Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Juni 2012

Pegunungan Tempat Para Dewa dan Dewi Bersemayam | DIENG

Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu "Di" yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan "Hyang" yang berarti kahyangan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, maka bisa diartikan bahwa "Dieng" merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.

foto 1 : candi Arjuna

Di masa lalu, antara abad ke-8 dan ke-13, Dieng adalah 'surga'. dan 28 tahun yang lalu, sebelum Tragedi Sinila terjadi, keindahan surga itu masih dapat dinikmati semua orang. Tetapi, sejak kawah Sinila meletus dan menewaskan banyak orang, surga itu pelan-pelan menghilang, terkubur oleh waktu. Jika tidak ada upaya penyelamatan, nasib Dieng mungkin bisa sama dengan kota Atlantis surga di dataran Spanyol yang lenyap ditelan banjir dan kini tinggal mitos. 'Surga Dieng' yang pada masa kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, oleh umat Hindu, diyakini sebagai poros dunia. Ketika itu, Sang Hyang Jagadnata memindahkan 'gunung kosmik' Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, ketika itu, Dieng (surga para hyang) tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi juga pusat spiritualitas dan peradaban. Di dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 2.093 meter di atas permukaan laut itu kini masih terdapat 10 candi Hindu, beberapa danau dan kawah yang masih aktif termasuk Sinila serta dikelilingi beberapa gunung dan pebukitan, dengan panorama yang sangat indah.
Kompleks percandian itu terdiri dari empat kelompok yakni kelompok Candi Dwarawati dan Parikesit, kelompok Candi Dwarawati Timur, kelompok Candi Setyaki, Ontorejo, Petruk, Nala Gareng, dan Nakula-Sadewa, serta kelompok Candi Arjuna, Semar, Sembodro, Puntadewa, dan Srikandi. Kompleks percandian Hindu di Dieng saat ini terletak di pegunungan yang gundul dan nyaris tanpa pepohonan. Dieng menyimpan sejarah masa lalu. Komplek candi ini dibangun di bekas cekungan sisa kawah. Dahulu ini merupakan bangunan Hindu tertua di Jawa Tengah yang dibangun sekitar abad ke tujuh, lebih tua dari prambanan yang dibangun pada abad ke delapan. Pemberian nama sesuai pewayangan, dengan candi Arjuna yang berada di tengah. Candi ini dibangun untuk sebuah kegiatan ritual, karena ada kepercayaan bawa roh-roh leluhur tinggal bersemayam di pegunungan.
Foto 2 : Gua Semar

Dieng juga memiliki telaga warna, satu dari tiga telaga. Air di telaga ini kerap memantulkan warna warni, karena kandungan belerang. Namun sebagian masyarakat disini percaya, bahwa telaga ini adalah tempat permandian para dewa dan dewi, sehingga banyak peziarah yang datang untuk mengharapkan pesugihan. dan disini ada tiga gua di pinggiran telaga. Salah satu adalah gua Semar. Gua ini kerap digunakan untuk bersemedi.
Ada tiga kawah yang terkenal di sini, yakni Kawah Sikidang, Sileri dan Candradimuka. Kawah Sikidang ini merupakan kawah aktif yang menebar bau belerang yag begitu menyengat. Namun kawah ini sudah dibuka untuk wisatawan. Air Kawah Sikidang berwarna kehitaman, panasnya diperkirakan mencapai seratus derajat celcius dan kawah Sileri yang letaknya berada di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Kawah ini paling berbahaya, dan merupakan yang terluas di Dieng, yakni sekitar dua hektar. Pada tahun 1964 dan tahun 1984 kawah pernah dua kali meletus, sehingga pengunjung hanya diberi kesempatan melihat kawah ini dari jarak beberapa ratus meter saja.
foto 3 : Kawah Sikidang
Kawah merupakan fenomena alam yang langka dan menakjubkan, namun sekaligus berbahaya. Tahun 1979, salah satu kawah di Dieng ini, yakni Sinila mengeluarkan gas beracun dan menewaskan 149 penduduk di sini. Namun kawah-kawah ini merupakan energi yang besar. Puluhan kawah ini mengeluarkan tenaga panas bumi atau geotermal yang dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, dan empat diantaranya sudah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga bumi.

Ritual Potong Remo Gembel di Pegunungan Dieng .
Biasanya, upacara potong rambut gembel dilakukan masyarakat Dieng di dua wilayah kabupaten, Banjarnegara dan Wonosobo, pada malam 1 Asyura atau 1 Suro, sesuai tahun baru kalender Jawa atau 1 Muharam menurut kalender Islam. Masyarakat setempat meyakini malam menjelang 1 Asyura merupakan malam suci yang cocok untuk laku prihatin.
Mereka begitu percaya malam pergantian tahun Jawa bersamaan dengan berlangsungnya hajatan besar, perkawinan sepasang mempelai keturunan tokoh supranatural, Kiai Kaladete dan Nyi Roro Kidul—sang penguasa Telaga Balekambang di Dieng. Telaga Balekambang dipercayai sebagai istana tempat kediaman Kiai Kaladete.
Pada saat malam tiba, di atas telaga tampak seperti ada tarian obor. Para penari yang memegang obor meliuk-liukkan tubuhnya dengan gerakan yang sangat indah. Keramaian di telaga itu merupakan pertanda di sana sedang ada perhelatan besar.
Tarian obor itu berlangsung sampai menjelang pagi itu sebagai wujud kegembiraan komunitas penguasa gaib itu. Konon menurut kepercayaan sebagian warga Dieng, pada upacara ritual yang sakral itu, kedua tokoh supranatural itu membagi-bagikan berkahnya lewat anak berambut gembel.
Berangkat dari kepercayaan ini, komunitas masyarakat magis religius di Dieng, yang ketitipan anak berambut gembel, berupaya menyelenggarakan upacara ritual ruwatan.Upacara ritual potong rambut gembel menjadi salah satu event tahunan atau tengah tahunan untuk menarik wisatawan mengunjungi Dieng,

Leluhur
Kaladete adalah tokoh spiritual yang sangat berpengaruh dan merasuk dalam kehidupan sebagian warga di Dieng. Mereka menganggap Kiai Kaladete adalah nenek moyangnya, leluhur penduduk Dieng. Akan tetapi, penduduk tidak tahu pasti tentang asal-muasal anak berambut gembel, bagaimana anak mempunyai rambut gembel. Mitos yang hidup di sana, konon sebelum meninggal Kiai Kaladete berpesan agar keturunannya ikut membantu menghadapi gangguan yang belum dapat diselesaikan. Ia kemudian mewariskan rambut gembel kepada keturunannya.
Mitos lain menyebutkan, anak berambut gembel merupakan kesayangan dan titipan penguasa Laut Selatan, Nyi Roro Kidul, yang diyakini menjadi penari saat berlangsung perhelatan akbar pada malam 1 Suro di Telaga Balekambang. Namun, komunitas masyarakat di Dieng mempunyai mitos lain yang berbeda dengan kedua mitos di atas. Mereka meyakini bahwa di Dieng ada sebuah desa bernama Siterus di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Di desa ini hidup keturunan bangsawan Kerajaan Kalingga—sebuah Kerajaan Hindu pada abad VII-VIII yang pernah berdiri di Dieng. Keturunan Raja Kalingga inilah yang diyakini membangun candi-candi di Dieng.
Mereka punya keyakinan apabila ada anak yang mempunyai rambut gembel, itu adalah titisan Keling. Penduduk setempat menyebutnya sebagai anak bajang karena biasanya tubuhnya pendek. Anak titisan Keling menjadi anak kesayangan ”dayang” yang ”menghuni” kawasan Dieng. Itulah sebabnya, bocah seperti ini biasanya mendapat perhatian lebih. Anak bajang punya sifat dan karakter yang berbeda dengan anak pada umumnya. Ia biasanya nakal, penyakitan, dan menjadi bahan olok-olok teman sebayanya.
Kehidupan anak berambut gembel dikisahkan dalam sebuah drama sendratari. Apa saja permintaannya harus selalu dipenuhi, terlebih saat menjelang upacara ritual rambut gembelnya akan dipotong. Rambut gembel, menurut beberapa orang tua tidak akan dipotong atau dicukur apabila si anak belum minta dipotong. Keinginan memotong rambut gembel biasanya baru muncul saat mereka menginjak usia lima tahun sampai 12 tahun. Permintaan memotong rambut biasanya disertai dengan keinginan yang aneh-aneh.
Ritual potong rambut gembel sarat nuansa religius magis. Potongan rambut tidak dibuang. Potongan rambut dijadikan satu dengan jajanan pasar, kembang telon (bunga tiga warna) dibungkus kain putih, lalu dilarung di Sungai Serayu Upacara ritual potong remo gembel diawali acara ruwatan yang berlangsung di sebuah lokasi yang bernama Batu Tulis tidak jauh Teater Dieng Plateu dengan ruwatan itu diharapkan anak berambut gembel terlepas dari berbagai penyakit dan bala. Umumnya kondisi anak berambut gembel memprihatinkan. Mereka kerap terjangkit penyakit. Namun setelah diruwat dan dimandikan di Goa Sumur dan rambut gembelnya dipotong, serta-merta mereka berubah menjadi anak-anak yang sehat, jauh dari bala dan penyakit, serta dapat berbaur dalam kehidupan normal seperti anak sebayanya.
by. eko’kodok’

Senin, 11 Juni 2012

Ternak Buaya Asam Kumbang Butuh perhatian???

Anda ingin melihat buaya hidup sebanyak 2.700 ekor, datanglah ke lokasi penangkaran buaya milik Lo Than Muk, 80, di Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, Sumatera Utara. Tidak hanya dilihat dari jumlahnya yang cukup banyak, di penangkaran itu terdapat buaya yang usianya 32 sampai 48 tahun. WASPADA Online

Sangking banyaknya jumlah buaya itu, lokasi penangkaran tidak cukup menghidupinya. Pemiliknya juga tidak tahan membiayai makanannya jika buaya itu terus berkembang biak. Dengan terpaksa pemiliknya menggagalkan setiap telur buaya yang akan jadi anak.
Konon lokasi itu menjadi salah satu tempat wisata andalan di Medan selain Masjid Raya, Istana Maimun, Kolam Sri Deli dll, tapi sepertinya bukan. Pasalnya, jika tempat wisata andalan Medan tidak seperti itu pengelolaannya. Tentu Pemko Medan memolesnya melalui anggaran yang tersedia untuk memacu wisatawan lokal dan mancanegara.

Tapi anehnya, di sana terdapat gapura berlogo Pemko Medan di pintu masuk dari jalan besar (ring road). Kemudian, masuk ke rumah atau penangkaran juga berdiri gapura bahkan ada bertuliskan Dinas Pariwisata Medan pada plang bergambar buaya. Tidak ada lagi cat melekat pada dinding gapura itu. "Pokoknya prihatin," kata pengunjung.

Sekali lagi, Anda pasti tidak percaya bahwa itu objek wisata. Penangkarannya hanya di rumah penduduk biasa saja, dan cukup sederhana sebagaimana sederhananya rumah tangga keturunan Tionghoa ini bersama istrinya Lim Hiu Cu dan dua anaknya Robert Lo, 28, dan Robin, 26.

Keunggulannya, tempat tinggalnya luas. Di bagian belakang rumah Lo Than Muk ada dua hektare tanah. Olehnya dibagi dua dibangun tempat penangkaran sebanyak 78 bak dan satu tempat semacam danau; tempat buaya secara leluasa hidup di air dan naik ke darat. Agar aman, Lo Than Muk membangun tembok panjang di bagian belakang dan pagar serta jaring-jaring.

"Ibaratnya kita melihat tempat ternaknya bukan menjadi wisata," kata Rosmaini, 45, warga Binjai ketika berkunjung ke sana, Sabtu (20/10), membawa anak dan saudaranya.
Setiap Lebaran, penangkaran buaya ini dikunjunginya walau lokasinya sangat sederhana karena jumlah buayanya cukup banyak, dan dapat disaksikan dengan mata telanjang dari jarak dekat.

Selain itu harga masuk murah. Di Indonesia bahkan luar negeri, mungkin hanya di Medan ini terdapat penangkaran buaya yang jumlahnya mencapai 2.700 ekor. "Kita sedih kenapa tempat ini tidak dikelola Pemko Medan dengan baik bekerjasama dengan pemiliknya."

Sesederhananya lokasi penangkaran ini, lanjutnya, masih ada juga orang mengunjunginya. Bagaimana kalau ditata dengan baik, tentu semakin ramai dan menarik. Begitu pun, pengunjung merasa puas sekembali dari lokasi itu meski seperti masuk ke lokasi ternak bukan wisata.

Banyak kelebihan di balik kesederhanaan pengelolaan penangkaran buaya ini yakni pemiliknya cukup serasi memelihara buaya mencapai ribuan, padahal dilihat dari kondisinya cukup tradisional dan biaya pas-pasan.

Dipada-padakan
Lo Than Muk mengatakan, meski kondisi penangkaran sangat prihatin dia tetap memberi makan 2.700 ekor buayanya mulai dari yang tua sampai anak-anaknya. Dia harus menyediakan 1 ton per hari bahan makanan seperti bebek, ayam dan telur. Biaya makanan, perawatan dan gaji penjaga buaya dipada-padakan dari uang masuk pengunjung Rp5000 untuk dewasa dan anak-anak Rp2500 per kepala.

"Uang dari pengunjung masih kurang, sehingga mau tak mau mengurangi makanan buaya yang seharusnya satu ton. Kalau dapat banyak dari tiket pengunjung baru bisa diberi makanan 1 ton," katanya.

Menurut Lo Than Muk, sekiranya dari uang pengunjung banyak didapat, dia bisa membuat lebih menarik penangkaran itu tanpa bantuan pemerintah. Tapi, uang dari situ tidak cukup sehingga penangkaran itu berkembang apa adanya. Terpenting buayanya dan keluarganya bisa hidup dan tetap dapat makan.

Lo Than Muk lahir di Aceh Timur pada 11 Maret 1928 ini dibantu istrinya dan dua anaknya laki-laki mengelola penangkaran itu, syukurlah bisa hidup juga dan tetap ada pengunjung walau jumlahnya sudah jauh berkurang sejak pasca 1998. Dahulu turis mancanegara berdatangan dan memberi dukungan karena penangkaran itu mampu menghidupkan ribuan ekor buaya. Karena ketertarikan mencapai ribuan ekor, para turis tetap mengunjungi lokasi itu hingga kemarin.

Belum ada bantuan
Menurut Lo Than Muk, penangkaran buaya ini pertama dipoles pada masa kepemimpinan Walikota Medan Bachtiar Djafar dengan menggunakan APBD, setelah itu tidak pernah lagi. Dari situ, nama penangkaran ini terbenam seiring dengan kondisinya sekarang. Dari situ Lo Than Muk malu mengatakan penangkaran ini objek wisata andalan.

Sesekali Lo Than Muk ketika disinggung perhatian Pemko Medan terhadap penangkaran buaya itu, dia mengaku sedih. Janji Pemko mengucurkan dana memoles penangkaran ini menjadi objek wisata yang sebenarnya, tidak juga ada.

Sebelumnya, Kadis Pariwisata Medan Syarifuddin, SH menyatakan, Penangkaran Buaya Asam Kumbang tetap jadi objek wisata Medan, dan pihaknya telah menganggarkan dana untuk penataan beberapa objek wisata termasuk Istana Maimon dan Penangkaran Buaya Asam Kumbang.

"Sampai sekarang belum ada Pemko menata penangkaran ini, padahal berulang kali dia mengikuti rapat bulan lalu membicarakan pengelolaannya. Tapi tidak ada realisasinya. Sampai akhirnya, saya yang letih," katanya seraya menambahkan padahal sudah memberi rincian kepada dinas pariwisata hal-hal mana saja yang perlu diperbaiki.

Tidak patah semangat
Namun Lo Than Muk tidak patah semangat dia tetap mengelola penangkarannya walau dengan biaya terbatas. Salah satu caranya, Lo Than Muk tidak lagi menambah jumlah buaya dengan cara menggagalkan telur-telur untuk jadi anak.

Dia tetap termotivasi mempertahankan penangkaran itu karena banyak turis mengatakan setiap kali berkunjung, di dunia pun tidak banyak yang menyediakan penangkaran buaya mencapai 2.700 ekor seperti di Asam Kumbang ini.

Ada beberapa tempat penangkaran buaya di Singapura dan negara lain tidak sebanyak di Asam Kumbang, tetapi dengan jumlah buaya yang sedikit pengelolanya menarik tarif mahal bagi pengunjung. "Dengan 2.700 ekor buaya kita tetap menarik uang masuk murah."

Lo Than Muk ternyata masih bisa tersenyum ketika disinggung satwa banyak mati di Kebun Binatang Medan (KBM) dikelola terakhir dialami gajah besar. Padahal, lanjutnya, KBM dikelola dengan anggaran Pemko.

Jadi andalan
Dia juga masih bisa tertawa ketika mengenang cerita hidupnya yang pahit berhadapan dengan zaman penjajahan Belanda dan Jepang dan awal membuka penangkarannya. Lo Than Muk tidak menyangka sama sekali, penangkaran buayanya berkembang menjadi 2.700 ekor. Awalnya dia hanya iseng memelihara buaya kecil 12 ekor yang didapat dari sungai-sungai. "Dahulukan, buaya mudah ditemukan di sungai-sungai di Medan, sekarang saja tidak."

Dari situ kemudian buayanya terus berkembang biak dan akhirnya dia buka penangkaran 1959 dan sempat tenar sebelum tahun 1998 sebagai objek wisata andalan Medan.

Minggu, 10 Juni 2012

TITIK NOL????

Berwisata ke Aceh? Beberapa tahun lalu kalimat ini memang agak asing dan aneh. Namun sekarang tidak lagi. Perdamaian di Aceh membuat daerah Serambi Mekkah ini mulai bangkit kembali. Demikian halnya dengan dunia pariwisata.

Pasca tsunami, perhatian dunia terhadap daerah ini begitu tinggi. Sehingga seluruh dunia tahu bagaimana Aceh. Aceh yang terus berbenah saat ini sudah mudah diakses. Setiap hari, ratusan orang asing lalu lalang disini. Kedatangan mereka dalam rangka rekontruksi dan rehabilitasi ikut memberikan andil positif bagi perkembangan wisata Aceh.
Menuju Aceh bukanlah hal sulit lagi. Sekarang Bandar Udara Sultan Iskandar Muda sudah sibuk dengan banyaknya penerbangan. Bahkan, penerbangan langsung Banda Aceh-Jakarta juga sudah ada. Tanpa harus transit lagi di Medan sebagaimana biasanya.

Menghabiskan akhir pekan dengan berwisata ke Aceh bisa menjadi alternatif baru. Dengan waktu singkat itu, kunjungan ke kota Banda Aceh dan Kota Sabang di Pulau Weh bisa menjadi pilihan.
Di Banda Aceh, kita bisa berkeliling kota. Menyaksikan Masjid Baiturrahman yang bersejarah. Disini kita juga bisa mengunjungi banyak lokasi-lokasi wisata sejarah. Seperti Musium, Makam Belanda dan sebagainya. Beberapa lokasi yang terkena tsunami juga bisa dijadikan alternatif kunjungan. Agar kita bisa mengenang musibah bencana terdahsyat abad ini.

Beberapa daerah wisata di sekiat kota Banda Aceh sudah mulai bangkit lagi. Bahkan di Pantai Lhok Nga dan Pantai Lampuuk kita bisa menyaksikan keramaian setiap sorenya.
Pantai Lhok Nga dan Pantai Lampuuk sejak dulunya memang sudah menjadi tempat kunjungan wisatawan. Gelombang tsunami membuat pantai ini luluh lantak. Tak satu pun sarana yang tersisa. Puluhan kapal terdampar ke darat. Jalanan rusak dan seluruh pohon pelindung hanyut.

Pembersihan daerah pantai mendapat prioritas. Hasilnya lumayan hebat. Hanya beberapa bulan, pantai sudah bisa bersih kembali. Bahkan sudah kembali ramai dikunjungi wisatawan. Pantai Lhok Nga dan Pantai Lampuuk menjadi pilihan terbaik bagi warga Banda Aceh yang ingin menghabiskan sore hari.
Pemandangan sunset di Pantai Lok Nga dan Lampuuk sangat ditunggu-tunggu. Para pekerja NGO asing yang bertugas di Aceh juga menjadikan Pantai Lhok Nga dan Lampuuk sebagai tujuan pelepas penat. Ombaknya yang besar cocok untuk berselancar. Tapi harus hati-hati kalau ingin mandi di laut. Sebab di lokasi ini sering terjadi arus bawah yang deras. Beberapa kali warga yang mandi di laut terseret arus dan ini tentu berbahaya sekali. Apalagi hingga saat ini belum ada penjaga pantai yang bekerja secara khusus di daerah ini.

Sabang dan Titik Nol
Berkunjung ke Aceh tak akan berkesan kalau belum ke Sabang. Maklum, Sabang yang terletak di Pulau Weh ini adalah bagian paling barat negara kesatuan Republik Indonesia. Bukan itu saja, Sabang mempunyai beberapa andalan wisata yang takkan terlupakan.
Akses ke Sabang saat ini bisa dilakukan lewat laut dan udara. Cara termudah menuju Sabang adalah melalui laut. Ada dua kapal yang melayani rute Banda Aceh-Sabang. Ada kapal penumpang serta ada kapal ferry yang bisa mengangkut kenderaan roda empat. Pelayaran ke Sabang saat ini dilakukan di Pelabuhan Ule Lheu.
Berkunjung ke Sabang membutuhkan persiapan matang. Sebab di kota ini belum banyak sarana dan prasarana. Jika ingin melakukan kunjungan ke seluruh obyek wisata yang ada, sebaiknya kita membawa kenderaan sendiri dari Banda Aceh. Lokasi wisata yang saling berjauhan tentu akan menyita waktu jika harus mencari alat transportasi.

Pelabuhan Balohan menjadi titik masuk ke Sabang. Pelabuhan ini adalah pelabuhan bebas. Sejak tahun 2000, Sabang bersama Pulau Aceh ditetapkan sebagai Kawasan perdagangan bebas. Sayangnya, konflik di Aceh beberapa tahun lalu membuat Balohan sepi dan minim aktifitas.
Pariwisata menjadi sektor unggulan bagi Kota Sabang. Sektor ini pernah menjadi primadona. Sejak tahun 2000, ribuan wisawatan asing datang kesini. Tapi pada tahun 2003 terjadi penurunan drastis menyusul adanya larangan terhadap warga asing masuk ke wilayah Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Sekarang larangan itu sudah dicabut.

Wisata unggulan di Sabang adalah wisata alam dan wisata bahari. Namun ada satu tempat yang tidak boleh terlewatkan. Yakni titik nol kilometer di kawasan Ujong Batu. Di tempat ini telah dibangun satu tugu yang lumayan bagus. Tugu tersebut dinamakan Tugu Kilometer Nol.
Dinas Pariwisata Kota Sabang menaruh perhatian yang cukup terhadap keberadaan tugu ini. Setiap pengunjung bahkan bisa mendapatkan sertifikat bukti telah mengunjungi daerah paling barat Indonesia ini dengan mengambilnya ke kantor Dinas Pariwisata Kota Sabang. Sertifikat ini bisa menjadi oleh-oleh sepulang dari Sabang.

Perjalanan dari Kota Sabang menuju lokasi Tugu membutuhkan waktu cukup lama. Sebab jaraknya cukup jauh dengan jalanan yang tidak mulus. Namun jangan kecewa dulu, sebab di sepanjang perjalanan kita akan terhibur dengan keberadaan monyet-monyet liar. Kita bahkan bisa berhenti sejenak untuk memberi makan monyet-monyet ini. Banyak warga yang menjualkan pisang masak di sekitar hutan untuk diberi pada kawanan monyet.

Monyet-monyet ini seakan sudah terbiasa dengan pengguna jalan. Mereka selalu mendekati mobil yang melintas untuk meminta makanan. Warga setempat tidak pernah mengganggu keberadaan monyet tersebut.
Bagi wisatawan asing, Sabang cukuk dikenal sebagai lokasi wisata laut yang indah. Daya tarik wisata Sabang yang terkenal adalah lokasi diving (menyelam) yang terletak di sekitar taman laut Pulau Rubiah. Di lokasi ini dapat dilihat keindahan biota laut berupa terumbu karang dan keanekaragaman jenis ikan hias.
Di Pantai Gapang dan Iboih telah ada sarana penginapan. Pemerintah setempat sedang mencoba mewujudkan Kawasan Wisata Iboih dan Desa Pariwisata. Namun upaya itu masih terkendala dengan minimnya prasarana.
Selain wisata laut, Sabang juga mempunyai potensi bagus pada peninggalan sejarahnya. Disini terdapat ratusan benteng peninggalan Belanda dan Jepang pada Perang Dunia ke-2. Sebagian besar benteng itu dalam kondisi tidak terawat. Sesekali, ada wisatawan asal Belanda dan Jepang yang datang kesana. Dalam waktu dekat, akan dilakukan renovasi dan pemeliharaan beberapa benteng dengan bantuan dari Jepang.

Pusat Kota Sabang sendiri adalah sebuah dataran tinggi nan asri. Kota ini juga sangat teduh dengan banyaknya pohon. Pohon-pohon ini adalah peninggalan Belanda yang tetap dijaga keberadaannya. Di pusat kota juga dengan mudah ditemui gedung-gedung bergaya eropa peninggalan Belanda.
Di Sabang, kita dengan mudah bisa melihat mobil-mobil mewah yang lalu lalang. Maklum saja, Sabang yang menjadi pelabuhan bebas memungkinkan warga bisa membeli mobil dengan harga murah. Jadi jangan terkejut kalau melihat mobil mewah parkir di depan rumah yang sederhana.

Jika berkunjung ke Sabang, ada baiknya juga memperhatikan jadwal keberangkatan kapal ke Banda Aceh. Bagi yang membawa kenderaan disarankan sudah stand by di Pelabuhan Balohan sebelum pagi. Sebab muatan kapal ferry terbatas. Jika terlambat, kita terpaksa menunggu kapal keesokan harinya.
Saat ini pariwisata Aceh sedang mulai bangkit lagi. Kota Sabang termasuk salah satu prioritas pembangunan di Aceh. Keberadaan Sabang yang pernah berjaya sebagai Pelabuhan Bebas akan kembali diaktifkan. Kita tunggu kebangkitan wisata Aceh, yang mulai lagi dari titik nol...
by:dewi

Sabtu, 31 Maret 2012

Deep and Extreme 2012 Promosikan Ekowisata Sebagai Primadona Wisata Indonesia

Indonesia merupakan negara yang dianugerahi kekayaan alam berlimpah, salah satunya adalah kekayaan laut.  Dibandingkan dengan negara lain, kekayaan laut Indonesia terkenal dengan biota lautnya yang beraneka ragam. Melihat potensi ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengangkat kekayaan laut sebagai salah satu daya tarik pariwisata Indonesia melalui sejumlah program.

Salah satu even yang diadakan Kemenparekraf bekerjasama dengan stakeholder adalah Deep and Extreme Indonesia 2012. Event ini diadakan selama empat hari, terhitung 29 Maret hingga 1 April 2012 mendatang. Tahun ini, Deep and Extreme Indonesia mengangkat tema “Family Go Adventure” dengan tujuan mengajak keluarga Indonesia untuk menjadikan wisata bahari sebagai salah satu pilihan berwisata.

“Mengajak anak berwisata bahari  dapat mengenalkan mereka pada laut. Dengan begitu anak akan belajar untuk mencintai, menjaga dan melestarikan kekayaan laut yang kita miliki,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu yang memberikan kata sambutan pada pembukaan Deep and Extreme Indonesia 2012.


Dalam kesempatan itu, Mari mengatakan bahwa pemerintah harus terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan seluruh pihak terkait untuk terus memajukan wisata bahari. “Infrastruktur dan transportasi merupakan masalah yang masih sering menjadi kendala bagi pengembangan destinasi wisata termasuk destinasi wisata bahari. Oleh sebab itu pihak pemerintah serta seluruh pihak terkait harus terus berkoordinasi untuk membenahi infrastruktur dan transportasi tersebut,” tambah Mari lagi.

Persoalan pelestarian lingkungan ini  juga berkaitan dengan penanaman modal oleh investor. “Investor wisata minat khusus ini sangat spesifik, biasanya mereka lebih tertarik untuk membangun resort, bukan hotel besar,” sambung wanita ramah ini.



Pelestarian lingkungan akan dilakukan oleh pihak pemerintah yakni Kemenparekraf, bekerjasama dengan Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), Kementerian Kehutanan (Kemenhut) serta pemerintah daerah. “Kami akan melakukan kolaborasi dengan KKP dan Kemenhut untuk menjaga kelestarian alam khususnya disekitar destinasi pariwisata. Tentunya kita tidak ingin mempromosikan destinasi wisata lantas merusaknya, maka kami akan bekerjasama untuk menjaga keindahan destinasi tersebut,” tambah Mari Pangestu.

Mengenai usaha pelestarian lingkungan ini, Mari Pangestu mencontohkan pelestarian lingkungan di Wakatobi.  “Wakatobi misalnya, kami bekerjasama dengan pemerintah daerah, pemilik resort, serta  LSM setempat  untuk mengembangkan program dan meningkatkan kesadaran masyarakat terutama nelayan setempat agar  tidak menggunakan dinamit untuk memancing. Sebagai gantinya, mereka juga harus diberikan alternative sumber mata pencaharian,” jelasnya lagi.Usaha pelestarian lingkungan juga dapat dilakukan dengan penanaman terumbu karang. “Penanaman terumbu karang juga bisa dijadikan sebagai objek wisata,” imbuh Mari.



Tidak seperti jenis wisata lain, wisata minat khusus tidak memerlukan jumlah pengunjung yang banyak. “Wisata minat khusus mengandalkan alam sebagai daya tarik utamanya, oleh karena itu kelestarian alam juga harus diperhatikan. Semakin banyak orang yang datang ke destinasi wisata minat khusus, maka kemungkinan terjadi perusakan ditempat itu semakin tinggi,” lanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, Mari memaparkan data bahwa 30% dari total 7,6 juta wisman yang berkunjung ke Indonesia merupakan wisatawan yang datang dengan tujuan melakukan olahraga selam. “Olahraga selam memiliki banyak peminat. Saya gembira melihat angka ini dan berharap angka ini terus meningkat,” ujarnya sambil tersenyum.

Dari 600 diving spot yang ada di Indonesia, Mari berpendapat bahwa semua tempat itu memiliki keindahan yang berbeda satu sama lain.  Jadi mungkin itu yang membuat para divers mencoba berdiving diberbagai tempat,” kata Mari lagi.

Selain Deep and Extreme Indonesia, Kemenparekraf juga akan mengadakan promosi wisata bahari didalam dan luar negeri. “Promosi yang akan kita lakukan di luar negeri salah satunya adalah Dema Show 2012 yang akan diadakan di Las Vegas pada 14-17 November 2012,” menutup sambutannya dalam pembukaan Deep and Extreme Indonesia 2012.[Puskompublik]

Minggu, 18 Maret 2012

Ikan Zebra Aneh dari Mata Air Batang Tabik

Batang Tabik juga merupakan objek wisata. Yakni dibuat pemandian umum. Dan dibuka setiap hari. Ada tiga buah kolam disana. Kolam untuk anak-anak, dewasa dan kolam ibu. Kolam anak-anak dan dewasa terpisah dengan kolam ibu. Kolam ibu langsung dialiri oleh mata air tersebut. Kemudian dialirkan ke parit yang fungsi parit itu juga sebagai aliran irigasi. Kolam ibu disini hanya sekedar sebutan. Terserah yang mau berenang disana.

Airnya sungguh-sungguh sangat bersih dan bening. Khususnya di kolam ibu. Kolam ini seperti kolam alami. Tidak pernah dibersihkan dikarenakan air dari mata air itu langsung masuk ke kolam ini. Jadi airnya terus mengalir. Dengar begitu air kolam ini sangat bersih. Apa saja yang ada didasar kolam yang tanpa semen itu bisa langsung terlihat dari atas. Sungguh bening. Sumpah!!
Di kolam ibu itu ternyata juga dihuni oleh beberapa ikan. Ikan itu dilarang untuk ditangkap. Tapi tidak untuk ikan yang oleh warga sekitar disebut ikan zebra. Tidak tahu darimana ikan ini berasal. Pertama kali ikan ini dtemukan oleh pengurus pemandian dikolam ikan miliknya. Yang airnya berasal dari aliran mata air batang tabik. Ikan itu seperti ikan nila atau mujair yang pada bagian punggungnya terdapat duri. Ukuran maksimalnya seukuran dua jari (telunjuk dan tengah) orang dewasa. Namun jenis ikan ini belum pernah ada sebelumnya. Lalu yang menjadi pertanyaan dari mana asalnya?

Apakah ikan zebra ini awalnya hidup di danau Singkarak? Seperti perkiraan awal karena banyak yang berpendapat bahwa mata air ini berasal dari danau itu. Kemungkinan saja hal ini bisa terjadi. Tapi apakah ikan ini berenang langsung dari danau Singkarak lalu keluar dari mata air itu? Atau dalam bentuk telur ikan yang sudah dibuahi? Lalu terseret oleh pusaran mata air didasar danau Singkarak dan menetas di pemandian Batang Tabik?

Jika mulanya sudah berbentuk ikan yang berenang dari danau Singkarak sampai keluar dimata air itu sungguh ikan ini bisa dibilang perenang yang hebat yang bisa bertahan hidup cukup lama. Namun anehnya tidak demikian. Ikan zebra ini tergolong ikan yang kurang bisa bertahan hidup cukup lama. Jika kekurangan oksigen ikan ini akan lemas lalu mati.

Saat ini ikan zebra sudah bisa ditemukan di kolam-kolam milik warga setempat. Ikan ini tidak dimasukkan ke kolam dengan sengaja. Ternyata ikan zebra ini mudah berkembang biak. Jika kolam ikan itu airnya berasal dari aliran mata air Batang Tabik maka kemungkinan besar ikan itu bisa ditemukan dikolamnya. Dikarenakan telur-telur ikan zebra ini terbawa aliran air dan sudah tentu masuk ke dalam kolam ikan milik warga.

Selain aneh ikan ini juga unik. Ikan zebra betina berbeda dengan yang jantan. Ikan zebra betina lebih cantik. Siripnya yang seperi zebra (hitam –putih) dihiasi oleh sirip berwarna seperti warna pelangi. Bergaris-garis secara vertikal. Jika terkena sinar sirip yang berwarna warni itu akan terlihat bercahaya. Berbeda dengan yang jantan. Ikan zebra jantan siripnya polos (hitam-putih saja).

Ikan ini suka makan lumut-lumut dibebetuan. Dan ikan ini tergolong ikan yang tidak suka ke permukaan. Suka main di dasar. Dan satu lagi ikan ini agak agresif. Tidak suka ada ikan lain memasuki daerah kekuasaannya. Walau pun ukurannya kecil tapi karena gerakannya lincah membuat ikan disekitarnya menjauh. Seekor induk ikanzebra sangat menyayangi anak-anaknya yang masih dalam tahap pengasuhan. Salut deh sama ikan yang satu ini yang sayang sama anak-anaknya

Karena keanehan plus keunikan dari ikan ini maka banyak yang tertarik padanya. Ikan ini ada yang melirik untuk mempercantik aquarium. Namun ikan ini belum diperjual belikan. Dikarenakan masalah yang tadi. Factor kerentanannya cukup besar . jadi bagi mereka yang ingin mempercantik aquariumnya dirumah, ikan ini ditangkap dulu di kolam.
Bagi anda yang suatu saat datang ke Pemandian Batang Tabik untuk berenang. Jangan lupa untuk melihat ikan ini. Tanyakan saja kepada petugas ikan zebra ini seperti apa. Jika petugas itu tahu maka ia akan menunjukkan keberadaannya di kolam ikan di lokasi pemandian itu.[unik.kompasiana]