STRATEGI MEMBANGUN PRODUKTIFITAS, BELAJAR DARI SOSOK KEBERHASILAN BURUH PANGGUL IKAN YANG MENJADI MILYARDER
Peningkatan produksi perikanan sudah gencar dikumandangkan seiring dengan semakin tingginya permintaan akan produk-produk hasil perikanan. Sesuai dengan hukum ekonomi, dimana ada permintaan dan penawaran, proses tersebut berkembang menjadi pasar produk perikanan yang potensial yang sejalan dengan pola konsumtif yang ada di masyarakat. Imbas dari meningkatnya permintaan adalah diperlukannya peningkatan produksi yang menuntut terjaminnya permintaan pasar. Dalam hal ini, produksi menjadi faktor penting sebagai rantai utama siklus pasar yang telah mampu menggerakkan roda ekonomi di masyarakat.
Dengan makin berkembangnya ekonomi, pada akhirnya akan semakin membuka wawasan baru akan arti pentingnya produktifitas dari manusia itu sendiri. Hal ini tentu telah disadari oleh semua orang bahwa peningkatan produksi akan dapat tercapai apabila terjadi peningkatan produktifitas sumberdaya manusia itu sendiri. Pada akhirnya, muara dari komnponen produksi itu adalah perlunya optimalisasi produktifitas manusia dalam rangka memberi keseimbangan antara kebutuhan pasar dan permintaan yang ada.
Upaya peningkatan produksi hampir selalu menjadi tujuan dalam strategi pembangunan nasional. Termasuk dalam hal ini adalah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan melalui program Kabinet Indonesia Bersatu jilid II telah diluncurkan melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan. Salah satu sasaran utama dalam pembangunan kelautan dan perikanan adalah melalui pengembangan minapolitan dimana sektor perikanan diharapkan dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Konsep dasar dalam kebijakan pembangunan sektor kelautan dan perikanan ini, sasarannya adalah meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia. Dalam hal pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan diperlukan SDM yang mempunyai motivasi kuat dan profesional yang dapat mendorong dan meningkatkan pengembangan teknologi eksplorasi dan pendayagunaan sumberdaya perikanan sehingga mampu meningkatkan produksi perikanan sampai dengan 350% di akhir tahun 2015.
Sejalan dengan program tersebut, beberapa faktor penentu keberhasilan dari peningkatan produktifitas perlu dipelajari dengan mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan yaitu melalui pemetaan potensi keberhasilan para stake holder yang telah mampu mengembangkan unit ekonomi perikanan secara mandiri. Dalam hal ini, strategi dan ide kreatif dari para pioner pelaku usaha perikanan perlu dirangkum dalam peta produktifitas yang dapat dijadikan data primer untuk kebutuhan analisis jangka menengah dan jangka pendek dalam mengembangkan pola yang sama untuk para stake holder lainnya.
Hasil utama dari identifikasi tersebut adalah bentuk-bentuk kesenjangan antara kebutuhan riil dan kemampuan nyata dari seseorang yang dikomparasikan dengan potensi sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Pola ini akan menghasilkan suatu bentuk program yang unggul dan dapat diadopsi untuk kepentingan kegiatan peningkatan produktifitas melalui pelatihan. Sisi-sisi positif yang merupakan energi positif dapat dikembangkan lebih lanjut untuk kepentingan strategi pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan di masa datang.
Salah satu bentuk keberhasilan dari peningkatan produktifitas yang secara nyata tampak di masyarakat adalah sosok pengusaha ikan yang pernah mengikuti pelatihan SKK 60 Mil Plus dan mampu mengembangkan kompetensinya secara mandiri sehingga dapat menjadi teladan di daerahnya. Dia adalah seorang mantanh buruh panggul ikan yang bernama Bapak Abi Suprapto. Karena kemampuan dan keuletannya dalam mengembangkan kemandiriannya, dalam waktu 13 tahun telah mampu merubah nasibnya sendiri menjadi seorang pengusaha ikan dengan 13 kapal penangkap ikan dan usaha perdagangan ikan yang patut diperhitungkan di Kota Prigi, sebuah kota kecil di Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Propinsi Jawa Timur.
Keberhasilan sosok laki-laki ulet yang bernama Abi ini telah membuktikan adanya energi posisitif yang telah dimanfaatkan secara nyata dalam meningkatkan taraf hidupnya sendiri. Jika dikaji, akan banyak ditemukan sisi-sisi positif yang dapat dicontoh, seperti bagaimana dia memanfaatkan sertifikat SKK 60 Mil Plus untuk dapat memberi pembelajaran kepada orang lain di sekitarnya. Perubahan dimulai ketika dia berprofesi sebagai pembawa kapal (Nahkoda) yang dapat mengembangkan sendiri ilmunya dan mampu mengelola usaha penangkapan sehingga mempunyai modal usaha yang cukup untuk berdagang ikan dan membeli kapal penangkap ikan sendiri. Bahkan sejak tahun 2003, dia telah mampu menambah armadanya setiap tahun sebanyak 1 unit.
Tentu tidak mudah untuk dapat menjadi sosok yang berhasil seperti dia, hanya saja semua itu akan dapat dipelajari dan dikembangkan menjadi suatu pola percontohan dalam peningkatan produktifitas pelaku usaha perikanan. Bagaimana tidak? Dari seorang buruh panggul ikan dan bahkan pernah menjadi tukang becak, sekarang hidupnya mapan dan bahkan naiknya honda stream terbaru. Sungguh suatu contoh nyata yang tidak berlebihan apabila patut untuk dibanggakan. Secara manusiawipun, dia sampai sekarang masih mengakui akan arti pentingnya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi sesorang sehubungan dengan kebutuhan keterampilan yang semakin mendesak seiring dengan berjalannya siklus ekonomi yang membuka peluang untuk memenuhi permintaan pasar.
Pak Abi adalah salah satu sosok nyata mantan purnawidya yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh BPPP Banyuwangi. Pelatihan yang dilakukan itu sendiri merupakan bentuk wujud tanggung jawab BPPP Banyuwangi dalam mencetak SDM yang kompeten dan profesialisme di bidangnya. Keberhasilan pelatihan tersebut dikarenakan adanya prosedur operasional standar yang telah ditetapkan oleh manjemen kediklatan untuk mencapai tujuan yang optimal. BPPP Banyuwangi juga telah merencanakan kegiatan pelatihan dengan didasarkan pada identifikasi kebutuhan pelatihan dan data potensi SDM serta potensi sumberdaya alam terutama perairan untuk kegiatan usaha perikanan khusunya perikanan tangkap.
Kita patut bangga dengan keberhasilan seorang purnawidya, akan tetapi justru beban yang ada dalam mengembangkan produktifitas semakin berat karena makin tingginya persaingan secara global. Hal ini menuntut adanya perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dunia dan perubahan iklim yang membuat para perencana untuk dapat memperhatikan antara jati diri pelaku usaha, potensi sumberdaya dan daya dukung alam sehubungan dengan kelestarian alam. Akhirnya kita dituntut untuk semakin matang dalam mengelola sebuah program pelatihan.
Sumber : Tim Publikasi BPPP Banyuwangi, Achmad Subijakto, A.Pi., MP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar