Ada tiga kelompok ikan yang berperilaku merawat atau menjaga telurnya hingga menetas, yaitu telurnya dilekatkan pada objek, telurnya disembunyikan, dan telur dilekatkan pada sarang yang dibuat sendiri.
Ikan dengan Telur Dilekatkan ke Objek
Kelompok ini kebanyakan dari famili Cichlidae seperti Oskar, blue acara, severum, dan jurupari. jenis ikan yang masuk dalam kelompok ini sangat toleran terhadap penggantian dan guncangan kualitas air. Namun, telurnya sangat sensitif pada penggantian air dan guncangan kualitas air. Sering terjadi telur menjadi putih dan gagal menetas. Oleh karena itu, dalam penanganan telur harus hati-hati, terutama saat penetasan. Telur jantan dipindahkan, dialiri air, ataupun diguncangkan selama penetasan.
Induk dari kelompok ini sangat sulit dibedakan antara jantan dan betina. Namun, pada beberapa jenis tampak jantan berwarna lebih terang. Induknya sangat pemilih dalam menentukan pasangannya sehingga perlu pemeliharaan cukup banyak calon induk. Bila induk tampak berpasangan, pasangan tersebut dapat dipindahkan ke wadah pemijahan.
Biasanya substrat atau sarang berbentuk bidang datar seperti lempengan batu, paralon, potongan keramik, ataupun lembaran daun. Bila saatnya bertelur, induk akan membersihkan sarang dengan mulutnya hingga bersih, lalu telur dilekatkan.
Walaupun kelompok ikan ini sebagai perawat telur, namun bisa saja telurnya dimakan. Biasanya telur dimakan kalau dalam keadaan lapar atau terkejut. Untuk mengatasinya, telur dapat diambil atau dipindahkan bersama sarangnya pada saat induknya selesai berpijah.
Penetasan telur dapat dilakukan dalam bak atau akuarium dengan aerasi kecil. Pada induk yang sayang telur, pemeliharaannya dapat bersamaan dengan telurnya, bahkan hingga larvanya menjadi benih. Biasanya telur akan dikipasi dengan sirip sehingga menimbulkan aerasi.
Larva jenis ikan ini lambat berenang atau tidak segera berenang setelah menetas. Ini disebabkan kandungan kuning telurnya cukup besar. Biasanya larva baru bisa berenang setelah berumur seminggu. Larva yang sudah mulai berenang dapat diberi pakan berupa nauplii artemia atau kutu air sarang.
Selain itu, penggantian air harus sudah mulai dilakukan sebanyak separo volume awal. Setelah agak besar (sekitar umur 10-15 hari), larva dapat dipindahkan ke wadah yang lebih luas. Pakannya pun dapat diganti dengan cacing sutera.
Pada kegiatan pembesaran, kecukupan pakan sangat diperlukan. Oleh karena kebanyakan jenisnya bersifat karnivora maka hanya sedikit saja yang dapat diberi pakan buatan. jenis pakan yang biasanya diberikan adalah cacing rambut, kutu air besar, jentik nyamuk, dan cacing darah. Sementara pakan untuk induk diusahakan bervariasi antara cacing darah, jentik nyamuk, anak ikan atau udang, maupun pelet bila memungkinkan.
Kepadatan ikan dalam wadah pembesaran tergantung ukuran ikan. Oskar, misalnya, memerlukan wadah yang cukup luas karena ukuran tubuhnya besar, dapat mencapai 20-25 cm.
Seperti halnya pemeliharaan larva, pada pembesaran ini pun penggantian air sangat diperlukan. penggantian air ini tidak terlalu sulit karena ikan tahan terhadap goncangan kualitas media. Air diganti sebanyak sepertiga atau separo volume air setiap 3-4 hari sekali.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar