Minggu, 18 Desember 2011

Musim Dingin Datang, Harga Tuna pun Terbang


Musim Dingin Datang, Harga Tuna pun Terbang

Harga ikan tuna bakal semakin mahal hingga akhir tahun 2011

Handoyo

JAKARTA. Para eksportir tuna dari Indonesia beruntung menjelang akhir tahun 2011 ini. Harga ikan tuna di pasar ekspor, khususnya di pasar Jepang, terus menanjak.

Eddy Yuwono, Ketua Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin), menjelaskan, hingga pertengahan Desember 2011 ini, harga ikan tuna di Jepang berkisar Y 1.300-V 1.500 per kilogram (kg) tergantung kualitasnya. "Naik 15,38%-44% dari sebulan lalu yang masih berkisar antara Y 900 hingga ¥ 1.300 per kg," jelas Eddy, Sabtu (17/12).

Sebagai catatan, harga ikan tuna biasanya mengacu pada perdagangan di Jepang. Maklum saja, sekitar 7§% ekspor tuna Indonesia dikirimkan ke negara tersebut

Mengenai penyebab kenaikannya, menurut Eddy, karena permintaan ikan tuna di pasar ekspor semakin besar, yaitu untuk perayaan Natal dan Tahun Baru 2012. Padahal, saat ini pasokan ikan tuna, termasuk dari para nelayan di Jepang, sedang menurun. Di Jepang saat ini sedang dilanda musim dingin.

Saat cuaca dingin, nelayan lebih susah menangkap ikan sehingga produksi turun. Bahkan banyak nelayan di Jepang yang berlibur melaut selama musim dingin.

Jepang membutuhkan ikan tuna sekitar 1.000 ton per hari. Selama ini, kontribusi nelayan Jepang terhadap suplai tuna di dalam negerinya mencapai 3035% dari kebutuhan ikan tuna di negara itu. Sementara sisanya harus di impor dari Korea, Taiwan, Srilangka, dan Indonesia.

Memang, kata Eddy, kiriman tuna dari negara lain ada yang stabil, tetapi ada juga

Saat ini nelayan harus melaut lebih jauh kebarat Samudera Hindia demimengejar tuna.yang melemah karena penurunan hasil tangkapan. Tak ayal, harga ikan tuna terus terangkat. Maka tidak aneh kalau walaupun volume ekspor ikan tuna dari Indonesia turun, nilainya tetap meningkat {lihat tabel).

Produksi kurang

RP Raditya, Ketua Bidang Internasional Astuin, menambahkan, tren kenaikan harga tuna akan terus berlangsung hingga tahun depan. Alasan-nya, musim dingin akan berlangsung hingga Februari. Karena itu, produksi ikan tuna akan sulit dipastikan.

Sayang, walaupun harga naik, sulit bagi nelayan Indonesia untuk meningkatkan volume ekspor ikan tuna. Menurut Dwi Agus Siswa Putra, Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLT), produksi ikan tuna di Indonesia enderung turun dalam lima tahun terakhir. Penyebabnya, gangguan cuaca yang sulit diprediksi.

Dwi bilang, biasanya bulan Agustus sampai Februari ikan tuna banyak ditemukan di wilayah Samudera Hindia bagian selatan. Namun sekarang para nelayan harus melaut hingga Samudera Hindia wilayah barat untuk mengejar tuna. Lantaran melaut makin jauh, kebutuhan bahan bakar kapal juga lebih banyak.

Di sisi lain, pemerintah menjatah jumlah BBM subsidi untuk kapal nelayan berbobot di atas 30 gross ton hanya 30 kiloliter per bulan. Dengan demikian, nelayan harus menambah bahan bakarnya dengan BBM non subsidi yang harganya saat ini sekitar

Rp 8.900 per liter agar bisa mengarungi area tangkap ikan tuna yang lebih luas.

Dwi menyatakan, tiga jenis tuna andalan ekspor Indonesia, adalah southern bluefin tuna, big eye, dan yellow fin. "Sebanyak 63% ekspor itu berasal dari Bali," kata Dwi.

Sumber : Harian Kontan, 19 Desember 2011 Hal 15                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar