Ekspor Ikan Harus Penuhi Standar Pangan AS
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya menjadikan ekspor ikan nasional ke AS memenuhi standar kesehatan pangan negara itu. Sejalan dengan upaya itu, KKP kini gencar menggelar kerja sama dengan AS di bidang pengolahan hasil perikanan. Utusan KKP akhir pekan ini segera berkunjung ke AS. memenuhi undangan negara adi daya itu.
"Kami akan berkunjung ke AS dan kerja sama kita bangun dalam relasi yaiiR seimbang. Pasar AS harus kita jaga, selain pasar Uni Eropa dan Jepang," kata Sekretarisjenderal (Sekjen) KKP Syamsul Maarif di Jakarta, Kamis (25/3).
Syamsul mengatakan, negara seperti AS maupun Uni Eropa dan Jepang dikenal ketat dalam menetapkan standar kesehatan pangan. Banyak produk pangan negara berkembang yang diekspor ke negara-negara itu tidak memenuhi standar.
Akibatnya, hasil ekspor ditolak dan negara pengekspor merugi. Dengan teknologi yang canggih, negara AS melindungi warganya dari potensi mengonsumsi pangan yang tidak memenuhi standar kesehatan pangan negara itu.
Menurut Syamsul, kerja sama yang digalang dengan AS lebih khusus menyangkut teknologi pengolahan perikanan seperti sistem rantai dingin atau cold chain system. Sistem rantai dingin merupakan tata cara pengolahan yang memastikan ikan pasca-tangkap harus ditempatkan dalam suhu dingin yang tepat
Ikan hasil tangkapan laut misalnya, harus ditempatkan pada alat pendingin bersuhu minus 60 derajat Celsius. Demikian juga ketika ikan tersebut dipindahkan, suhu yang dibutuhkan ternyata berbeda.
"Suhu dingin yang dibutuhkan untuk setiap mata rantai pengolahan ternyata berbeda-beda. Ada korelasi positif antara kualitas ikan dan suhu dingin yang digunakan. Teknis pengolahan seperti ini yang akan kita adopsi ke sistem kita," jelas Syamsul.
Dia menambahkan, kerja sama dengan AS juga mencakup tata cara pengelolaan pesisir laut, konservasi laut, serta pemberdayaan masyarakat pesisir. Program tersebut sebetulnya sudah berlangsung antara kedua negara melalui berbagai pelatihan bernama mitra bahari atau sea grant partnership.
Syamsul menambahkan, selain mengadopsi teknologi pengolahan ikan, Indonesia bersama negara AS juga segera menggelar penelitian bersama melalui inisiatif segitiga karang atau coral triangle initiatives (CTI) di perairan laut Indonesia awal Agustus 2010.
Sumber : Investor Daily Indonesia Hal 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar