Senin, 28 November 2011

Angkat Belut Sawah ke Pasar Internasional



Angkat Belut Sawah ke Pasar Internasional

Hj Komalasari tidak lebih dari seorang ibu rumah tangga biasa seperti kebanyakan wanita berstatus menikah lainnya.

Namun berkat ketekunannya, warga Kampung Tugu, Desa Pasir Halang. Kecamatan Sukabumi,ini mampu mengubah belut yang berasal dari sawah menjadi peluang bisnis internasional.

Apa yang menyebabkan Anda tertarik berbisnis belut? Dari mana ide awal membuat belut olahan?

Semua ini sebenarnya buah dari kegiatan yang saya tekuni. yaitu mengikuti secara aktif pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK) dan posyandu yang ada di sekitar tempat tinggal pada 1980. Anda tahulah seperti apa kegiatan ibu-ibu PKK. Memasak atau membuat kerajinan tangan yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan. Seperti halnya saya, banyak sekali menu makanan yang dipelajari bersama-sama. Dalam perjalanannya, saya berpikir untuk membuat suatu usaha bersama dengan memanfaatkan potensi yang ada di kampung. Ide awalnya sangat sederhana, kala itu wilayah Kampung Tugu hampir sebagian besar berupa persawahan.

Tentunya di areal persawahan mudah sekali ditemukan belut. Dari situlah saya coba untuk mengolah belut menjadi dagangan atau usaha PKK. Sebagai langkah awal, saya hanya memiliki modal Rp 15.000. Uang sebesar itu saya manfaatkan untuk membeli belut dari para petani. Saat itu harga pembeliannya masih sangat murah, sekitar Rp3.000/kg. Ini adalah langkah awal yang menjadikan saya seperti saat ini. Orang bilang sekarang saya menjadi orang sukses.

Apa produk olahan yang pertama kali dibuat dan diperdagangkan?

Saya masih ingat, keterampilan memasak yang dimiliki belum terlampau hebat dan bervariasi. Karena itu saya coba untuk mengolah belut menjadi dendeng. Di samping itu pengolahan dendeng ini relatif mudah dan tidak terlampau rumit meracik bumbunya.Tenaga yang terlibat pada usaha pembuatan dendeng ini hanya 10 orang, semuanya merupakan kader PKK dan posyandu.

Selain itu peralatan untuk memasaknya pun masih sangat sederhana, seperti kompor minyak tanah dan pisau. Pokoknya segala peralatan dapur yang ada di rumah saya gunakan untuk membuat olahan belut.

Pemasarannya seperti apa?

Karena awalnya ini hanya usaha bersama, kemasan produk yang dihasilkannya pun masih sangat seadanya, yakni dendeng belut dikemas dengan plastik yang diberi kertas untuk penamaan produk. Penamaan produk yang dicantumkan pada kemasan itu juga disesuaikan dengan nama PKK dan posyandu, yakni Flamboyan. Di era 1980-an, penamaan posyandu atau PKK biasanya diambil dari nama bunga. Seiring dengan perjalanan usaha saya, kini nama Flamboyan menjadi nama perusahaan yang saya dirikan.

Kalau soal metode pemasarannya, saya ambil pola pemasaran dari mulut ke mulut serta hubungan lintas posyandu dan PKK.Temyata ini adalah pangsa pasar yang cukup bisa diandalkan. Buktinya jumlah produk setiap harinya terus meningkat sehingga pemasarannya dikembangkan ke warung-warung dan toko.

Ada pengalaman menarik kalau mengingat bagaimana saya memasarkan belut olahan ini.Tidak sedikit pemilik toko, terutama dari warga keturunan, menolak hasil produk saya. Alasannya barang dagangan yang akan saya titipkan itu sangat menjijikkan.Diakui.dulu, masyarakat masih sangat jarang mengonsumsi belut karena binatang ini kan selalu tumbuh di dalam tanah sawah yang kesannya sangat kotor dan bau.

Tapi penolakan ini saya jadikan sebagai tantangan. Saya terus menawari para pemilik toko itu untuk mau menerima titipan barang dagang saya. Eh, siapa sangka, hasil produkbelut olahan ini temyata banyak sekali yang meminati. Kondisinya jadi berubah, semula pemilik toko menolak produk saya, tapi kini mereka yang memin ta saya untuk menyuplai belut olahan dalam jumlah banyak.

Apakah Anda pernah menemui kendala saat memulai bisnis ini?

Tentu saja.Tidak selamanya bisnis akan berjalan mulus. Kendala utama dalam bisnis ini adalah keterbatasan modal. Beberapa kali saya sempat harus menghentikan dan memulai kembali bisnis belut ini. Permintaan sangat tinggi, tapi saya tidak bisa memenuhinya karena modal yang ada sangat kecil.

Sebagai pengusaha kecil, saya tentunya tidak bisa berdiri sendiri. Peran pemerintah saat itu belum optimal, apalagi bagi para pengusaha belut. Sektorini masih dipandang kecil.

Kabarnya belut olahan hasil produk Anda sudah dipasarkan hingga ke mancanegara?

Alhamdulillah ini berkat ketekunan dalam usaha. Semula belut ini dipasarkan secara lokal, terutama di Sukabumi saja. Lambat laun menjalar sampai hampir ke seluruh daerah di Indonesia. Bahkan beberapa tahun terakhir ini, permintaan datang dari luar negeri seperti Malaysia dan Korea.Tapi kedua negara ini lebih tertarik belut segar, bukan dalam bentuk olahan. Dalam satu bulan permintaan belut segar untuk satu negara bisa mencapai 5 ton. Di sana belut dijadikan bahan dasar kosmetik serta obat-obatan.

Pemasaran hingga ke luar negeri ini adalah berkat kepedulian pemerintah daerah maupun pusat. Peran serta pemerintah telah mendongkrak usaha yang saya tekuni. Bahkan selama satu tahun saya sempat menjadi tenaga pengajar di Universitas Pasundan,Bandung, pada jurusan teknologi pangan.

Dari mana belut-belut itu diperoleh agar kebutuhan pasar lokal dan luar negeri terpenuhi?

Sejak pertama kali merintis usaha belut, saya cenderung mendapatkannya dengan cara membeli dari para petani walau sebenarnya peluang untuk beternak belut terbuka lebar. Tapi itu bukan tujuan saya. Sebab langkah ini saya awali dengan niat untuk kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Hampir setiap harinya saya membeli belut dari petani dengan harga Rp25.000/kg. Ini harga yang cukup untuk mendongkrak perekonomian masyarakat.yang sama,yakni belut. Apakah Anda merasa tersaingi?

Sedikit pun tidak pernah merasa takut usaha saya akan tersaingi.Tapi sebaliknya ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus memajukan usaha. Tidak sedikit anak didik saya mengikuti jejak yang sama, bahkan mereka banyak yang sukses.Terlepas dari itu agar usaha tetap berjalan, saya tidak pernah berhenti untuk berinovasi.

Berapa kapasitas produksi saat ini?

Pada saat rintisan awal, jumlah produksi hanya mampu sekitar 5 kg per minggu.Ta pi sekarang ini, dalam satu hari jumlah produksi bisa mencapai 200 kg, terdiri atas 150kg untuk olahan, 50 kg untuk pemenuhan pesanan belutsegar.Akumulasinya, dalam satu bulan angka produksi belut bisa mencapai 4,5 ton.

Apa rencana ke depan dengan bisnis Anda yang telah sukses ini? Saya akan tetap berada di jalur usaha belut. Sebab ini adalah bisnis yang benar-benar saya rintis dari nol. Diharapkan di kemudian hari ini akan menjadi bisnis keluarga dan masyarakat. Saat ini saya masih melakukan regenerasi untuk penerus bisnis.

Apa kuncinya untuk menjalankan sebuah bisnis, terutama bagi wirausaha yang baru merintisnya?

Tekun dan ikhlas. Ini adalah kunci kesuksesan. Ikhlas yang dimaksudkan adalah tidak putus asa ketika mengalami kegagalan dan mengalami kerugian.Tekun menjalani tanpa harus terpengaruh oleh bisnis lainnya. Harus fokus sampai menuai keberhasilan. 11. Menurut Anda, apa saja potensi alam Indonesia ini yang masih bisa digarap oleh masyarakat?

Banyak sekali potensi alam yang belum tersentuh dan tergarap oleh masyarakat. Contohnya potensi di perikanan. Bukan hanya belut saja yang bisa dijadikan potensi bisnis, tapi ikan nila dan lele juga temyata jauh memiliki potensi.

toni Kamajaya

Sumber: Harian Seputar Indonesia 27 November 2011,hal. 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar