Ikan Menyehatkan dan Mencerdaskan
Meningkatnya konsumsi ikan pada masyarakat tidak hanya berarti meningkatnya asupan gizi dan protein saja. Hal ini juga mengakibatkan produksi ikan secara nasional ikut naik.
Tak dapat disangkal lagi wilayah perairan Indonesia yang luasnya mencapai 5,8 juta km2 dan didalamnya menjajikan potensi ekonomi terutama dari ikan sebagai sumber gizi tinggi. Namun saat ini, baru sekitar 58,5 persen dari potensi lestari ikan laut yang mencapai 6,18 ton juta ton per tahun yang dimanfaatkan. Ini artinya optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan masih jauh dari harapan. Apalagi tingkat konsumsi ikan orang Indonesia saat ini menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi mencapai 26 kg/kapita/tahun pada tahun 2005.
Dibandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai 45 kg/kapita/tahun, Indonesia jauh lebih rendah. "Berangkat dari sini dibutuhkan gerakan makan ikan lintas departemen karena Tuhan telah menciptakan ikan, sedangkan manusia tinggal mengambilnya. "Tapi kenapa masyarakat Indonesia rendah makan ikannya?" Pertanyaan ini mengemuka saat Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi memberikan sambutan pengu-kuhan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan) di Jakarta, Rabu 20 September 2006.
Menteri Kelautan dan Perikanan juga menambahkan semestinya orang Indonesia gemar makan ikan, karena mereka tanpa susah payah mengambilnya. Berbeda dengan padi atau singkong yang harus ditanam. Lagi pula ikan merupakan makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi dan dapat menambah kecerdasan otak. Ada salah satu contoh yang cukup menggembirakan yaitu di Papua. Penduduk orang-orang yang tinggal di daerah pantai banyak yang menjadi pemimpin. Ini terbukti dari zaman Belanda sampai sekarang. Gubernur Papua berasal dari Sentani yang makan ikan danau Sentani. "Makanya bupati yang berada di pedalaman minta supaya dibuatkan tambak-tambak," tutur Freddy.
Rendahnya konsumsi ikan di negara ini, disebabkan oleh lemahnya sistem penawaran dan kekurangan suplai ikan ke daerah-daerah yang jauh dari pantai. Melalui forum ini mudah-mudahan dapat mengkomunikasikan secara terpadu dan merupakan gerakan moral makan ikan agar masyarakat Indonesia mau makan ikan, sehingga lima atau sepuluh tahun kedepan orang-orang Indonesia memiliki kecerdasan yang lebih baik seperti halnya orang Jepang. Untuk itu, "Kami telah menyiapkan seperangkat kemasan ikan yang higienis. Mungkin orang yang punya uang enggan ke pasar lantaran pasarnya kotor sehingga dapat mengurangi selera makan ikan", ujar Freddy lagi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Martani Huseini mengatakan pembangunan sektor perikanan sebagai bagian dari pembangunan nasional tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan perikanan. Lebih dari itu, membangun manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki intelektual, emosional dan spiritual yang mantap dan menjadi modal dasar bagi pembangunan.
Guna mewujudkan hal itu, DKP menetapkan program peningkatan konsumsi ikan sebagai langkah strategis menuju Indonesia yang lebih maju. Oleh karena itu, program ini harus mendapat dukungan dari semua pihak, terutama FORIKAN Indonesia sebagai motivator dan inspirator dalam upaya meningkatkan konsumsi ikan yang pada gilirannya akan menguatkan pasar dalam negeri dan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu penyebab rendahnya konsumsi makan ikan adalah belum adanya lembaga yang mendorong peningkatan konsumsi ikan nasional. Hal ini tidak bisa dibiarkan, tetapi harus segera mendapat perhatian serius dari seluruh stakeholder perikanan dalam memadukan langkah untuk mendukung upaya peningkatan konsumsi ikan nasional.
Makan Ikan Terhindar dari Penyakit
Lebih rinci lagi, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia, R.A.Hj. Ning Sudjito, ST mengungkapkan ikan selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi yang sangat berguna bagi manusia. Kandungan gizinya dapat menyebabkan terhindar dari penyakit degeranatif seperti jantung koroner, tekanan darah tinggi, stroke dan kanker.
Belum lagi, kandungan protein pada ikan juga sangat baik. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa mutu protein ikan setingkat dengan protein daging, sedikit di bawah telur dan diatas protein serealia dan kacang-kacangan. Asam amino ikan dapat meningkatkan mutu protein pangan lain. Misalnya, nasi memiliki kadar asam amino lisin rendah, tetapi ikan mempunyai kadar lisin tinggi. Jadi, mengkonsumsi nasi dengan lauk ikan akan saling melengkapi, tambah Ning.
Ikan laut kaya akan lemak, vitamin dan mineral, sedangkan ikan tawar banyak mengandung karbohidrat. Ikan laut memiliki kandungan yodium tinggi yang bisa mencapai 830 mikro gram per kilogram. Berbeda dengan daging yang hanya 50 mikro gram dan telur 93 mikrogram. Selain itu, ikan laut mengandung omega-3 yang bermanfaat menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Jadi, sering mengkonsumsi ikan laut dapat membantu mencegah terjadinya aterosklerosis dan panyakit jantung. Apalagi asam lemak omega-3 dan omega-6 pada ikan dapat meningkatkan kecerdasan anak. Asam lemak ini juga sangat membantu bagi ibu hamil yang dapat membentuk otot janin. Makanya, disarankan ibu hamil banyak mengkonsumsi ikan.
Minyak hati ikan laut juga menjadi sumber vitamin A dan D. Vitamin A yang ada dalam minyak ikan termasuk yang mudah diserap. Dengan pemberian ikan minyak hati ikan pada balita bisa mencukupi kebutuhan vitamin A dan D, serta omega-3. Sekedar tambahan, ikan laut juga banyak mengandung flour. Pada anak-anak yang cukup mendapat flour didalam makanannya membuat giginya lebih sehat. Makanya, jarang ditemui anak sakit gigi yang tinggal di pantai karena banyak mengkonsumsi ikan laut.
Gerakan makan ikan yang dicanangkan DKP ini sebenarnya juga memiliki arti yang sangat luas. Meningkatnya tingkat konsumsi ikan pada masyarakat juga berarti meningkatkan produksi ikan secara nasional. Produksi ikan secara nasional pada tahun 2005 baru mencapai 4.970.010 ton, dan target produksi ikan nasional pada tahun ini mencapai 7,7 juta ton. Harapannya, menurut Fredy Numberi, pada tahun ini tingkat konsumsi ikan perkapita akan naik menjadi sekitar 28 kg. Dibandingkan tahun 2005 maka akan ada peningkatan sekitar 2 kg per kapita.
Jika diasumsikan jumlah penduduk Indonsia saat ini mencapai sekitar 220 juta, maka produksi ikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja akan mencapai 440 juta atau sekitar 440 ribu ton. Daya serap pasar sebesar itulah yang kira-kira akan meningkat tahun ini, bila tingkat konsumsi ikan masyarakat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.
Sumber : Majalah Demersal Oktober 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar