Kamis, 26 Januari 2012

CARA PEMBUATAN PAKAN IKAN ALTERNATIF


maggots       CARA PEMBUATAN PAKAN IKAN ALTERNATIF

           
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam proses budidaya ikan. Untuk itu diperlukan pembuatan pakan alternatif untuk meringankan ongkos produksi serta memaksimalkan keuntungan para pembudidaya ikan. Pakan alternatif dapat dibuat dari bahan hewani maupun nabati.

A.                BAHAN HEWANI
1.      TEPUNG IKAN
Bahan Baku :
Jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan 11-12 bulan, bila lebih lama dapat ditumbuhi cendawan dan bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8 %.
Cara Pembuatan :
  1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
  2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/ diambil minyaknya,
  3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Kandungan Gizi :
Protein : 22,65 % ; lemak : 15,38 %; abu 26,65 % ; serat : 1,80 %; air : 10,72 %


2.      TEPUNG REBON DAN BENAWA

Bahan Baku :
Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan benawa muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda yang terapung.
Cara Pembuatan :
  1. Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas;
  2. Ampasnya  dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Kandungan Gizi :
Udang Rebon : protein :59,4 % ; lemak : 3,6 % ; karbohidrat : 3,2 % ; air :21,6 %
Benawa   : protein  23,38 % ; lemak : 25,33% ; karbohidrat : 0,06 %; abu 11,41 % air : 5,43 %.



3.      TEPUNG KEPALA UDANG

Bahan Baku : Kepala Udang, limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.
Cara Pembuatan :
  1. Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling;
  2. Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak mengandung kitin.

   Kandungan gizi : Protein : 53,74 % ; Lemak : 6,65 % ; Karbohidrat  : 0 %, abu 7, 72 % ;
                     Serat kasar = 14,61 % dan air 17,28 %.


4.      TEPUNG ANAK AYAM
Bahan Baku : anak ayam jantan dari perusahaan pembibitan ayam petelur
Cara Pembuatan:
  1. Anak- anak ayam dimatikan secara masal, bulu-bulunya dibakar dengan lampu semprot, kemudian direbus sampai kaku (setengah masak).
  2. Diangin-anginkan sampai kering dan digiling beberapa kali sampai halus. Hasil gilingan yang masih basah disebut pustadan dan dapat langsung digunakan.
  3. Pasta dapat dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
 Kandungan gizi :
Protein : 61, 65 % ; lemak 27,30 % ; abu  ; 2,34 %; air : 8,80 %, juga mengandung hormone, enzim, vitamin dan mineral yang dapat merangsang nafsu makan dan pertumbuhan.

5.      TEPUNG DARAH
Bahan Baku :  darah, limbah dari rumah pemotongan ternak
Cara Pembuatan:Darah beku yang masih mentah dimasak dan dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung.
Kandungan Gizi: Protein  : 71,45 % ; lemak 0,42% ; karbohidrat : 13,12 % ; abu : 5,45 % serat ;:7,95 %  air : 5,19%. Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya untuk ikan < 3% dan untuk udang < 5%.

6.      SILASE IKAN
Silase adalah hasil olahan cair dari bahan baku asal ikan/limbahnya.
Bahan Baku : ikan rucah dan limbah pengolahan
Cara Pembuatan:
  1. Bahan dicuci, dicincang kecil-kecil, kemudian digiling. Hasil gilingan direndam dalam larutan asam formiat 3% selama 24 jam, kemudian diperas.
  2. Air perasan ditampung dan lapisan minyak yang mengapung di lapisan atas disingkirkan.
  3. Cairan yang bebas minyak dicampur dengan ampas dan ditambah asam proponoat 1 % untuk mencegah tumbuhnya bakteri/cendawan dan menambah daya awet =- 3 bulan dengan pH =- 4,5.
  4. Bahan diperam selama 4 hari dan diaduk 3-4 kali sehari.
  5. Bahan cair yang bersifat asam dapat dicampur dengan dedak, ketela pohon/tepung jagung dengan perbandingan 1 :1, dikeringkan dan digunakan untuk campuran dalam ramuan makanan.




7.      keong-mas-3TEPUNG BEKICOT

Bahan Baku : Daging bekicot mentah dan daging bekicot rebus
Cara Pembuatan:
Daging bekicot dikeringkan lalu digiling. Untuk campuran makanan sebesar 5-15 %.
Kandungan Gizi :
 Protein : 54,29%, Lemak :4,,18 % ; Karbohidrat : 30,45 %  abu : 4,07 % ; kapur : 8,3 %
Fosfor : 20,3 % dan air 7,01 %
8.      TEPUNG CACING TANAH
Cacing dapat menggantikan tepung ikan, dapat diternak masal.
Jumlah penggunaan dalam ramuan 10-25%.
Cara Pembuatan: Cacing dikeringkan lalu digiling.
Kandungan proteinnua 72 % dan mudah diserap dinding secara khusus.



B.                BAHAN NABATI
  1. DEDAK
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasa. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan dizi : protein : 11,35 % ; lemak : 12,15 % , karbohidrat : 28,62 % . abu 10,5%, serat kasar : 24,46 % air : 10,15 %.

  1. TEPUNG AMPAS TAHU
Kandungan gizinya protein  23,55 %, lemak 5,4 % , karbohidrat 26,92 % abu 17,03 % serat kasar 16,53 % dan air 10,34%.


C.      BAHAN TAMBAHAN
  1. Vitamin dan Mineral
1.      Cara memperoleh : dari toko penjual makanan ayam (poultry shop) yang sudah dikemas dalam  bentuk premix (premix).
2.      Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam amino tertentu.
 
  1. Garam Dapur (NaCl)
1.      Fungsi : sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya  proses pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan.
2.      Penggunaannya cukup 2 %

3.      Bahan Perekat
Contoh bahan perekat : agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung sagu,dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka.
Penggunaanya cukup 10 %.


TEHNIK BUDIDAYA IKAN BERONANG (Siganus sp)

BUDIDAYA IKAN BERONANG
(Siganus sp)

1. PENDAHULUAN
Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupi
kebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi perikanan laut
sebagian besar masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan dari
alam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak dengan meningkatnya
laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus meningkat setiap
tahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu digali dari 2 (dua) sumber yaitu
penangkapan dan budidaya.

Salah satu komoditi ikan laut yang potensial dan sudah dapat dibudidayakan
adalah ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil penelitian ternyata komoditi
beronang mempunyai nilai yang menguntungkan sebagai berikut:
a. Ikan beronang merupakan makanan yang enak dan gurih dan disukai banyak
orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.
b. Ikan ini umumnya "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati
tumbuhan dan juga memakan makanan buatan.
c. Selama musim-musim tertentu benih beronang dapat diperoleh dalam jumlah
banyak.
d. Ikan beronang mempunyai toleransi besar terhadap salinitas dan suhu.
e. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat.
f. Ikan ini sudah dapat dipijahkan di dalam laboratorium sehingga prospek
pembenihan dari hatchery cukup baik.
g. Ikan beronang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi baik untuk
konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang ada telurnya selama
tahun baru cina.
h. Teknologi pembesaran ikan beronang sudah dikuasai.
Mengingat budidaya ikan beronang relatif baru dikenal masyarakat, maka
petunjuk teknis ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi yang berminat
melakukan usaha budidaya beronang.


2. BIOLOGI
1) Diskripsi dan Taksonomi
Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda
satu sama lain seperti di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah
dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan
dengan sebutan samadar.
Ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai
berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan memipih latural,
dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal.
Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh
sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan
biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar
bisa/racun pada ujungnya.
Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut.
Kelas:
- Dada : Percipformes- Sub dada : Acanthuroidei- Famili : Siganidae- Genus : Siganus- Species : Siganus spp.

2) Kebiasaan Makanan
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya
kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham
berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang
dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan
tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang mampu
memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan.


3) Penyebaran
Penyebaran ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap species
sangat terbatas seperti yang terdapat di LON LIPI daerah penyebaran setiap
species sebagai berikut:


a. Siganus guttatus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang Deli;
Jawa : P. Seribu, Cirebon, Balay, Surabaya;
Kalimantan : Balik Papan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo, Manado, Selayar;
Maluku : Seram, P. Obo, Ternate, Ambon, dsb.
b. Siganus canaculatus penyebarannya di :
Sumatera : Padang;
Jawa : Ujung Kulon, Teluk Banten, P. Seribu;
Maluku : Ternate, Bacan.
c. Siganus vulpinus penyebarannya di :
Kalimantan : Birabirahan;
Sulawesi : Masalembo, Ujung Pandang, Manado;
Maluku : Ternate, Kajoa, Ambon, Seram;
Irian : Manokwari.
d. Sirganus virgatus penyebarannya di :
Sumatera : Pariaman, Padang, Bangka, Belitung;
Jawa : P. Seribu, Bawean;
Kalimtan : Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo.
e. Siganus corallinus penyebarannya di :
Sumatera;
Jawa;
Nusa Tenggara;
Sulawesi;
Maluku.
f. Siganus chrysapilos penyebarannya di :
Jawa :P. Seribu;
Kalimantan : Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Manado, Slayar;
Nusa Tenggara : Sumbawa;
Maluku : P. Obi, Roti, Ambon dan sekitarnya.
g. Siganus spinus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang, Tapak Tuan;
Jawa : P. Serinu, Pacitan, Karang Bolong, Prigi;
Sulawesi : Ujung Pandang. Bajo, Manado;
Nusa Tenggara, Timor;
Bali;
Maluku dan sekitarnya.

h. Siganus vermiculatus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang, Sibolga, Nias;
Jawa : P. Seribu, Semarang;
Kalimantan : Balik Papan dan Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bulukumba, Manado, Sangihe;
Maluku : Halmahera, Morotai, Ternate, Bacan, Ambon;
Nusa Tenggara, Timor.
i. Siganus puellus penyebarannya di :
Jawa :P. Seribu;
Sulawesi : Ujung Pandang;
Maluku dan sekitarnya.


j. Siganus javus penyebarannya di :
Sumatera : Deli, Sibolga, Bengkulu, Bangka, Belitung;
Jawa : Jakarta, Cirebon, Semarang, Jepara, Surabaya,
Pasuruan, madura;
Kalimantan : Stagen, Balik Papan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo.
k. Siganus lineatus penyebarannya di :
Maluku : Ternate, Morotai, Ambon dan sekitarnya.

3. TEKNOLOGI BUDAYA
1) Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal
memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan
dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini,
pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan mempertimbangkan
dari aspek teknis dan non teknis.
Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:
a. Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim
dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas
budidaya.
b. Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40
cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air
kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya
apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu
sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk
melawan arus.

c. Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah
industri maupun limbah rumah tangga.

d. Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan
besar dan buas, binatang yang selain potensial dapat mengganggu
(predator).
e. Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air
yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
- Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
- Suhu air berkisar antara 28 ~ 320C.
- O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
- Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.
f. Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan
usaha budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya
manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang
cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudah
diperoleh.

Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor
yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan
dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.
2) Sarana produksi
Metoda budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan metoda
Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang
terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.
a. Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung
Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan,
pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen
tersebut adalah sebagai berikut:

- Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu
membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini
berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi
empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu.
Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara
ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan.
Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar
sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.

- Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat
dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75
~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu
empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah
siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke
empat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka. Pola pembuatan
kurungan dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar
3 dan agar kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka
pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat.
Gambar 2. Pola Pembuatan Kurungan Apung

- Pelampung
Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga
diperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastik
volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan pelampung
sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE)
yang bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm.
Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka Rakit

- Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser
dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang.
Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang
terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5
kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
Gambar 6 Pengaturan dan Pemasangan Jangkar
b. Benih
- Persyaratan Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi
benih yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambat
pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah penularannya ke ikan
di dalam wadah budidaya.
Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara
lain adalah :
* Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak sakit;
* Gerakan ikan lincah;
* Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan.
- Penyediaan Benih
Sampai saat ini benih ikan beronang yang digunakan dalam usaha
budidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan beronang
dapat diperoleh dalam jumlah besar pada saat musim puncak benih.

Untuk setiap jenis beronang musim puncaknya akan berlainan setiap
lokasi.
Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampai
saat ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapa
jenis sudah berhasil dilakukan.

- Penanganan dan Transportasi Benih
Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan
seperti suhu dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronang
sangat perlu dijaga hati-hati.
Pada saat pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus
selalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih dapat dilakukan
sehari setelah pengumpulan dan cukup memberikan istirahat bagi ikan
dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk menggunakan seser
yang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit akibat
persentuhan benih satu sama lain.

Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak dekat dapat digunakan
keramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di air.
Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan untuk
jarak jauh dapat digunakan kantong-kantong plastik atau periuk-periuk
tanah.

Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup
dapat ditransportasi sampai maksimum 48 jam.

c. Pakan
- Persyaratan Pakan
Salah satu faktor yang sangat penting menentukan pertumbuhan ikan
yang dipelihara adalah faktor ketersediaan pakan yang cukup baik
kualitas maupun kuantitas sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknya
yaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah nutrient/zat makanan yang
dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknya
yang masih baru (pellet) dan segar (ikan rucah).
- Penanganan Pakan
Untuk menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya ikan
beronang perlu diperhatikan penanganan terhadap pakan yang
digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pakan
antara lain adalah tempat penyimpanan pakan harus bersih dan kering.

3) Teknologi Budidaya
a. Pola Produksi
Dalam usaha budidaya ikan laut pengaturan pola tanam perlu disesuaikan
dengan ketersediaan seperti (benih, pakan) dan pengaruh dari musim
serta ketersediaan pasar. Untuk itu dalam kegiatan budidaya ikan di laut
setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat.
Dalam pengaturan pola tanam yang berhubungan daya serap pasar
alternatif pola tanam adalah setiap KK adalah melakukan penanaman
pada 1 unit karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah jurungan dan
penebaran benih dapat dilakukan selang 3 hari - 1 minggu setiap KK atau
tergantung dari daya serap pasar.
b. Cara Penebaran Benih
Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian
secara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaran
benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
c. Cara Pemberian Pakan
Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet
kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari.
Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan
sore hari.
Konversi pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4
yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet
sebanyak 4 kg.
d. Penanganan Hasil
Panen ikan beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulan
setelah penebaran. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telah
berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan menggunakan
serok/lampit/alat angkap.
- Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya
sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke arah
suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan kemudian
diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap dengan

berhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen sebaiknya
dilakukan pada saat udara sejuk.
4) Manajemen Budidaya
Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan
jaring apung adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada
sarana yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan
pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran
air dan menyebabkan kurungan bertambah berat.
Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan
pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali
atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkan
untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan
menggunakan mesin semprot jaring.
5) Hama dan Penyakit
a. Hama
Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah
berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung dan
lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan pada
kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara
menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari
kurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh manusia perlu juga
diwaspadai.
b. Penyakit dan Pencegahannya
Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan
diagnosa gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan
dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :
- Ada kelainan tingkah laku : salah satu atau beberapa ikan keluar dari
kelompoknya dan cara berenangnya miring atau "driving" (ikan yang
berada di permukaan langsung menuju dasar dengan cepat). Gejala
demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian :
penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan bahan kimia
logam berat, dan kekurangan vitamin.
- Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah berapa lama keadaan ini
terjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes (oxydized fatty),
kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang terjadi
karena persediaan pakan sedikit.
- Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan dan
permukaan tubuh ikan.

- Mata tidak normal : disebabkan oleh bakteri dan parasit tremotoda
Giganea sp.
Untuk organ tubuh bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi pada :
Insang : Hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah dan
keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik.
Otak : Terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit
Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia
sp.
Jantung : Menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh bakteri klas
Mycospradia, membran jantung membesar karena diserang
bakteri Streptococcud spp.
Hati : Membesar atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkan
oleh perubahan kadar lemak (fatty change liver desease).
Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat
menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah
pecah.
Lambung : Menjadi kembung, luka dan berlobang, disebabkan oleh
parasit yang termasuk klas Cestoda.
Usus : Luka, pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis,
disebabkan oleh parasit dalam klas Nematoda, Trematoda,
Cestoda dan Acanthocephala.
Limpa : Menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh
adanya penyakit di bagian lain.
Otot : Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh
bakteri Nacordia sp atau serangan parasit Microsporidae.
c. Penanganan Ikan Sakit
Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah yaitu :
- Berdasarkan teknik budidaya :
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain adalah :
* Menghentikan pemberian pakan pada ikan;
* Mengganti makanan dengan jenis lain;
* Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang
kepadatannya/ densitasnya rendah;
* Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah bagi ikan
yang lain.
- Berdasarkan terapi kimia :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
* Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan
digunakan;
* Memeriksa batas dosis yang aman untuk masing-masing obat agar
tidak terjadi "over dosis";
* Menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri;
* Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat
tersebut.

d. Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat yang akan digunakan dapat ditentukan sendiri
dengan memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena penyakit,
kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan (tempat budidaya).
Ada beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu :
- Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;
- Disebarkan pada permukaan;
- Dicampurkan dalam pakan;
- Dengan cara injeksi.
Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis
monogenetik trematoda pada bagian insangnya, parasit ini dapat
dilepaskan dengan mengunakan "dipterex" (organoposfat, sinonim : Dylox,
Masoten, Neguvon) dengan dosis sebesar 30 ppm selama 8 - 16 m enit
dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini hasilnya positif, dengan
tingkat kematian ikan beronang sampai 0%.
Waktu dan dosis obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hatihati
agar tidak terjadi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan
kematian pada ikan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa jumlah dosis
yang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa dosis yang mematikan
terhadap beberapa jenis ikan beronang.

e. Pencegahan penyakit
Untuk mencegah agar ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Menjaga kebersihan tempat budidaya;

- Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahanbahan
kimia pertanian;
- Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan kontaminasi
jamur;
- Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.
4. DAFTAR PUSTAKA
1) Dana Kusumah, E., 1985, Beberapa Aspek Biologi Ikan Beronang (Siganus
spp) Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1 Nopember 1985 di Lampung.
10 pp.
2) WASPADA, E, Hiroki, 1985. Percobaan Pemberian Pakan pada
Pemeliharaan Benih Ikan Beronang, Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1
Nopember. 68 - 73 p.
3) Marto Sewajo, S., Burhanudin, Djamali, P. Sianipar. 1981. Ikan Beronang.
Biolobi , Potensi dan Pengelolaannya. LON - LIPI. 45 p.
4) Basyori, A., E. Dana Kusumah; Philip T. T, Pramu, S, Musthahal dan M. Isra.
Budidaya Ikan Beronang (Siganus spp). Direktorat Jenderal Perikanan
bekerjasama dengan IDRC, 39 p.
5) Informasi Teknologi, BBL.
5. SUMBER
Pedoman Teknis Budidaya Ikan Beronang, Direktorat Bina Produksi, Direktorat
Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1997.
6. KONTAK HUBUNGAN
Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen
Pertanian, Jakarta.
Jakarta, Maret 2001
Disadur oleh : Tarwiyah
KEMBALI KE MENU

Rabu, 25 Januari 2012

Harga Udang Mencapai Rp500 Ribu/Kg


Harga Udang Mencapai Rp500 Ribu/Kg

KETINGGIAN gelombang di Samudra Hindia yang mencapai 6 meter mengakibatkan hasil tangkapan nelayan merosot. Salah seorang nelayan di Kebon Baru, Cilacap, Pairan, 48, mengungkapkan saat ini musim paceklik. Apalagi di Samudra Hindia sebelah selatan Cilacap, Jawa Tengah, gelombang tinggi diperkirakan mencapai 6 meter.

"Kalau nelayan, khususnya pencari udang melaut, paling banyak hanya mendapatkan 3 kilogram, rata-rata hanya 1 kg," kata Pairan di Cilacap, kemarin. Hal itu mengakibatkan harga lobster mencapai Rp500 ribu per kilogram. "Bahkan, pada pekan lalu sempat menembus Rp l juta per kg karena naiknya permintaan."

Harga udang normal tertinggi dalam kisaran Rp250 ribu hingga Rp400 ribu per kilogram. Tarif hasil tangkapan laut lainnya yang tinggi adalah bawal putih dalam kisaran Rp250 ribu per kilogram, padahal harga normal tertinggi hanya Rp120 ribu.

Secara terpisah, pengamat cuaca Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan hingga lima hari mendatang, cuaca masih memburuk di Samudra Hindia wilayah selatan Jateng. "Ketinggian gelombang maksimal masih kami perkirakan masih mencapai 6 meter sampai 29 Januari mendatang."

Paceklik hasil tangkapan juga dialami nelayan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ratusan nelayan di Na-mosain, Alak, Oeba. Kelapa lima, dan Oesapa, memindahkan perahu mereka ke perairan yang aman di dermaga Pelabuhan Perikanan Kelurahan Alak.

 "Sudah dua hari terakhir kami tidak berlayar karena gelombang sangat tinggi," kata Mahmud, nelayan asal Kelurahan Namosain. (LD/PO/N-1)
 
Sumber : Media Indonesia 25 Januari 2012, hal. 10 

Selasa, 24 Januari 2012

Perikanan Budidaya Baru Digarap 11%


Potensi perikanan budidaya di Indonesia baru dimanfaatkan sekitar 11%, sehingga terbuka lebar untuk dioptimalkan agar produksi perikanan naik signifikan. Hal itu dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo dalam seminar Outlook Perikanan 2012 bertajuk Industrialisasi Perikanan Budidaya; Peluang dan Tantangan Bagi Usaha Budi Daya di Jakarta, Rabu (18/1).

Sharif memaparkan, potensi perikanan budidaya mencapai lebih dari 9,58 juta hektare, tetapi pada 2010 yang tecatat baru dimanfaatkan seluas 1,11 juta hektare.

Menurut dia, potensi perikanan seluas 9,58 juta hektare itu terdiri atas potensi tambak 1,22 juta hektare dan potensi budi daya laut seluas 8,36 juta hektare.

"Potensi perikanan budi daya tersebut meliputi budidaya laut, budi dayatambak, budi daya kolam, budi daya keramba, budi daya jaring apung dan budi daya sawah," kata dia

Namun, menurut Sharif, meski pemanfaatan potensi perikanan budidaya belum optimal, produksi perikanan budidaya menunjukkan kenaikan signifikan dari produksi yang tercatat 4.78 juta ton tahun 2010 naik menjadi sekitar 6,97 juta ton pada 2011.

Dia menjelaskan, peningkatan produksi perikanan tersebut baik perikanan budi daya maupun tangkap belum mampu mencukupi permintaan dalam negeri. Permintaan itu termasuk dari industri pengolahan perikanan untuk dijadikan bahan baku.

"Dari kebutuhan bahan baku pe-mindangan saja yang sebanyak 157.838 ton per bulan, saat ini hasil produksi ikan tangkap nasional untuk jenis ikan pindang hanya sekitar

76.434 ton per bulan. Artinya, terdapat kekurangan bahan baku ikan pindang sekitar 5137%," kata dia.

Sharif mengemukakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak bisa memaksakan untuk memenuhi kebutuhan baku industri pindang yang berasa) dari perikanan tangkap karena keterbatasan sumber daya ikan di laut maupun faktor cuaca

Untuk itu, menurut dia, salah satu upaya yang dilakukan adalah mengedukasi para pemindang untuk mendiversifikasi usahanya dengan usaha pengolahan perikanan budidaya seperti bandeng presto.

"Tentunya hal ini harus diikuti upaya peningkatan produksi ikan bandeng sebagai bahan bakunya Karena itu, bandeng merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang kami prioritaskan imtuk dikembangkan, selain udang-dan patin." kata Sharif, (ant)

Sumber : investor Daily 19 Januari 2012,hal. 7

Senin, 16 Januari 2012

POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG ORGANIK DI KUTAI KARTANEGARA

Komoditas udang adalah merupakan primadona bagi produk perikanan budidaya, karena sangat disukai oleh konsumen baik dalam maupun luar negri, disamping itu harganyapun relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan produk perikanan budidaya lainya. Komoditas udang juga merupakan salah satu dari komoditas yang sedang dikembangkan pada saat ini untuk ditingkatkan produksinya salah satunya dengan melalui program revitalisasi tambak di pantura.
Seiring dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keamanan pangan khususnya konsumen luar negri, sehingga masalah mutu produk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan. Maka para pembudidaya dituntut untuk menerapkan cara budidaya ikan yang baik (CBIB). Salah satu teknologi produksi budidaya udang yang dapat dilakukan oleh pembudidaya untuk menghasilkan produksi yang berkualitas tinggi dan memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan adalah budidaya udang organik. Budidaya udang organik adalah merupakan sistem pemeliharaan udang dengan menerapkan proses produksi yang menjamin produk yang dihasilkan bebas dari bahan anorganik dan bahan berbahaya lainya. Budidaya udang organik pada dasarnya hampir sama pemeliharaanya dengan dengan pola pemeliharaan tradisional, namun selama proses pemeliharaanya tidak menggunakan pakan dan obat serta sarana produksi lainya yang mengandung bahan anorganik dan residu lainya.
Sesuai dengan Petunjuk Teknis Budidaya Udang Organik yang dikeluarkan oleh Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2010, teknologi budidaya udang organik menggunakan luas petakan berkisar 1-4 ha / petak, padat penebaran 2-3 ekor/meter, luas caren 20-30% dari luas petakan dengan kedalaman caren 40% dari permukaan pelataran, pintu air 1 buah per Ha. Luas caren 20 – 30 % dari luas petakan dengan kedalaman caren 40% dari permukaan pelataran.
Permintaan udang organik dipasar dunia masih belum bisa dipenuhi, hal ini disebabkan karena produksi masih terbatas. Budidaya udang organik belum banyak diminati oleh para pembudidaya, karena produktivitasnya yang rendah (kurang dari 1 ton/Ha/MT) dan memerlukan lahan yang luas. Namun dengan pola budidaya organik, harga udang bisa mencapai 20 dollar AS /kg, sedangkan harga udang produksi budidaya anorganik maksimal 7 dollar SA /kg.
Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu sentra produksi perikanan budidaya tambak khususnya produksi udang windu di Kalimantan, Tahun 2010 produksi udang windu yang dihasilkan 1.851,9 Ton, sedangkan luas areal budidaya tambak yang dilaporkan seluas 30.474 Ha, tersebar dibeberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Marangkayu 1.214 Ha, Kecamatan Muara Badak 14.021 Ha, Kecamatan Anggana 2.302 Ha, Kecamatan Samboja 912 Ha, dan kecamatan Muara Jawa 12.025 Ha. Produktivitas tambak yang ada kalau dilihat dari jumlah produksi dibagi dengan luas lahan di kabupaten Kutai Kartanegara berkisar 60,76 kg/ Ha, angka produktivitas tambak yang sangat kecil dan masih bisa ditingkatkan bila menerapkan budidaya udang yang baik dan benar. Karakteristik tambak yang ada di kabupaten Kutai Kartanegara pada umumnya sangat cocok untuk pengembangan budidaya udang organik, dimana petakan yang ada cukup luas ( 2 – 5 Ha / petak), padat penebaran yang rendah ± 1 ekor / meter, bentuk petakan tidak beraturan, pintu air 1 buah per petak, kedalaman caren kurang terawat, pemasukan dan pengeluaran air mengandalkan pasang surut dan hampir semua pembudidaya menerapkan teknologi tradisional serta kondisi lingkungan perairan yang masih relatif baik dan jauh dari sumber pencemaran.
Dengan memperhatikan kondisi luas lahan, serta karakteristik tambak dan pembudidaya yang ada di kabupaten Kutai Kartanegara, maka hal ini merupakan potensi yang dapat dijadikan modal dalam pengembangan budidaya udang organik.
Jika potensi ini disentuh dengan penyadaran dan pemberian wawasan yang lebih luas tentang budidaya udang organik kepada pembudidaya, baik dari segi teknis maupun non teknis serta keuntungan yang akan didapat, maka peluang untuk mengisi pasar ekspor udang organik akan mampu diwujudkan, sebagai gambaran dengan luas lahan tambak yang ada di kabupaten Kutai Kartanegara 30.474 Ha, kemudian sebagai gambaran dengan menggunakan acuan teknis dari juknis yang ada, maka dengan hanya penebaran 20.000 ekor/Ha (padat tebar 2 ekor / meter), dengan asumsi produksi udang SR 50 %, size panen 30 ekor / kg maka bisa menghasilkan udang sebanyak ±10.000 Ton / siclus, dan kabupaten Kutai Kartanegara akan menjadi salah satu sentra produksi budidaya udang organik.

sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Rabu, 11 Januari 2012

Impor Ikan agar Dihentikan


Impor Ikan agar Dihentikan
JAKARTA, KOMPAS - Kementerian Kelautan dan Perikanan diminta melakukan moratorium atau penghentian sementara impor ikan guna melihat titik keseimbangan kebutuhan ikan masyarakat Sejumlah indikasi penyalahgunaan impor ikan perlu ditindaklanjuti serius.

Ketua Komisi IV DPR Roma-hurmuziy di Jakarta, Senin (9/1), mengatakan, pemerintah diminta serius menangani impor ikan. "Moratorium impor ikan diperlukan untuk melihat tingkat keseimbangan kebutuhan masyarakat Dengan moratorium, harga ikan lokal akan terdorong naik karena kebutuhan meningkat Di sini bisa dilihat titik keseimbangan antara pasokan dan permintaan," ujarnya

Ia menambahkan, pihaknya akan meminta pemerintah untuk melakukan sensus produksi ikan dan garam guna memastikan data produksi secara akurat sebagai dasar pengambilan kebijakan. "Kalau belum ada data yang akurat, basis pengambilan keputusan salah sehingga kebijakan yang diterbitkan pasti salah," ujar Romahurmuziy.

Pendataan kacau

Secara terpisah. Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo dalam dialog pakar yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri mengakui pendataan perikanan masih kacau. Padahal, data penting sebagai dasar kebijakan. "Banyak data, termasuk data dari Badan Pusat Statistik, yang masih kurang akurat." ujarnya.

Pihaknya sedang menyusun pendataan dan pemetaan produksi industri pengolahan dan memetakan produksi perikanan tangkap, budidaya, tambak, dan sebaran produksi. Terkait dengan itu, pihaknya merekrut 8.000 penyuluh sebagai pengawas dan pendamping usaha perikanan. , (LKT)
 
Sumber : Kompas 11 Januari 2012,hal. 18 

Senin, 09 Januari 2012

Peduli Kepulauan Seribu


Peduli Kepulauan Seribu

Dengan luas 661 km persegi, banyak daerah di DKI Jakarta yang layak dikunjungi sebagai tempat berlibur sekaligus menambah pengetahuan. Atiqa Ha-num, merupakan salah seorang warga Jakarta yang lebih memilih menghabiskan waktu liburnya di Kepulauan Seribu ketimbang ke Mal.

"Saya ke mal kalau ada yang mau dicari. Itupun tidak sering, mending liburan," kata warga Jakarta yang tinggal di daerah Puri Kembangan ini.

Anggota Paskibraka Jakarta Barat tahun 2004 ini menuturkan pulau dan pantai-pantai yang terdapat di Kepulauan Seribu mampu bersaing dan menjadi obyek wisata yang bisa diandalkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menarik wisatawan baik lokal maupun luar negeri. Namun, dikatakan Atiqa hal itu harus dengan bantuan masyarakat untuk merawat dan menanam kembali terumbu karang.

"Terumbu di Kepulauan Seribu sudah banyak yang rusak. Jangan ada lagi yang pakai pukat harimau, biar ikan-ikan disna tetap banyak, dan makin banyak wisatawan yang mau datang. Siapa lagi kalau bukan kita yang rawat," tutur gadis kelahiran Jakarta, 23 Desember 1988 ini.

Backpacker yang mengaku sering mengunjungi Pulau Pramuka, Karya, Tidung, Putri, dan beberapa pulau lainnya ini mengatakan banyak hal yang berbau wisata bahari bisa dilakukan di kawasan Kepulauan Seribu. Snorkling melihat pemandangan bawah laut atau berkeliling pulau, merupakan beberapa wisata bahari yang layak dikunjungi di Kepulauan Seribu. "Ada Taman, Nasio-atau bisa melihat penangkaran penyu dan hiu," tutur Atiqa. [FFS/W-12]
 
 
Sumber : Suara Pembaharuan 08 Januari 2012,hal. 8 

Selasa, 03 Januari 2012

Kunci Keberhasilan Budidaya Ikan Hias : Kondisi Larva

Kondisi Larva

Larva yang baru menetas sangat peka terhadap lingkungan seperti suhu, sinar matahari, dan kualitas air. Untuk itu, sebaiknya larva diperlakukan secara hati-hati, terutama saat mengganti air. Penggantian air ini dilakukan setelah larva mulai berenang. jumlah air yang diganti tidak lebih dari separo.

Terutama bila menggunakan obat antijamur saat penetasan, airnya harus secepat mungkin dihilangkan dengan cara setiap hari diganti. Obat antijamur seperti metil biru dalam kadar pekat yang berada dalam air kotor lebih dari seminggu akan bereaksi menjadi komponen kimia berbahaya bagi larva sehingga mempercepat naiknya amonia. Kualitas air ini harus terjaga, terutama suhunya antara 26-29° C yang umum untuk ikan-ikan tropis.


Pakan jangan terlambat diberikan ke larva. Larva yang kurang pakan akan mudah mati. Beberapa jenis ikan yang kanibal malahan dapat saling menggigit bila lapar sehingga cukup banyak larva yang mati. Masa kritis larva biasanya saat akhir metamorfosis atau saat tumbuhnya sirip.

Kolam untuk pemeliharaan larva yang memakai tanaman air biasanya terdapat banyak hama larva seperti kalajengking air dan larva capung. Hama ini senang hidup, tumbuh, dan berkembang di akar tanaman air. Kalau air selalu bersih, hama akan enggan berkembang. Untuk itu, air kolam perlu sesering mungkin diganti.

Penggantian air kolam memerlukan teknik tersendiri agar larva tidak ikut hanyut. Penggantian air dilakukan dengan membuka saluran pembuangan. Di mulut saluran sudah dilengkapi saringan halus.

Bila larva akan dipindahkan, sebaiknya dilakukan 2-3 hari setelah larva mulai berenang dan sudah mulai makan 1-2 hari. Larva yang sudah mulai makan biasanya mulai kuat. Memindahkannya saat pagi hari sebelum pemberian pakan. Pemindahan dilakukan dengan menyerok larva menggunakan mangkok atau sendok besar. Sebaiknya larva tidak dikeluarkan dari air.

sumber : Darti Satyani Lesmana, Iwan Dermawan, Penebar Swadaya, 2006

Senin, 02 Januari 2012

Betta fish can prevent dengue fever

Betta fish can prevent dengue fever


Dengue fever caused by mosquitoes, can be prevented by way betta fish betta fish isavailable in bottles we input into the tub.



in the bath betta fish will eat mosquito larva. then after 2-3 days betta fish is removed andinserted back into the bottle. then inserted back into the bathtub and so on.



this is an effective way to combat / prevent dengue fever. when compared with thefumigation may only kill the mosquitoes alone but eggs and larvae of mosquitoes in the water does not come off

Minggu, 01 Januari 2012

Lowongan Kerja Penerimaan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK)


PENGUMUMAN
Nomor :B. 557/BPSDMKP.04/TU.210/XII/2011

TENTANG
PENERIMAAN PENYULUH PERIKANAN TENAGA KONTRAK (PPTK)
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN 
PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2012


Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk Menjadikan Indonesia Sebagai Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015, serta menyejahterakan  Kehidupan Nelayan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara efisien dan berkesinambungan demi kesejahteraan bangsa Indonesia.  Sumber daya manusia yang handal dan profesional merupakan modal dasar bagi pembangunan kelautan dan perikanan. 
Selain mewujudkan visi dan misi KKP, Pusat Penyuluhan KP, BPSDM KP juga memiliki rencana strategis (Renstra), yaitu: Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan MINAPOLITAN dengan usaha yang bankable menuju industrialisasi perikanan nasional.  Dalam kerangka mewujudkan sasaran strategis dimaksud, maka ditetapkan dua indikator kinerja Pusat Penyuluhan KP, yaitu: 
(1) peningkatan persentase kelompok  dengan usaha mandiri setelah  mendapatkan pendampingan PPTK;
(2) peningkatan persentase materi  penyuluhan menjangkau kawasan minapolitan oleh PPTK
Perwujudan kedua indikator ini di lapangan, memang bukan hal yang mudah; karena itulah Pusat Penyuluhan KP akan menyinergikan seluruh daya dan dana yang tersedia; guna percepatan perwujudannya.  Sehubungan dengan beberapa hal tersebut di atas; maka perlu ditetapkan Petunjuk Teknis Penerimaan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak tahun 2012 dengan penajaman persyaratan, sehingga memberi keyakinan bahwa PPTK tahun 2012 yang memenuhi persyaratan akan menjadi dinamisator dan penggerak utama yang mampu membantu Eselon I lingkup KKP dalam mencapai target kinerja.  
Pada tataran penjabaran target keberhasilan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang mencantumkan angka peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 353%; perikanan tangkap sebesar 6 % dan peningkatan sektor lainnya, maka tidak ada jalan lain, kecuali menggerakkan seluruh potensi sumber daya manusia kelautan dan perikanan secara massif dengan kebersamaan dan penyatuan persepsi.  Upaya penyatuan langkah di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana dimaksud merupakan implementasi dari sistem penyuluhan perikanan.      
Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012 harus memenuhi persyaratan dan mengirimkan surat lamaran sesuai dengan petunjuk teknis tentang Penerimaan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012 (terlampir) dan paling lambat sudah diterima oleh panitia di Pusat Penyuluhan KP tanggal 6 Januari 2012 baik melalui pos (Kepala Pusat Penyuluhan KP BPSDMKP, Gedung Mina Bahari III Lt. 6 , Jl. Medan Merdeka Timur No 16 Gambir Jakarta Pusat 10110) ataupun email (rekrutpptkpusluhkp@gmail.com).
 
Jakarta, Desember 2011
Pusat Penyuluhan KP


sumber :http://www.kkp.go.id