Usaha Budidaya Lele dan Gurami Saat ini
Ikan lele dan gurami merupakan komoditas ikan air tawar yang memiliki beberapa keunggulan, seperti teknologi pembenihan dan pembesarannya telah dikuasai dan mudah diterapkan, telah berkembang di masyarakat di hampir seluruh wilayah Indonesia, bernilai ekonomis, dapat dilakukan dalam skala rumah tangga sampai industri serta memiliki pasar lokal maupun pasar ekspor yang sangat potensial.
Potensi lahan untuk pengembangan budidaya ikan lele dan gurami berupa lahan darat masih sangat luas, mencapai sebesar 2,07 juta Ha dan baru dimanfaatkan sebesar 361.971 Ha atau 17,47% dari total potensi tersebut.
Perkembangan produksi ikan lele selama 5 tahun terakhir menunjukkan hasil sangat signifikan yaitu sebesar 21,82% per tahun dari 69.386 ton pada Tahun 2005 menjadi 145.099 ton pada Tahun 2009, begitu pula dengan gurami selama 5 tahun terakhir menunjukkan angka pertumbuhan sebesar 18,63% per tahun, yaitu dari 24.052 ton pada Tahun 2005 menjadi 46.452 ton pada Tahun 2009.
Proyeksi produksi ikan lele nasional selama 2010-2014 sebesar 450 % atau rata-rata meningkat sebesar 35% per tahun yakni pada tahun 2010 sebesar 270.600 ton meningkat menjadi 900.000 ton pada tahun 2014. Sementara proyeksi produksi ikan gurame selama 2010-2014 sebesar 127% atau rata-rata meningkat sebesar 5% per tahun yakni sebesar 40.300 ton pada tahun 2010 meningkat menjadi 48.900 ton pada tahun 2014.
Jenis ikan lele yang dibudidayakan dan berkembang di wilayah Indonesia adalah lele dumbo, lele sangkuriang, lele afrika, lele piton dan lele paiton, sedangkan ikan gurami yang dibudidayakan di masyarakat umumnya gurami paris dan gurami swang.
Sentra pengembangan budidaya ikan lele tersebar di hampir seluruh Indonesia, terutama di Propinsi Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim dan Kalbar. Sedangkan sentra pengembangan budidaya ikan gurami terkonsentrasi di Lampung, Sumsel, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim dan DI Yogyakarta.
Sumber benih ikan lele umumnya berasal dari Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Bekasi, Bogor, Sukabumi, Subang, Indramayu dan Cirebon), Jawa Timur (Kab.Tulung Agung, Blitar) dan dari kawasan budidaya ikan air tawar sekitarnya, sedangkan sumber benih ikan gurami terkonsentrasi di Propinsi Jawa Tengah (Kab. Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara) dan di Propinsi Jawa Barat (Kab.Bogor, Tasikmalaya dan Ciamis) serta telah memanfaatkan sumber plasma nutfah ikan gurami di perairan umum.
Induk lele Sangkuriang yang beredar di masyarakat merupakan induk unggul hasil perbaikan genetik dari BBPBAT Sukabumi, dan saat ini sedang dilakukan perekayasaan untuk menghasilkan induk lele sangkuriang generasi kedua. Untuk induk gurami, umumnya berasal dari hasil pembesaran pembudidaya berdasarkan kriteria fisik, dan saat ini sedang dilakukan pemuliaan induk di pusat pengembangan induk (BBPBAT Sukabumi, BPBIAT Muntilan-Jateng, BPPBAT Singaparna-Jabar) dalam tahap menghasilkan calon induk unggul (F0).
Budidaya ikan lele umumnya menerapkan sistem monokultur di kolam tanah, bak semen, dan yang saat ini banyak berkembang adalah kolam terpal dengan padat penebaran antara 100-200 ekor/m² dengan ukuran benih 7-9 cm. Bahkan budidaya ikan lele dapat dilakukan di daerah marginal (seperti di Kab.Gunung Kidul) dan memberikan hasil yang memuaskan, sehingga dimungkinkan dikembangkan secara massal. Saat ini terdapat pula kawasan pembudidayaan lele dengan pola MINAKERA (Mina Kebun Rakyat) dengan pola pengembangan polikultur ikan lele, gurami dan nila.
Budidaya ikan gurami umumnya dilakukan di kolam tanah secara tradisional baik monokultur maupun polikultur dengan ikan nila dengan ratio jumlah gurami dibanding nila sebesar 3 : 1 atau dengan pola mina padi. Saat ini berkembang pula budidaya gurami kolam dalam dengan kedalaman 3-4 meter.
Dalam usaha budidaya ikan gurami terdapat 8 segmen usaha yang telah terbukti memperluas peluang usaha dan memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Tetapi dari 8 segmen tersebut terdapat 2 segmen yang tidak banyak dilakukan oleh pembudidaya yaitu segmen untuk ukuran 12 dan 22 cm.
Pemberian pakan tambahan berupa pelet telah memasyarakat baik untuk budidaya lele maupun budidaya gurami. Saat ini terdapat pembudidaya di Kabupaten Banjarnegara yang menghasilkan pakan buatan untuk gurami dengan komponen bahan baku seperti ikan rucah (70%) dan bahan lain yang telah difermentasi seperti : tepung kecambah jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, mie (BS), roti (BS), bekatul dan ekstrak bahan alami seperti : kangkung, jahe, kunyit, bawang putih, yang menghasilkan pakan dengan kandungan protein 32%, serat kasar 18% dan air 17%.
Pembuatan pakan berbahan baku lokal berupa limbah hasil pertanian (kulit kacang-kacangan, bonggol jagung) yang difermentasikan dengan penambahan bahan herbal.
Pemberian pakan tambahan berupa dedaunan seperti : daun turi, daun singkong, kleresede/cebreng, daun pepaya, lamtoro pada budidaya lele telah mulai berkembang. Demikian juga pemberian pakan tambahan dedaunan pada budidaya gurami dengan jenis dedaunan bervariasi seperti daun senthe, kangkung maupun azola.
Penerapan CBIB sebagai panduan teknis untuk melakukan budidaya yang baik dan benar dalam kerangka penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan belum terlaksana secara baik. Saat ini baru terdapat 11 pokdakan lele dan 10 POKDAKAN gurami yang telah memperoleh Sertifikat CBIB;
Jaringan pasar telur dan benih gurami telah terbentuk, dengan sentra produsen telur gurami di Banyumas, Banjarnegara, Bogor dan Tasikmalaya dengan wilayah distribusi meliputi : Kab. Blitar, Tulung Agung, Pantai Utara Jawa (Cirebon, Indramayu), Nganjuk, Klaten, Sragen, dan DI Yogyakarta, Kalsel, Kalbar, Lampung dan Jambi. Bahkan, diperoleh informasi adanya ekspor benih gurami dari Sumbar, Riau ke Malaysia;
Jaringan pasar ikan lele konsumsi sejak Tahun 2008 sampai pertengahan Tahun 2010 telah diekspor dari Propinsi Jawa Timur yaitu 523,9 ton pada Tahun 2008, 337,3 ton pada Tahun 2009, dan 462,6 ton pada Tahun 2010 (smp bln Agustus), dengan negara tujuan ekspor Cina,Vietnam, Korea dan Uni Eropa. Sementara jaringan pasar ikan gurami konsumsi banyak terdapat di Jakarta yaitu sebesar 22,5 ton/hari dengan pasar utamanya adalah restoran dan swalayan;
Diversifikasi produk olahan khususnya untuk lele olahan sudah mulai berkembang, terbukti telah banyak industri rumah tangga yang telah menghasilkan produk seperti : abon, nugget, keripik kulit, tulang dan sirip, sale/asap, bakso, dan lain-lain.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar