Minggu, 17 Agustus 2008

Budidaya ikan Nilem

Budidaya ikan Nilem

ikan nilem biasanya dimasak pepes karena ukurannya tidak terlalu besar. Ikan ini bisa dijual dalam paket yang ekonomis.

A. Pengenalan Jenis
Bentuk tubuh ikan nilem (Osteochilus hasselti) hampir serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hijau­ abu-abu.


Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba.

Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm. Di Jawa Barat, ikan nilem memiliki popularitas sedikit di bawah ikan mas. Di berbagai daerah lain, ikan ini dikenal sebagai ikan lehat, regis, monto, palong, palouw, pawas, assang, atau penopa.

Ikan ini terdapat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, Malaysia, dan Thailand. Pada umumnya, ikan nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 m dpl.

B. Kebiasaan Hidup di Alam

Nilem hidup di lingkungan yang jernih. Oleh karena itu, ikan ini dapat ditemukan di sungai-sungai.

1. Kebiasaan makan
Nilem tergolong ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivore).

2. Kebiasaan berkembang biak
Biasanya, ikan ini akan memijah di akhir musim penghujan, di daerah yang berpasir dan berair jernih. Di tempat budi daya, ikan nilem dapat dipijahkan sepanjang tahun dengan mengatur kondisi lingkungan.


C. Memilih Induk

Ikan nilem termasuk ikan yang produktif karena bisa dipijahkan
3-4 kali dalam setahun. Keberhasilan pemijahan sangat ditentukan pada faktor induk dan pengaturan lingkungan pemijahan. Untuk itu, pemilihan induk ikan nilem yang hendak dipijahkan barns memenuhi persyaratan sebagai berikut.
Ciri induk yang berkualitas

Betina
Umurnya mencapai 1-1,5 tahun.Berat badan sekitar 100 g.Bila diurut pelan-pelan ke arah lubang alat genital, induk betina akan mengeluarkan cairan berwarna kekuning-kuningan.

jantan
Perutnya mengembang dan terasa empuk ketika diraba. Berumur 8 bulan Berat badan sekitar 100 g. Bila dipijat perut ke arah alat genital, induk jantan akan mengeluarkan cairan seperti susu.



D. Pemijahan di Kolam

Untuk memijahkan ikan di kolam, perlu mempersiapkan konstruksi kolam, persiapan kolam, dan proses pemijahan.

1. Konstruksi kolam
Kolam pemijahan ikan nilem berukuran 2 m2 yang terhubung dengan kolam penetasan seluas 20 M2. Kolam pemijahan juga terhubung dengan kolam pendederan. Jarak permukaan air dengan pintu pemasukan air sekitar 15 cm.

2. Persiapan kolam
Kedalaman air di kolam pemijahan 50 cm. Sementara kolam penetasan telur yang ada di bawahnya diisi air sedalam 30-40 cm. Dasar kolam penetasan harus berpasir dan bebas dari lumpur agar tidak mengganggu proses penetasan telur. Di antara kedua kolam tersebut dipasang saringan agar induk nilem tidak hanyut ke kolam penetasan. Beberapa petani memasang bebatuan dan menanam rumput kakawatan (Cynodon dactylon) untuk menghalangi lolosnya induk ke kolam penetasan, tetapi tidak menghalangi air yang membawa telur ke kolam penetasan. Adapun debit air yang masuk ke dalam kolam diperbesar untuk merangsang pemijahan induk nilem.

3. Pemijahan
Ikan diberok (dipuasakan) terlebih dahulu selama 3-7 hari untuk membuang kotoran dari dalam perutnya. Pemberokan sebaiknya dilakukan di dalam kolam yang terpisah agar tidak terjadi pemijahan yang tidak diharapakan atau `mijah maling'.

Bila persiapan kolam pemijahan dan kolam penetasan sudah selesai maka 20 pasang induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Usahakan pemasukkan induk dilakukan pada sore hari karena nilem menyukai memijah pada malam hari.
Menjelang subuh, biasanya nilem akan memijah. Ikan ini akan memijah di bagian dangkal dekat pipa pembuangan air. Telur-telur yang dikeluarkan, lalu dibuahi. Telur tersebut kemudian akan hanyut terbawa air dan masuk ke dalam kolam penetasan. Setelah itu, pagi harinya
induk-induk ditangkap dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk masing-masing.

E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih

Telur yang bertumpuk di dekat pintu pemasukan kolam penetasan diratakan dengan sapu lidi atau pun garu. Bila dibiarkan menumpuk, akan banyak telur yang tidak menetas. Kolam penetasan sebaiknya diberi daun­daun pisang untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk ataupun air hujan.

Lima hari kemudian benih nilem bisa dipanen untuk dijual, ditebarkan ke sawah, atau dipelihara di kolam pendederan. Cara penangkapannya dengan menampung ikan di saluran pembuangan yang dipasang kain halus, lalu memindahkannya secara bertahap ke hapa yang telah dipasang dengan menggunakan ember. Benih yang dihasilkan dari sepasang nilem berukuran 100-150 g sebanyak 15-000-30.000 ekor.

F. Pendederan dan Pembesaran
Bila benih akan didederkan ke dalam kolam pendederan, maka pintu air yang terhubung dengan kolam pendederan dibuka. Dengan demikian, benih nilem akan berpindah ke kolam pendederan yang lebih lugs.

Pembesaran ikan nilem dapat dilakukan di kolam ataupun keramba. Ikan nilem yang dibesarkan tidak boleh semuanya dikonsumsi atau dijual. Sebagian ikan yang dibesarkan harus dipergunakan untuk peremajaan induk sebab induk nilem biasanya dianggap sudah tidak produktif lagi setelah 2 tahun atau sekitar 6-8 kali telah dipijahkan.


Sumber : Heru Susanto, 2005


Tidak ada komentar:

Posting Komentar