Minggu, 04 Desember 2011
Pemerintah Segera Izinkan Impor Ikan
Pemerintah Segera Izinkan Impor Ikan BATANG. Jawa Tengah Pemerintah akan mengizinkan impor ikan untuk menyelamatkan industri pengolahan ikan pindang yang kekurangan bahan baku. Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo mengatakan industri pengolahan ikan pindang saat ini hanya beroperasi 30%-35% dari kapasitasnya karena kekurangan bahan baku. Potensi lokal banan baku ikan ada, tetapi di Indonesia bagian timur, untuk biaya transportasi cukup tinggi sedangkan industri pengolahan ikan pindang berada di Jawa dan Sumatra, dari segi waktu juga terlalu lama. "Impor menjadi salah satu opsi, tetapi tentu kami lebih mengutamakan potensi lokal," ujarnya seusai acara penyerahan bantuan kapal 30 GT di Jawa Tengah, kemarin. Sharif memaparkan kondisi pengolahan ikan pindang sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kapasitas olahannya, perlu ada jaminan pasokan bahan baku. Saat ini ada 65.000 industri pengolahan ikan pindang di Sumatra dan Jawa. Selain persoalan bahan baku industri pengolahan ikan pindang, para pembudi daya ikan juga menghadapi persoalan harga pakan yang cukup tinggi. Karena itu pula Menteri KP mengimbau produsen pakan ikan dapat menurunkan harga pakan agar tidak jauh berbeda dengan harga pakan yang di luar negeri. "Jika industri pakan ternak tidak mau menurunkan harga, sedangkan harga pakan ternak di luar negeri lebih murah, maka perlu impor agar harga pakan ikan turun." Namun, para pelaku usaha pakan, katanya, memiliki berbagai alasan harga pakan ikan tinggi. "Kalau saya dapat harga pakan ikan lebih murah, saya akan impor pakan ikan, tetapi kalau kalian pengusaha pakan bisa menurunkan harga maka tidak perlu impor. "Sharif menjelaskan harga pakan ikan dapat diturunkan kualitasnya sedikit agar harga bisa lebih rendah, tetapi masih sesuai dengan kebutuhan para pembudidaya ikan. "Hal itu masih dapat dilakukan oleh industri pakan ikan. Kementerian KP berjanji akan menyelaraskan kepentingan daerah dan industriawan untuk menyelesaikan persoalan pakan ikan tersebut. "Ini menjadi tugas kami untuk mencocokkan kepentingan daerah dengan kepentingan industriawan, sehingga muncul benefit dan dapat membantu nelayan." Benahi pelabuhan Di sisi lain, pihaknya akan memperbanyak bantuan di pelabuhan ikan serta kawasan minapolitan berupa pengadaan cold storage. Sharif mengakui telah mendapatkan satu prinsip dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan ke depan yaitu bagaimana lebih memberdayakan nelayan dengan cara industrialisasi oleh para usahawan perikanan. "Industrialisasi penting terutama bagian hilir di mana para pembudi daya dari hulu sampai hilir menjadi mata rantai solid sehingga ke depan dua hal ini akan saling memenuhi kebutuhannya." Menurutnya, nelayan bukan lagi sebagai objek, tetapi subjek yang menjadi partner dari industriawan. "Pembudi daya ikan pindang, 6.000 di Sumatra dan Jawa yang kesulitan, karena kapasitas produksi tidak terpenuhi, kalau industri kecil ini dapat diberdayakan, akan menjadi pasar tetap bagi nelayan." Sharif mencontohkan industri rumput laut di Indonesia belum siap, sehingga para pembudi daya komoditas itu kesulitan pasar. Apalagi, selama ini hanya menggantungkan pada ekspor sedangkan dunia tidak membutuhkan rumput laut terlalu banyak. Di sisi lain, pemerintah memiliki program untuk membesarkan rumput laut. Sumber: BisnisIndonesia,2Desember2011, Hal.12
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar