Jika suhu terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk.
Agar telur bisa terendam semua, rangkaian kakaban harus "ditenggelamkan" ke dalam kolam. Untuk itu bisa memakai jasa gedebog pisang. Potong tiga buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu letakkan di atas kakaban dengan dua ruas bambu sebagai alasnya. Agar bisa stabil, gedebog diratakan salah satu sisinya.


Dalam tempo 2-3 hari telur koi sudah mulai menetas. Setelah menetas kakaban diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Nantinya kakaban bisa dipakai lagi di lain kesempatan.
Benih koi umur seminggu masih lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi dalam hapa yaitu kantong yang bermata lembut yang biasa untuk menampung benih. Di hapa, benih koi lebih mudah dikumpulkan dan tidak hanyut terbawa aliran air.

Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan pakan utama yang pertama.
Selama itu mereka belum membutuhkan pakan dari luar karena pencernaannya belum terbentuk sempurna. Dua atau tiga hari kemudian, mereka sudah mulai berenang. Saat ini sudah wak­tunya menyediakan pakan bagi benih. Benih ini harus dipindahkan ke kolam pembesaran yang banyak menganclung pakan alami.



F. Perawatan Benih

Benih yang sudah berenang bebas harus dipindahkan ke kolam pembesaran. Kolam pembesaran ini harus dipersiapkan, agar ditumbuhi pakan alami, seminggu sebelum pemijahan. Adapun langkah-langkah persiapannya sebagai berikut.

Kolam dikeringkan selama dua hari di bawah terik matahari dan disemprot dengan pestisida agar binatang yang tidak dike­hendaki mati. pestisida yang dipakai Dipherex atau Nogos de­ngan dosis 0,5-1,0 ppm. Kemudian untuk menyediakan pakan alami berupa binatang renik, kolam dipupuk dengan kotoran ayam dan jerami. jerami ditindih dengan batu dan diletakkan di sudut­sudut kolam. Volume kotoran ayam 1,5 kg/m2. Pintu pemasukan air ke kolam harus diberi saringan.

Dalam beberapa hari, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Namun, beberapa hari kemu­dian akan jernih kembali. Jika pemberian kotoran ayam dan jerami tepat, dalam beberapa hari kemudian akan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pada saat ini benih-benih koi sudah bisa di masukkan setelah kurang lebih sepuluh hari, daphnia akan tumbuh.

Jika tidak dapat menumbuhkan pakan alami, terpaksalah memberi pakan benih koi dengan pakan buatan seperti kuning telur yang direbus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus untuk koi. Untuk menjaga agar air tidak busuk oleh sisa pakan buatan, di kolam dimasukkan air baru agar sisa pakan hanyut.


G. Seleksi Benih

Kegiatan paling sulit dari rangkaian kegiatan pemijahan adalah penyeleksian benih. Penyeleksian dilakukan ketika benih berumur 1 hingga 3 bulan, dan benih dipisahkan menurut ukuran tumbuh dan jenisnya. Ada beberapa ekor koi yang umumnya tumbuh kelewat bongsor, sedangkan sebagian lagi sangat lambat. Penyeleksian ini juga membantu koi yang pertumbuhannya lambat bisa tumbuh normal kembali.

Selama 1-3 bulan penyeleksian dilakukan sebanyak 3 atau 4 kali. Seleksi pertama, dilakukan sekitar 2 minggu setelah menetas bagi Showa, 50 hari setelah menetas untuk Ogan, 60 hari untuk Kohaku dan Taisho-sanke. Benih yang cacat ditandai dengan warna merah, putih, atau hitam saja. Biasanya dari jumlah benih yang menetas, yang bagus hanya 10-20%. Seleksi kedua dilakukan untuk menentukan pola warna dan kualitas secara keseluruhan. Setelah selesai seleksi, makin sedikit benih terbaik yang masih tersisa.

Seleksi benih hanya bisa dilakukan dengan benar oleh mereka yang sudah dekat dengan koi. Penglihatan yang tajam diperlukan untuk mendapatkan benih-benih yang bagus kualitasnya.

Secara umum benih-benih koi yang lolos seleksi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
— Badan dan siripnya normal, tidak cacat.
— Warna badannya sudah nampak menonjol, sesuai dengan varietasnya.
— Warna putih, merah, hitam atau kuning nampak jernih tidak tercampur dengan warna lain.

Sumber : Heru Susanto ' KOI'

Easy To Build Backyard Koi Fish Pond With Full Illustrations, Ebook(r) & Bonus.

Senin, 21 Juli 2008

Budi Daya Bandeng Air Tawar


Budi Daya Bandeng Air Tawar


Ikan bandeng termasuk ikan yang paling populer di seluruh Indonesia, baik segar maupun sudah diolah duri lunak maupun pindang, orang dengan akrab mengonsumsinya. Bila dahulu hanya bisa dipelihara di tambak yang berair asin, kini bandeng sudah bisa dipelihara di kolam air tawar.
Taiwan adalah salah satu negara yang sudah mengembangkan bandeng di kolam air tawar karena jumlah kolam air tawar yang melimpah. Negara ini sebagai pelopor budi daya bandeng air tawar karena banyak yang belajar di Taiwan cara membudidayakan bandeng secara menguntungkan. Teknologi ini kini berkembang juga di Indonesia.


A. Pengenalan Jenis.
Bandeng dapat dipelihara di air tawar karena memiliki sifat euryhaline. Artinya, ikan mampu hidup di kisaran salinitas yang tinggi, meskipun untuk memijahkan induk dan larva masih membutuhkan air asin. Bahkan, di air yang salinitasnya o per mil, seperti banyak sawah Bonorowo di Jawa Timur yang airnya tawar, bandeng mampu hidup dan tumbuh besar.

Di waduk Saguling maupun Cirata, keramba apung sudah banyak diisi dengan bibit bandeng karena lebih menjanjikan daripada ikan mas yang boros pakannya dengan harga jual yang semakin merosot. Dengan demikian, tidak berlebihan bila bandeng dipelihara di kolam pekarangan. Rasa bandeng air tawar umumnya lebih lezat karena tidak mengandung rasa seperti Lumpur. Hal tersebut disebabkan karena air di kolam relatif lebih lancar sirkulasinya.
Bandeng yang dibudidayakan ada dua jenis yaitu bandeng hitam atau bandeng kepala besar dan bandeng rumput. Kedua strain ini terkenal merupakan strain yang cepat besar.



B. Kebiasaan Hidup di Alam


Bandeng dewasa umumnya memijah di laut dalam, kemudian nenernya terbawa ke pantai. Setelah ketika dewasa, bandeng hidup di air payau dan kembali ke laut untuk memijah.


1. Kebiasaan makan
Bandeng termasuk herbivore (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, kelekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk.


2. Kebiasaan berkembang biak
Bandeng akan memijah di tengah laut yang salinitasnya tinggi. Nener (benih bandeng) bisa ditangkap di daerah pantai dengan menggunakan rumpon (fishing ground) berupa daun kelapa. Nener tersebut diambil dengan cara diseser.


C. Memilih Induk


Memilih induk secara ekonomis untuk dipijahkan memang hanya bisa dilakukan dari persediaan kolam pemeliharaan sendiri. Adapun ciri induk yang berkualitas di antaranya sebagai berikut.














Ciri induk yang berkualitas
Betina
jantan
Induk bandeng hitam
Induk jantan bandeng hitam
Berumur 4 tahun dan perutnya membesar dan lembek.
Berumur 3 tahun dan tidak terlalu besar ukurannya agar tetap lincah gerakannya.
Induk bandeng rumput
Induk bandeng rumput
Berumur 5 tahun dan perutnya tebal
Berumur 4 tahun dan tidak terlalu besar ukurannya agar tetap lincah gerakannya.





D. Pemijahan di Kolam


Pemijahan bandeng biasanya dilakukan secara buatan, yaitu dengan penyuntikan hormon. Adapun yang harus diperhatikan adalah konstruksi kolam, persiapan kolam, dan proses pemijahannya.



1. Konstruksi kolam


Kolam induk harus memiliki kedalaman 1-1,5 meter dan terbuka agar dapat menerima sinar matahari langsung, tetapi sejuk. Pematang harus cukup kuat dan diusahakan tidak bocor agar ketinggian air kolam dapat dipertahankan.
Kolam masing-masing memiliki pintu pemasukan dan pembuangan untuk menjamin sirkulasi air dengan baik. Hal ini berpengaruh positif terhadap percepatan kematangan induk bandeng.


2. Persiapan kolam


Kolam perlu dikapur agar pH air kolamnya naik dan menjadi idealsekitar 6,8-7,2. Sebelum dipergunakan, kolam juga harus diberi saponin(biji teh) untuk membunuh ikan-ikan liar dan siput yang sering mengganggu pertumbuhan kelekap. Kolam perlu dipupuk dengan urea untuk merangsang pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan biasanya berkisar 10-15 g/m2.
Pakan tambahan untuk induk diberikan juga untuk merangsang per­kembangan gonade. Pakan berupa campuran tepung kacang, dedak hales (bekatul), terigu, atau bubuk telur yang diberikan 3-5% dari berat ikan. Pemberian pakan dilakukan setup hari, pada pagi, siang, dan sore hari.



3. Pemijahan


Kepadatan penebaran induk sebaiknya 4-5 ekor/m2 untuk membantu proses pematangan gonade. Pemijahan ikan bandeng secara kawin suntik. Namun, kawin suntik pada bandeng l00% mengandalkan hormon sintetik (buatan). Hormon yang biasanya digunakan di antaranya Synahorin, Gona Hormon, atau Puberogen.

Penyuntikan induk betina dilakukan 2 kali agar efektif, sedangkan untuk jantan cukup sekali saja yaitu pada penyuntikan induk betina yang kedua. Penyuntikan pertama biasanya dilakukan pada pukul 17-00-18-00 sebanyak 200 IU (International Unit) pada induk betina. Penyuntikan kedua dilakukan setelah 6 jam dari penyuntikan pertama yaitu pukul 24.00 sebanyak 200 IU juga pada induk betina, demikian juga untuk induk jantan disuntik 200 IU.

Penyuntikan dilakukan pada otot daging bagian punggung (intrumus­culler), sekitar baris kedua atau ketiga yang sejajar dengan bagian kelamin. Ada juga tempat penyuntikan yang lebih efektif, tetapi harus hati-hati karena bisa melukai organ dalam bandeng, yaitu ruang rongga perut .
Setelah disuntik, kedua induk dimasukkan kembali ke tempat penam­pungan induk masing-masing dengan diberi aerasi dan sirkulasi air yang teratur. Setelah itu, diperhatikan tanda saat pengurutan yang tepat yaitu induk akan tampak gelisah yang dicirikan dari membuka dan menutupnya mulut lebih cepat dan sering muncul ke permukaan kolam. Menjelang akan bertelur, ikan berhenti berenang dan seluruh badannya mengejang. Saat itulah waktu yang tepat melakukan pengurutan. Ikan kemudian ditangkap dan bagian kepalanya ditutup dengan kelambu agar tidak berontak.


Stripping (pengurutan) biasanya dilakukan setelah 10-14 jam darisuntikan pertama bila suhu air 20-230 C, 7-8 jam bila suhu air 25— 260 C, atau 3-4 jam pada suhu air 300 C. Caranya, induk betina dipegang dengan tangan kiri di bagian punggung, sedangkan tangan kanan di bagian perut. Sementara ibu jari tangan kanan mengurut berulang-ulang pada bagian perut ke arah lubang pelepasan. Telur kemudian ditampung di dalam baskom bersih yang diberi sedikit air. Dengan cara yang sama pengurutan dilakukan pada induk jantan. Setelah sperma keluar, telur dan sperma diaduk perlahan-lahan dengan bulu ayam selama 0,5 menit. Telur yang sudah tercampur cairan sperma kemudian dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan sisa cairan sperma, feses, dan darah.



E. Penetasan dan Perawatan Benih


Untuk keberhasilan penetasan telur-telur perlu dilakukan langkah-­langkah sebagai berikut.
a. Cuci bersih, lalu keringkan akuarium, hapa, bak penetasan, dan corong penetasan. Penetasan yang paling efektif dengan menggunakan corong penetasan karena memberikan jaminan pasokan oksigen yang terus-menerus dan mencegah penumpukan telur karena aliran air yang berputar terus menerus dari bawah corong penetasan.
b. Pasang tempat penetasan. Setiap, corong penetasan berdiameter 50 cm dapat dipergunakan untuk menetaskan 40.000-50.000 butir telur.
c. Tambahkan antijamur berupa Emolin atau Blitz Ich sebanyak 0,05 cc/liter air.
d. Telur bandeng akan menetas dalam waktu 28-36 jam pada suhu ruang 24-280 C. Prosentase penetasan biasanya mencapai 70-90%. Benih yang barn berumur 2 hari belum membutuhkan makanan tambahan karena masih mengandung kuning telur (yolk sack).
e. Setelah lewat dua hari, larva dipindahkan ke hapa yang dipasang di kolam pendederan yang telah dipersiapkan seminggu sebelumnya.



F. Pendederan


Pendederan dilakukan di hapa dan di kolam yang sudah dipupuk seminggu sebelumnya. Pupuk yang dimasukkan ke dalam kolam biasanya kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg/m2. Kolam juga diisi air agar tumbuh pakan alami yang dibutuhkan oleh burayak bandeng. Sementara pupuk buatan bisa diberikan TSP dengan dosis 10-15 g/m2 untuk melipat­gandakan produktivitas kolam.
Pemasukan air dilakukan secara bertahap. Pertama, air dimasukkan untuk menguraikan pupuk organik. Selanjutnya, air dinaikkan hingga 40-45 cm dan dibiarkan tergenang disinari matahari sampai 4-6 hari.

Benih tidak langsung ditebarkan di kolam, tetapi di dalam hapa berukuran panjang 4-5 meter, lebar 1-2 meter, dan dalam 1 meter dengan kepadatan penebaran benih antara 70-000-80.000 ekor/hapa. Pada bagian atas hapa diberi peneduh untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang terlalu terik dan melindungi dari terpaan air hujan.
Pemberian pakan tambahan dilakukan setelah 3-4 hari setelah penebaran benih karena diperkirakan persediaan pakan alarm di dalam hapa cepat berkurang karena padatnya nener di dalamnya. Pakan tambahan yang diberikan berupa campuran kuning telur, juice kedelai, bubuk ragi, dan Anemia. Frekuensi pemberian 5-6 kali sehari.

setelah berumur 10 hari, benih bandeng (nener) sudah siap dipindah­kan ke kolam tanah yang lebih lugs. Kolam seluas 1.000 m2 bisa ditebari 70.000-80.000 ekor nener. Sebulan kemudian nener dipindahkan lagi ke kolam lain, yang luasnya sama, tetapi padat penebarannya cukup 35.000-40.000 ekor saja.



G. Pembesaran


Pembesaran bandeng dilakukan di kolam yang memiliki pintu pema­sukan dan pembuangan air tersendiri. Kolam boleh dipupuk terlebih dahulu atau tidak. Untuk memperoleh hasil yang optimal, pembesaran bandeng membutuhkan pemberian pakan tambahan. Pakan tambahan yang dibutuhkan berupa dedak halus (bekatul), tepung benawa, dan lain-lain.


Saran
Pembenihan bandeng membutuhkan kesiapan, baik teknis maupun ketersediaan induk. Oleh karena itu, disarankan untuk memilih dan melakukan salah satu rantai budidaya saja yang cocok dan sesuai dengan lahan yang tersedia serta mudah, yaitu pembesaran saja. Itupun cukup menghasilkan benih seukuran sejari, tidak perlu sampai ukuran konsumsi.


Sumber : Budidaya Ikan di Pekarangan Heru Susanto

Jumat, 18 Juli 2008

Budidaya Labi-labi

A. Pengenalan Jenis

Nama labi-labi (Trionyx sinensis) juga dikenal untuk spesies Trionyx cartilagineous dan spesies Trionyx lainnya. Labi-labi atau bulus dipelihara di dalam kolam. Awalnya, bulus termasuk hama, sama seperti belut. gabus, dan komoditi penting lainnya. Bulus memiliki nilai ekonomis tinggi. Hampir seluruh bagian tubuh labi-labi dapat dimanfaatkan, baik daging maupun cangkangnya. Selama ini pasokan labi-labi dipenuhi dari tangkapan alam karena hasil budi daya belum signifikan jumlahnya.



Bentuk tubuh bulus oval atau agak lonjong, dan pipih. Tubuhnya tanpa sisik dan berwarna abu-abu kehitaman. Kerapas dan plastron (bagian bawah tubuh yang tidak tertutup cangkang) terbungkus kulit yang liat.
Pastronnya berwarna putih pucat hingga kemerah-merahan. Kulit tertutup oleh perisai yang berasal dari lapisan epidermis berupa zat tanduk. Hidungnya memanjang membentuk tabung, seperti belalai. Labi-labi tidak bergigi, tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam.


B. Kebiasaan Hidup di Alam

Labi-labi bernapas dengan paru-paru (pulmo), baik yang baru menetas maupun labi-labi dewasa.

1. Kebiasaan makan

Labi-labi memakan ikan dan udang kecil di alam. Di kolam, labi-labi bisa diberikan pakan berupa cincangan ikan atau isi perut ternak ruminansia.

2. Kebiasaan berkembang biak

Di alam, labi-labi umumnya berpijah antara Juli—Desember. Labi-labi berkembang biak dengan cara bertelur (ovivar). Setiap kali labi-labi bertelur mencapai 10-30 butir. Telur berwarna krem dengan diameter antara 2-3 cm. Telur-telur yang dikeluarkan ditimbun dalam tanah berpasir selama lebih kurang 45-50 hari pada suhu 25-30 derajat C.

C. Memilih Induk
Labi-labi yang hendak dipijahkan di kolam pemijahan harus memenuhi persyaratan khusus, di antaranya umur dan ukuran. Selain itu, perbandingan antara induk jantan dan betina harus tepat. Adapun ciri induk jantan dan betina yang baik sebagai berikut.


Ciri induk yang berkualitas
Betina
- Umur sudah mencapai 2 tahun atau lebih.
- Ukuran tubuhnya lebih kecildibandingkan jantan.
- Ekor induk betina pendek dan tidak menonjol keluar dari cangkangnya.
- Bentuk cangkangnya lebih bulat dan lebih tebal.
- jarak antar kedua kaki belakang lebih panjang, karena erat kaitannya dengan proses bertelur.
- Alat kelamin tumpul.




jantan
- Umur sudah mencapai 2 tahun atau lebih.
- Ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan betina, kadang-kadang dua kali besarnya.
- Ekor induk jantan lebih panjang dan menonjol keluar dari cangkangnya.
- Bentuk cangkangnya lebih oval dan dan lebih tipis.
- jarak antar kedua kaki belakang lebih pendek.
- Alat kelamin lancip.



D. Pemijahan ahan di Kolam

Dalam pemijahan labi-labi di kolam perlu diperhatikan faktor-faktor penting lainnya, seperti konstruksi kolam, persiapan kolam, dan proses pemijahannya.

1. Konstruksi kolam
Kolam pemijahan labi-labi berbentuk persegi panjang. Luas kolam tergantung lahan yang tersedia, umumnya antara 200-300 m2 dengan ketinggian pematang 1,5-1,75 m. Dasar kolam sebaiknya dilapisi pasir, sedangkan dinding pematang diusahakan tembok.

Pada salah satu sisi kolam dibuatkan kandang peneluran seluas 2 M X 2 m x 1 m sebanyak 3 buah. Kandang ini dihubungkan dengan jembatan penghubung yang terbuat dari anyaman bambu atau papan. Tujuan pembuatan jembatan adalah untuk memudahkan induk labi-labi masuk ke dalamnya. Kandang peneluran sebaiknya dilengkapi peneduh untuk melindungi telur dari sengatan matahari langsung dan hujan. Dasar kandangnya dilengkapi dengan pasir halus setebal 20 cm agar induk mudah menyembunyikan telur-telurnya.

2. Persiapan kolam
Kolam pemijahan dikeringkan 3-5 hari. Kandang tempat pemijahan labi-labi diupayakan terkena sinar matahari langsung agar bibit penyakit mati. Selanjutnya, induk dimasukkan ke dalam kolam. Adapun perbandingan induk jantan dan betina yang dikawinkan 1: 4. Artinya, seekor pejantan labi-labi diharapkan bisa mengawini 4 ekor induk labi-labi betina.


3. Pemijahan

Pemijahan biasanya terjadi pada 7-12 hari setelah penebaran induk. Induk akan bertelur pada malam hari, antara pukul 20.00-02.00. Seekor induk betina biasanya akan menghasilkan 30-40 butir telur. Bentuk telur labi-labi seperti bola pingpong berwarna krem dan ukuran telur biasanya berdiameter antara. 1-3 cm.


Telur yang selesai dikeluarkan oleh induk harus segera dipindahkan ke dalam ruang inkubator atau ruang penetasan telur. Sementara telur yang di dalam timbunan pasir bisa dikeluarkan dengan menggunakan tangan atau alat bantu seperti sekop.


E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih

Telur-telur disusun secara teratur di dalam kotak penetasan yang diisi pasir setebal 5 cm. Kotak tersebut berukuran 40 cm x 6o cm x 5 cm. Selain itu, disediakan juga baskom berisi air yang dipasang sejajar dengan permukaan lantai. Baskom ini akan dibutuhkan oleh tukik setelah keluar dari cangkang.

Selama proses penetasan, suhu ruangan diusahakan antara 29-33 derajat C dengan kelembapan 85-95%. Telur akan menetas setelah 40-45 hari pada suhu 30 derajat C. Namun, kadang-kadang telur akan menetas setelah 60 hari.
Setelah menetas, tukik langsung mencari air yang sudah disediakan di dalam baskom tersebut. Berat tukik yang menetas berkisar 7-9,3 g/ekor. Tukik yang baru menetas belum membutuhkan pakan dari luar karena menyerap sari makanan dari yolk sack yang dibawanya sejak lahir.

F. Pendederan

Setelah hari kelima, tukik ditangkap untuk dipindahkan ke kolam pendederan. Luas kolam pendederan biasanya sekitar l00-600 m2, tergantung lahan yang tersedia. Dasar kolam pendederan berpasir dengan ketinggian air berkisar 50-75 cm. Kolam yang airnya terlalu dalam, akan menyulitkan labi-labi untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Kepadatan kolam penebaran 45-50 ekor /m2• Lama pemeliharaan tukik di kolam tersebut selama 2 bulan. Selama pemeliharaan, tukik diberi pakan berupa cincangan daging ikan. Pakan yang diberikan sebanyak 5% dari berat labi-labi yang ditebarkan. Pakan tersebut ditempatkan di tepian kolam, pada batas permukaan air kolam. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari.


Labi-labi suka berjemur sehingga 1/3 bagian kolam diberi tanaman peneduh berupa eceng gondok. Selain itu, beberapa bagian kolam diberi tempat berjemur dari papan yang bisa mengapung.


G. Pembesaran

Luas kolam pembesaran bervariasi antara 100-600 m2. Kolam yang terlalu besar akan menyulitkan pengontrolan, sedangkan kolam yang
terlalu kecil kurang efektif karena jumlah labi-labi muda yang ditebarkan jumlahnya sedikit. Ketinggian air kolam pembesaran minimal 75 cm.

Tukik yang ditebarkan ke dalam kolam pembesaran berumur 2 bulan. ukurannya seragam. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari agar tukik tidak stres. Kepadatan penebaran yaitu 8-10 ekor/m2.

Untuk mencapai ukuran 300-600 g/ekor, seekor tukik membutuhkan waktu 3-6 bulan. Panen biasanya dilakukan setelah dipelihara selama 6-7 bulan dengan berat 700-800 g/ekor. Untuk mencapai
ukuran dewasa, tukik membutuhkan waktu 2-3 tahun. Pembesaran lebih lanjut hanya dilakukan untuk menghasilkan induk labi-labi sebab ukuran konsumsi yang paling dikehendaki konsumen yaitu 700-800 g/ekor, kurang dari 1 kg.

Rabu, 16 Juli 2008

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN LELE

Pembenihan

Ciri induk jantan dan betina

Betina
- Kepala lebih besar
- Warna kulit dada agak terang
- Urogenital papilla (kelamin) oval
- Perut gembung
- Kulit lebih kasar



Jantan
- Kepala lebih kecil
- Kulit dada berwarna gelap
- Urogenital papilla (kelamin) memanjang
- Perut langsing
- Kulit lebih halus


Ukuran 100-200 g, dapat memijah satu bulan sekali
Umur di atas 7 bulan (jantan) dan 1 tahun (betina)

Pemijahan
- Bak pemijahan ukuran 100x100x60 cm dilengkapi kotak kayu ukuran 25x40x30 cm tanpa dasar. Bagian atas kotak diberi lubang untuk melihat adanya telur sedangkan di bagian depannya ditanami eceng/ijuk/kerikil
- Penebaran induk dilakukan pada pukul 14.00 – 16.00 hingga 5-10 hari.
- Telur akan menetas dalam waktu 24 jam
- Induk betina dipisahkan setelah larva berumur 1 minggu, sedangkan induk jantan tetap menjaga anaknya sampai larva berusia 2 minggu.

Pendederan

Pendederan I
- Padat tebar 400-500 ekor/m2
- Lama pemeliharaan ± 2 minggu
- Target panen ukuran 3-5 cm

Pendederan II
- Padat tebar 300-400 ekor/m2
- Lama pemeliharaan ± 2 minggu
- Target panen ukuran 5-8 cm

Pendederan III
- Padat tebar 200-300 ekor/m2
- Lama pemeliharaan ± 2 minggu
- Target panen ukuran 8-12 cm

Pembesaran
- Padat tebar 50-200 ekor/m2
- Lama pemeliharaan ± 2 bulan
- Target panen ukuran konsumsi 200 g – 300 g per ekor

Pemberian pakan
- Pemberian pakan pagi dan sore dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.

budidaya lele


BUDIDAYA IKAN GURAME

Pembenihan

Ciri induk jantan dan betina

Betina
- Dahi tidak menonjol
- Dagu tipis warna putih kecoklatan
- Mengeluarkan telur bila distriping


Jantan
- Dahi menonjol
- Dagu tebal warna kuning
- Mengeluarkan sperma bila distriping

Ukuran Induk siap memijah 2,5 – 3 Kg/ekor

Rasio pemijahan jantan : betina = 1:3 per pasang

Hasil pemijahan 3000-5000 telur per sarang

Penetasan telur

selengkapnya...............



PRINSIP BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

Sektor perikanan merupakan salah satu pilar dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat melalui kecukupan protein hewani. Untuk menunjang keberhasilan bidang perikanan khususnya peningkatan produksi perikanan air tawar, diperlukan benih unggul dan teknologi tepat guna yang mudah diaplikasi oleh masyarakat pengguna melalui informasi teknologi budidaya perikanan


PRINSIP BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya ikan air tawar, yaitu:

selengkapnya..........................


http://www.hobiikan.netne.net/1_9_prinsip-budidaya-ikan-air-tawar.html

Budidaya Lobster Air Tawar

Berbeda dengan udang galah, lobster bisa dipasarkan baik sebagai udang konsumsi maupun sebagai hiasan akuarium. Itulah sebabnya prospek lobster jauh lebih terbuka dibandingkan dengan komoditas udang lainnya.
Lobster ini dalam waktu singkat menjadi primadona karena bisa dikembangkan di kolam air tawar.


A. Pengenalan Jenis

Lobster umumnya ditangkap dari pantai. Nelayan pantai Baron, Yogyakarta dengan perahu kecil berenang dan menangkap lobster di antara karang-karang, kemudian dijual di pantai atau dikirim ke pemasok. Kini, lobster air tawar dapat dikembangkan di kolam pekarangan, sama seperti komoditas ikan air tawar lainnya.
Lobster air tawar (Cherax sp.) adalah salah satu genus yang tergolong crustacea (bangsa udang) yang seluruh daur hidupnya terjadi di air tawar. Ukuran tubuhnya secara alami besar. Badannya terdiri dari dua bagian,
yaitu kepala (cephalotorax) dan badan (abdomen). Ada bagian antaranya yaitu subcephalotorax. Seluruh tubuhnya diselimuti dengan cangkang yang dikenal sebagai karapas yang berbahan zat tanduk atau kitin.

Berdasarkan penyebarannya, terdapat tiga famili lobster air tawar sebagai berikut.
a. Famili Astacidae, tersebar di belahan bumi utara.
b. Famili Cambaridae, tersebar di belahan bumi utara.
c. Famili Parastacidae, tersebar di belahan bumi selatan seperti Australia, Indonesia bagian Timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini.


B. Kebiasaan Hidup di Alam

Habitat alami lobster adalah danau, rawa,dan sungai air tawar di daerah pegunungan. Selain itu, udang ini juga bersifat endemik karena terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam tertentu (native).

1. Kebiasaan makan
Hampir sama seperti udang galah, kebiasaan makan lobster air tawar adalah dengan menggerumuti pakan, sedangkan larvanya dengan menyaring pakan yang masuk bersama air ke mulutnya.
Lobster akan mencari pakan pada malam hari karena tergolong binatang nockturnal. Pakan yang disukainya berupa biji-bijian, umbi­umbian dan bangkai hewan, maupun binatang kecil lainnya. Ikan ini tergolong pemakan segala (omnivora). Sering kali lobster bersifat kanibal terhadap sesamanya.

2. Kebiasaan berkembang biak
Lobster berkembang biak dengan cara bertelur. Tahapan pemijahan d alam biasanya diawali dengan mencari pasangan, kemudian dilanjutkan dengan ritual percumbuan sebagai dan akhirnya memijah. Induk betina akan mengerami telurnya, kemudian dilanjutkan dengan pengasuhan benih hingga umur tertentu.
Lobster umumnya memilih habitat yang memiliki vegetasi yang lebat. bertepi dangkal, dan dasarnya berpasir bercampur Lumpur. Udang ini hidup pada kisaran suhu 26-30 0C, tetapi ada juga jenis lobster yang mampu bertahan pada suhu 10O C.


C. Memilih Induk

Memilih induk lobster ibarat memilih sepasang pengantin yang hendak dipersandingkan di pelaminan. Masing-masing harus matang telur dan tidak boleh keliru menentukan jenis kelaminnya. Tidak boleh dua­-duanya jantan atau dua-duanya betina. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut.
Ciri induk yang berkualitas
Betina
- Adanya lubang bulat yang terletak yang terletak di dasar kaki ketiga.
- Capit betina besarnya sama atau hanya 1,5 kali buku (ruas) pertama.
- Warna lebih gelap dibandingkan pasangannya.
- Umur 6-8 bulan.
- Berat mencapai 30 g.
- Panjang 18 – 20 cm

Jantan
- Memiliki tonjolan di dasar tangkai kaki jalan kelima.
- jantan memiliki capit yang besarnya 2-3 kali buku (ruas) pertama.
- Warna lebih cerah.
- Umur 6-8 bulan.
- Berat 30 g.
- Panjang 18-20 cm.


D. Pemijahan di Kolam

Tidak seperti pemijahan udang windu ataupun udang galah yang menggunakan teknik ablasi (pematangan gonade dengan membutakan udang), pemijahan lobster air tawar masih dilakukan secara alami. Oleh karenanya, keberhasilan pemijahan lobster ini sangat tergantung pada pemilihan induk, kualitas pakan yang diberikan, dan perlakuan lingkungan.

1. Konstruksi kolam
Kolam pemeliharaan calon induk yang hendak dipijahkan sebaiknya menggunakan bak semen, bak plastik, ataupun bak fibre. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan. Namun, penggunaan kolam tanah juga tidak dilarang.
Bentuk bak semen atau bak fibre bisa persegi panjang, bulat, ataupun segi empat. Bak dilengkapi pintu pemasukan dan pembuangan air dan shelter (tempat berlindung). Induk jantan dan induk betina harus ditempatkan dalam kolam yang terpisah untuk mencegah terjadinya pemijahan yang tidak dikehendaki.
Selama dipelihara, calon induk diberi pakan udang segar, cacing halus pelet udang komersial, atau ubi jalar dengan kandungan protein 35-40 % Jumlah pakan yang diberikan 3% dari bobot badan hidup. Frekuensi pem berian pakan 3 kali sehari, pagi, Siang dan sore atau malam. Porsi pakan
yang diberikan pada malam hari lebih banyak karma lobster termasuk binatang nocturnal.


2. Persiapan kolam

Sebelum kolam diisi air, sebaiknya dipasang shelter yang bisa berupa ban mobil bekas, genteng, batako, pralon diameter 3 inci sepanjang 25 cn atau bahan lain yang tidak berbahaya bagi calon induk. Kemudian kolam diisi air dan calon induk dilepaskan. Kepadatan penebaran calon induk
tergantung dari besarnya calon induk yang dipersiapkan. Adapun untuk contohnya dapat dilihat dibawah ini

KEPADATAN PENEBARAN BERDASARKAN BERAT INDUK
1. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (15 g/ekor)
Kepadatan Penebaran (10ekor/m2)
2. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (20 g/ekor)
Kepadatan Penebaran (5 ekor/m2)
3. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (30 g/ekor)
Kepadatan Penebaran ( 1 - 2 ekor/m2)



3. Pemijahan

Pemijahan lobster air tawar masih dilaksanakan secara alami sehingga pemilik hanya menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh induk­induk lobster. Sementara keberhasilan pemijahan sangat tergantung dari 'kemauan' induk-induk tersebut untuk memijah.
Pemijahan alami ini dapat dilaksanakan dengan dua jalan, yaitu pasangan dan massal. Pemijahan secara berpasangan dapat dilakukan di akuarium berukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Sementara pemijahan secara massal dapat dilaksanakan di bak semen atau bak fibre dengan berukuran 2 m X I M X 1 m atau 6 m x 2 m x I M.
Kepadatan penebaran untuk pemijahan massal yaitu 3 ekor jantan dengan 1 ekor betina untuk setiap 4 m2 bak. Adapun di akuarium seekor jantan dengan seekor betina untuk setiap akuarium. Jangan lupa menam­bahkan aerator ke dalam akuarium.
Jika tidak ada halangan maka induk akan segera memijah dengan ritual pemijahan khan lobster. Induk betina yang telah kawin akan membawa telurnya di antara kaki-kaki renangnya dan merawat benihnya sampai umur tertentu.

E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih

Penetasan telur yang dibawa induk betina bisa tetap dilakukan di akuarium dengan memindahkan induk jantan ke lain tempat. Sementara untuk lobster yang dikawinkan secara massal, harus dilakukan sebaliknya yaitu memindahkan lobster betina yang mengerami telurnya ke dalam akuarium atau bak penetasan khusus.
Bak penetasan yang dimaksudkan bisa berupa akuarium ukuran
4o cm x 3o cm x 3o cm. Bak penentasan juga bisa berupa bak fibre yang disekat-sekat yang dipersiapkan secara khusus untuk penetasan, seukuran 3o cm x 3o cm x 30 cm. Bisa juga induk-induk betina yang mengeram ditempatkan bersama-sama di dalam bak fibre bulat dengan diameter 1 meter.
Setelah 8-15 hari sejak pemindahan induk-induk yang mengeram. maka juvenil lobster sudah memiliki bentuk yang mirip dengan induk­induknya. Oleh karena itu, saatnya untuk memindahkan benih ini ke kolam yang terpisah dari induknya.




F. Pendederan dan Pembesaran

Dalam kegiatan pendederan dan pembesaran, biasanya dapat menggunakan kolam yang sama. Persiapan kolam yang dilakukan juga sama.


1. Konstruksi kolam

Untuk pembesaran lobster air tawar, sebaliknya dipersiapkan kolam tanah berbentuk persegi panjang. Kolam dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air yang terletak berseberangan secara horizontal untuk menjamin sirkulasi air.
Kolam pembesaran lobster ini banyak dibuat petani di daerah Jawa Barat maupun daerah lainnya. Mereka mempersiapkan kolam seperti untuk pendederan ikan mas dengan cara memupuk kolam dengan kotorar ayam terlebih dahulu.


2. Persiapan kolam

Kolam pembesaran harus dipersiapkan dahulu sebelum benih lobster dimasukkan. Persiapan kolam biasanya meliputi perbaikan pematang kolam dan kemalir (saluran tengah) untuk mempermudah proses panen.
Kolam untuk pembesaran lobster tidak perlu terlalu luas, sesuai
dengan lahan yang tersedia. Luas kolam bisa 100 m2 , 2500 m , atau 600 m2. Ke dalam kolam ditebari pupuk kandang dengan dosis 0,5-1,5 kg/m2. Selain itu, kolam diisi air sedalam antara 40-70 cm agar pakan alami sebagai makanan lobster dapat tumbuh.
Daun kelapa dimasukkan ke dalam kolam pembesaran sebagai shelter. Tujuannya untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam kolam karena lobster termasuk binatang yang menjauhi sinar matahari (nockturnal). Shelter ini bisa juga berupa ban luar bekas mobil. Lobster juga mempunyai kebiasaan menempel di substrat dalam mencari pakan sehingga penempatan shelter ini sangat cocok.


3. Penebaran benih

Benih yang ditebarkan berumur 8-15 hari dengan kepadatan 20-30 ekor/m2 luas kolam. Di tempat pembesaran diusahakan ukuran benih yang ditebarkannya seragam untuk mencegah sifat kanibalisme. Pemeliharaan pertama selama 2 bulan. Selanjutnya, pemeliharaan
dilakukan selama 4 bulan untuk memperoleh lobster ukuran ekonomis 20-30 g/ekor.
Saran
Membesarkan lobster akan mengundang tangan-tangan jahil untuk berbuat jahat karena komoditas ini bernilai ekonomis tinggi. Beberapa petani membesarkannya secara monokultur di antara kolam-kolam lain yang dipakai untuk membesarkan ikan sehingga tidak terlalu menyolok. Langkah lainnya adalah mernelihara udang lobster ini secara polikultur, bersama-sama ikan lain dalam satu petakan kolam yang sama. Tentu harus dipilih ikan yang tidak memangsa benih udang galah, misalnya bersama-sama dengan ikan mas atau ikan tawes.