Berbeda dengan udang galah, lobster bisa dipasarkan baik sebagai udang konsumsi maupun sebagai hiasan akuarium. Itulah sebabnya prospek lobster jauh lebih terbuka dibandingkan dengan komoditas udang lainnya.
Lobster ini dalam waktu singkat menjadi primadona karena bisa dikembangkan di kolam air tawar.
A. Pengenalan Jenis
Lobster umumnya ditangkap dari pantai. Nelayan pantai Baron, Yogyakarta dengan perahu kecil berenang dan menangkap lobster di antara karang-karang, kemudian dijual di pantai atau dikirim ke pemasok. Kini, lobster air tawar dapat dikembangkan di kolam pekarangan, sama seperti komoditas ikan air tawar lainnya.
Lobster air tawar (Cherax sp.) adalah salah satu genus yang tergolong crustacea (bangsa udang) yang seluruh daur hidupnya terjadi di air tawar. Ukuran tubuhnya secara alami besar. Badannya terdiri dari dua bagian,
yaitu kepala (cephalotorax) dan badan (abdomen). Ada bagian antaranya yaitu subcephalotorax. Seluruh tubuhnya diselimuti dengan cangkang yang dikenal sebagai karapas yang berbahan zat tanduk atau kitin.
Berdasarkan penyebarannya, terdapat tiga famili lobster air tawar sebagai berikut.
a. Famili Astacidae, tersebar di belahan bumi utara.
b. Famili Cambaridae, tersebar di belahan bumi utara.
c. Famili Parastacidae, tersebar di belahan bumi selatan seperti Australia, Indonesia bagian Timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini.
B. Kebiasaan Hidup di Alam
Habitat alami lobster adalah danau, rawa,dan sungai air tawar di daerah pegunungan. Selain itu, udang ini juga bersifat endemik karena terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam tertentu (native).
1. Kebiasaan makan
Hampir sama seperti udang galah, kebiasaan makan lobster air tawar adalah dengan menggerumuti pakan, sedangkan larvanya dengan menyaring pakan yang masuk bersama air ke mulutnya.
Lobster akan mencari pakan pada malam hari karena tergolong binatang nockturnal. Pakan yang disukainya berupa biji-bijian, umbiumbian dan bangkai hewan, maupun binatang kecil lainnya. Ikan ini tergolong pemakan segala (omnivora). Sering kali lobster bersifat kanibal terhadap sesamanya.
2. Kebiasaan berkembang biak
Lobster berkembang biak dengan cara bertelur. Tahapan pemijahan d alam biasanya diawali dengan mencari pasangan, kemudian dilanjutkan dengan ritual percumbuan sebagai dan akhirnya memijah. Induk betina akan mengerami telurnya, kemudian dilanjutkan dengan pengasuhan benih hingga umur tertentu.
Lobster umumnya memilih habitat yang memiliki vegetasi yang lebat. bertepi dangkal, dan dasarnya berpasir bercampur Lumpur. Udang ini hidup pada kisaran suhu 26-30 0C, tetapi ada juga jenis lobster yang mampu bertahan pada suhu 10O C.
C. Memilih Induk
Memilih induk lobster ibarat memilih sepasang pengantin yang hendak dipersandingkan di pelaminan. Masing-masing harus matang telur dan tidak boleh keliru menentukan jenis kelaminnya. Tidak boleh dua-duanya jantan atau dua-duanya betina. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut.
Ciri induk yang berkualitas
Betina
- Adanya lubang bulat yang terletak yang terletak di dasar kaki ketiga.
- Capit betina besarnya sama atau hanya 1,5 kali buku (ruas) pertama.
- Warna lebih gelap dibandingkan pasangannya.
- Umur 6-8 bulan.
- Berat mencapai 30 g.
- Panjang 18 – 20 cm
Jantan
- Memiliki tonjolan di dasar tangkai kaki jalan kelima.
- jantan memiliki capit yang besarnya 2-3 kali buku (ruas) pertama.
- Warna lebih cerah.
- Umur 6-8 bulan.
- Berat 30 g.
- Panjang 18-20 cm.
D. Pemijahan di Kolam
Tidak seperti pemijahan udang windu ataupun udang galah yang menggunakan teknik ablasi (pematangan gonade dengan membutakan udang), pemijahan lobster air tawar masih dilakukan secara alami. Oleh karenanya, keberhasilan pemijahan lobster ini sangat tergantung pada pemilihan induk, kualitas pakan yang diberikan, dan perlakuan lingkungan.
1. Konstruksi kolam
Kolam pemeliharaan calon induk yang hendak dipijahkan sebaiknya menggunakan bak semen, bak plastik, ataupun bak fibre. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan. Namun, penggunaan kolam tanah juga tidak dilarang.
Bentuk bak semen atau bak fibre bisa persegi panjang, bulat, ataupun segi empat. Bak dilengkapi pintu pemasukan dan pembuangan air dan shelter (tempat berlindung). Induk jantan dan induk betina harus ditempatkan dalam kolam yang terpisah untuk mencegah terjadinya pemijahan yang tidak dikehendaki.
Selama dipelihara, calon induk diberi pakan udang segar, cacing halus pelet udang komersial, atau ubi jalar dengan kandungan protein 35-40 % Jumlah pakan yang diberikan 3% dari bobot badan hidup. Frekuensi pem berian pakan 3 kali sehari, pagi, Siang dan sore atau malam. Porsi pakan
yang diberikan pada malam hari lebih banyak karma lobster termasuk binatang nocturnal.
2. Persiapan kolam
Sebelum kolam diisi air, sebaiknya dipasang shelter yang bisa berupa ban mobil bekas, genteng, batako, pralon diameter 3 inci sepanjang 25 cn atau bahan lain yang tidak berbahaya bagi calon induk. Kemudian kolam diisi air dan calon induk dilepaskan. Kepadatan penebaran calon induk
tergantung dari besarnya calon induk yang dipersiapkan. Adapun untuk contohnya dapat dilihat dibawah ini
KEPADATAN PENEBARAN BERDASARKAN BERAT INDUK
1. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (15 g/ekor)
Kepadatan Penebaran (10ekor/m2)
2. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (20 g/ekor)
Kepadatan Penebaran (5 ekor/m2)
3. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (30 g/ekor)
Kepadatan Penebaran ( 1 - 2 ekor/m2)
3. Pemijahan
Pemijahan lobster air tawar masih dilaksanakan secara alami sehingga pemilik hanya menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh indukinduk lobster. Sementara keberhasilan pemijahan sangat tergantung dari 'kemauan' induk-induk tersebut untuk memijah.
Pemijahan alami ini dapat dilaksanakan dengan dua jalan, yaitu pasangan dan massal. Pemijahan secara berpasangan dapat dilakukan di akuarium berukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Sementara pemijahan secara massal dapat dilaksanakan di bak semen atau bak fibre dengan berukuran 2 m X I M X 1 m atau 6 m x 2 m x I M.
Kepadatan penebaran untuk pemijahan massal yaitu 3 ekor jantan dengan 1 ekor betina untuk setiap 4 m2 bak. Adapun di akuarium seekor jantan dengan seekor betina untuk setiap akuarium. Jangan lupa menambahkan aerator ke dalam akuarium.
Jika tidak ada halangan maka induk akan segera memijah dengan ritual pemijahan khan lobster. Induk betina yang telah kawin akan membawa telurnya di antara kaki-kaki renangnya dan merawat benihnya sampai umur tertentu.
E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Penetasan telur yang dibawa induk betina bisa tetap dilakukan di akuarium dengan memindahkan induk jantan ke lain tempat. Sementara untuk lobster yang dikawinkan secara massal, harus dilakukan sebaliknya yaitu memindahkan lobster betina yang mengerami telurnya ke dalam akuarium atau bak penetasan khusus.
Bak penetasan yang dimaksudkan bisa berupa akuarium ukuran
4o cm x 3o cm x 3o cm. Bak penentasan juga bisa berupa bak fibre yang disekat-sekat yang dipersiapkan secara khusus untuk penetasan, seukuran 3o cm x 3o cm x 30 cm. Bisa juga induk-induk betina yang mengeram ditempatkan bersama-sama di dalam bak fibre bulat dengan diameter 1 meter.
Setelah 8-15 hari sejak pemindahan induk-induk yang mengeram. maka juvenil lobster sudah memiliki bentuk yang mirip dengan indukinduknya. Oleh karena itu, saatnya untuk memindahkan benih ini ke kolam yang terpisah dari induknya.
F. Pendederan dan Pembesaran
Dalam kegiatan pendederan dan pembesaran, biasanya dapat menggunakan kolam yang sama. Persiapan kolam yang dilakukan juga sama.
1. Konstruksi kolam
Untuk pembesaran lobster air tawar, sebaliknya dipersiapkan kolam tanah berbentuk persegi panjang. Kolam dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air yang terletak berseberangan secara horizontal untuk menjamin sirkulasi air.
Kolam pembesaran lobster ini banyak dibuat petani di daerah Jawa Barat maupun daerah lainnya. Mereka mempersiapkan kolam seperti untuk pendederan ikan mas dengan cara memupuk kolam dengan kotorar ayam terlebih dahulu.
2. Persiapan kolam
Kolam pembesaran harus dipersiapkan dahulu sebelum benih lobster dimasukkan. Persiapan kolam biasanya meliputi perbaikan pematang kolam dan kemalir (saluran tengah) untuk mempermudah proses panen.
Kolam untuk pembesaran lobster tidak perlu terlalu luas, sesuai
dengan lahan yang tersedia. Luas kolam bisa 100 m2 , 2500 m , atau 600 m2. Ke dalam kolam ditebari pupuk kandang dengan dosis 0,5-1,5 kg/m2. Selain itu, kolam diisi air sedalam antara 40-70 cm agar pakan alami sebagai makanan lobster dapat tumbuh.
Daun kelapa dimasukkan ke dalam kolam pembesaran sebagai shelter. Tujuannya untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam kolam karena lobster termasuk binatang yang menjauhi sinar matahari (nockturnal). Shelter ini bisa juga berupa ban luar bekas mobil. Lobster juga mempunyai kebiasaan menempel di substrat dalam mencari pakan sehingga penempatan shelter ini sangat cocok.
3. Penebaran benih
Benih yang ditebarkan berumur 8-15 hari dengan kepadatan 20-30 ekor/m2 luas kolam. Di tempat pembesaran diusahakan ukuran benih yang ditebarkannya seragam untuk mencegah sifat kanibalisme. Pemeliharaan pertama selama 2 bulan. Selanjutnya, pemeliharaan
dilakukan selama 4 bulan untuk memperoleh lobster ukuran ekonomis 20-30 g/ekor.
Saran
Membesarkan lobster akan mengundang tangan-tangan jahil untuk berbuat jahat karena komoditas ini bernilai ekonomis tinggi. Beberapa petani membesarkannya secara monokultur di antara kolam-kolam lain yang dipakai untuk membesarkan ikan sehingga tidak terlalu menyolok. Langkah lainnya adalah mernelihara udang lobster ini secara polikultur, bersama-sama ikan lain dalam satu petakan kolam yang sama. Tentu harus dipilih ikan yang tidak memangsa benih udang galah, misalnya bersama-sama dengan ikan mas atau ikan tawes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar