Tumbuhkan Wirausaha Tingkatkan Produksi Budidaya |
|
Kenaikan produksi hingga 353% dalam lima tahun ke depan atau sebesar 16,8 juta membutuhkan kerja keras dari sektor perikanan budidaya. Sebab sektor inilah yang menjadi batu loncatan bagi tercapai cita-cita tersebut. Untuk itu maka paling tidak harus ada peningkatkan jumlah wirausaha perikanan budidaya yang didukung oleh sistem pembiyaan (modal dan investasi) yang memadai. Secara rinci Direktorat Usaha Budidaya – Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) pada Forum Akselerasi Pembangunan Perikanan Budidaya 2010 – 2014 beberapa waktu lalu di Batam menyebutkan bahwa peningkatan tersebut bisa dilihat dari beberapa indikator. Yakni peningkatan jumlah modal kerja untuk budidaya perikanan laut, payau dan air tawar. Selanjutnya adalah peningkatan jumlah investasi untuk budidaya laut, payau dan air tawar. Juga peningkatan dalam hal jumlah tenaga kerja untuk usaha budidaya laut, payau dan air tawar.
Guna mewujudkan peningkatan tersebut maka ada beberapa langkah yang akan diambil direktorat usaha ini. Yakni menumbumbuhkan wirausaha baru yang produktif dan efisien, mengembangkan usaha agar bisa mencapai target produksi perikanan budidaya sebesar 16,8 juta ton pada 2014. Dan langkah lainnya adalah meningkatkan kapasitas usaha pembudidaya ikan menjadi usaha yang layak didanai bank (bankable). Untuk wirausaha pemula ini ada beberapa kriteria. Yaitu berdomisili di lokasi sasaran, berpendidikan sarjana, menjadi pembudidaya pemula/muda, tergabung dalam Pokdakan dan menjadi anggota UPP serta berkomitmen untuk memanfaatkan model pengembangan usaha dan menjadi wirausahawan (enterpreuner) di bidang budidaya ikan. Sementara itu untuk mewujudkan tumbuhnya wirausaha di bidang perikanan budidaya ini maka DJPB menyediakan paket-paket bantuan untuk usaha budidaya perikanan. Bagi masyarakat umum yang beminat melakukan usaha budidaya perikanan namun tak punya modal akan mendapatkan paket bantuan sosial dengan anggaran dari APBN. Bantuan itu berupa sarana produksi minimal untuk budidaya. Paket bantuan tersebut misalnya paket budidaya patin di kolam. Satu paket bernilai Rp 9,5 juta dalam bentuk sarana produksi yang terdiri atas bantuan benih 7 ribu ekor, pakan 2 ton dengan sumber protein dari maggot, serta bantuan pembuatan satu kolam (ukuran 10 x 20 x 3 m3) senilai Rp 3,5 juta. Dengan paket ini diperkirakan produktivitas kolam akan mencapai 3 ton/paket/tahun. Paket bantuan lainnya yang tersedia adalah paket budidaya patin di KJA, paket budidaya rumput laut senilai Rp 6,5 juta per paket, paket budidaya lele di kolam plastik senilai Rp 7,5 juta, paket budidaya polikultur udang windu dan bandeng senilai Rp 6 juta, paket budidaya nila di KJA senilai Rp 15 juta dan masih banyak paket bantuan lainnya. Bank yang menjadi penyalur kredit mikro tersebut adalah BRI, BNI, Mandiri, Mandiri Syariah, Bukopin dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Sementara lembaga penjamin kreditnya ada Askrindo (Asuransi Kredit Indonesia) dan Jamkrindo (Jaminan Kredit Indonesia). Selanjutnya masyarakat umum yang telah menjadi pembudidaya pemula ini bisa mengajukan permohonan memperoleh kredit BLU (Bantuan Langsung Usaha) dan PKBL (program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Jika mereka sudah mampu meningkatkan skala produksinya, maka status mereka meningkat menjadi pembudidaya madya. Pembudidaya pada tingkat ini akan mampu melakukan intensifikasi sehingga mereka bisa mengajukan permohonan kredit dengan bunga lunak kepada bank. Paket kredit yang tersedia untujk pembudidaya ini antara lain KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Tingkatan berikutnya adalah pembudidaya maju. Untuk pembudidaya ini bisa menggunakan kredit komersial dari bank. Untuk bisa mendapat kredit itu harus ada rekomendasi dari Kepala UPP (Unit Pelayanan Pengembangan—gabungan beberapa Pokdakan—). (Rd) |
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar