Throw nets are a simple means of catching and does not require a large cost in the making. Material made of nylon or multifilamen from monofilamen, diameternya range 3 - 5 m. The foot of the net given ballast made of tin.
Throwing nets operated using manpower, use a throw certain techniques (Figure 4.23). The tool is operated in the waters of many such as rivers, reservoirs and lakes and coastal waters depths ranging from 0.5 to 10 m. A common species of fish captured is the type of fish that migrate to coastal areas such as shrimp and others.
source: West Java Provincial Fisheries Office, 2008
Selasa, 31 Maret 2009
Senin, 30 Maret 2009
manajemen / pengelolaan sistem budidaya perikanan
manajemen / pengelolaan sistem budidaya perikanan
pada dasarnya pengelolaan sistem budidaya perikanan dibagi kedalam beberapa bagian garis besar, yaitu :
1. Pengelolaan kolam
2. Pengelolaan kualitas air
3. Pengelolaan ikan
4. Pengelolaan pakan
5. Pengelolaan penyakit
1. Pengelolaan kolam
Pengelolaan kolam termasuk didalamnya yaitu persiapan kolam, jenis / tipe konstruksi kolam, keadaan topografi, iklim, sarana dan prasarana penunjung kolam lainnya
2. Pengelolaan kualitas air
Pengelolaan kualitas air termasuk didalamnya yaitu kandungan bahan-bahan yang terlarut dalam air, oksigen, karbondioksida, amoniak, suhu, lumpur, dll
3. Pengelolaan ikan
Pengelolaan Induk, pengelolaan benih
4. pengelolaan pakan
jenis pakan, cara pemberian pakan
5. pengelolaan penyakit
jenis penyakit, pencegahan, pengobatan
pada dasarnya pengelolaan sistem budidaya perikanan dibagi kedalam beberapa bagian garis besar, yaitu :
1. Pengelolaan kolam
2. Pengelolaan kualitas air
3. Pengelolaan ikan
4. Pengelolaan pakan
5. Pengelolaan penyakit
1. Pengelolaan kolam
Pengelolaan kolam termasuk didalamnya yaitu persiapan kolam, jenis / tipe konstruksi kolam, keadaan topografi, iklim, sarana dan prasarana penunjung kolam lainnya
2. Pengelolaan kualitas air
Pengelolaan kualitas air termasuk didalamnya yaitu kandungan bahan-bahan yang terlarut dalam air, oksigen, karbondioksida, amoniak, suhu, lumpur, dll
3. Pengelolaan ikan
Pengelolaan Induk, pengelolaan benih
4. pengelolaan pakan
jenis pakan, cara pemberian pakan
5. pengelolaan penyakit
jenis penyakit, pencegahan, pengobatan
Jumat, 27 Maret 2009
Jala Lempar ( Cash Net)
Jala lempar merupakan alat tangkap yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pembuatan. Bahannya terbuat dari nilon multifilamen atau dari monofilamen, diameternya berkisar 3 - 5 m. Bagian kaki jaring diberikan pemberat terbuat dari timah.
Jala lempar dioperasikan menggunakan tenaga manusia, cara melemparnya menggunakan teknik-teknik tertentu (Gambar 4.23). Alat ini banyak dioperasikan di perairan seperti ; sungai, waduk dan danau serta perairan pantai berkedalaman berkisar 0,5 - 10 m. Jenis ikan yang umum ditangkap adalah jenis ikan yang bermigrasi ke daerah pantai seperti ; ikan belanak, julung-julung, udang dan lain-lain.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
pukat sotong
Di Malaysia alat tangkap ini khususnya digunakan untuk menangkap Cumi-cumi dengan menggunakan cahaya sebagai alat bantu dan kapal fiberglass berukuran panjang 15,9 m dan lebar 3,6 m (Shahardin dan Mohd Said, 1989).
Alat ini dilengkapi dengan lampu dan jaring, menggunakan bingkai lampu yang panjangnya 4,6 m dan bingkai jaring 11,6 m berdiameter 10,2 cm. Lampu yang digunakan sebanyak 12 buah berkekuatan 500 watt/buah untuk menjangkau jarak 50 m di sekeliling kapal. Jaringnya terbuat dari nylon berbentuk segi empat. Kaki jaring berukuran 9,84 x 6,77 m, ukuran mata jaring 2,4 cm. Bagian mulut jaring dipasang cincin berdiameter 2,4 cm, jarak tiap cincin 0,76 m ditambahkan pemberat yang terbuat dari timah (Gambar4.21).
Operasi penangkapan dilakukan malam hari saat bulan gelap. Setelah menentukan lokasi (fishing ground) Lampu dinyalakan pada setiap sisi kapal, apabila kumpulan Cumi-cumi terlihat berkumpul disekitar kapal, lampu dipadamkan pada salah satu sisi kapal sehingga kumpulan Cumi-cumi akan terkonsentrasi di sisi kapal yang lebih terang dimana telah dipasang jaring (Gambar 4.22).
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Alat ini dilengkapi dengan lampu dan jaring, menggunakan bingkai lampu yang panjangnya 4,6 m dan bingkai jaring 11,6 m berdiameter 10,2 cm. Lampu yang digunakan sebanyak 12 buah berkekuatan 500 watt/buah untuk menjangkau jarak 50 m di sekeliling kapal. Jaringnya terbuat dari nylon berbentuk segi empat. Kaki jaring berukuran 9,84 x 6,77 m, ukuran mata jaring 2,4 cm. Bagian mulut jaring dipasang cincin berdiameter 2,4 cm, jarak tiap cincin 0,76 m ditambahkan pemberat yang terbuat dari timah (Gambar4.21).
Operasi penangkapan dilakukan malam hari saat bulan gelap. Setelah menentukan lokasi (fishing ground) Lampu dinyalakan pada setiap sisi kapal, apabila kumpulan Cumi-cumi terlihat berkumpul disekitar kapal, lampu dipadamkan pada salah satu sisi kapal sehingga kumpulan Cumi-cumi akan terkonsentrasi di sisi kapal yang lebih terang dimana telah dipasang jaring (Gambar 4.22).
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
BUDIDAYA IKAN HIAS LIVE BEARER
BUDIDAYA IKAN HIAS
LIVE BEARER
1. PENDAHULUAN
Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium.
Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus
meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis
ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan
ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan
kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur
ataupun menyusun sarangnya.
Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:
1) Ikan-ikan hias yang beranak.
2) Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
3) Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
4) Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
5) Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hias
yang beranak (live bearer), misalnya:
1) Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy)
2) Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly)
3) Ikan Platy (Xiphophorus maculatus Platy)
4) Ikan Sword tail (Xiphophorus helleri Sword tail)
2. CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA
1) Induk Jantan
a. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang
merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
b. Tubuhnya rampaing.
c. Warnanya lebih cerah.
d. Sirip punggung lebih panjang.
e. Kepalanya besar.
2) Induk Betina
a. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
b. Tubuhnya gemuk
c. Warnanya kurang cerah.
d. Sirip punggung biasa.
e. Kepalanya agak runcing.
3. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN
1) Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan
jernih.
2) Suhu air berkisar antara 15 ~ 270C.
3) pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
4) Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air)
dan makanan buatan, diberikan secukupnya.
4. TEKNIK PEMIJAHAN
1) Pemilihan indu. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh
yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
2) Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa
pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula
dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasangsepasang.
3) Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan
harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan
oleh induknya.
5. PERAWATAN BENIH
1) Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena
masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru
dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur
yang telah direbus dan dihancurkan.
2) Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan
cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi
makanan cuk.
3) Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa
cacing kering, agar-agar dll.
4) Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan,
karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
5) Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh,
karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan
setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu
penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.
6. PENUTUP
Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat
keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50
sampai 100 ekar ikan untuk satu kali pemijahan, dengan harga perekor Rp. 25,-
sampai Rp. 75,-. Jenis ikan ini juga merupakan ikan hias yang dapat di eksport
misalnya: ikan Guppy. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan
yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.
7. SUMBER
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996
8. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta
LIVE BEARER
1. PENDAHULUAN
Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium.
Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus
meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis
ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan
ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan
kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur
ataupun menyusun sarangnya.
Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:
1) Ikan-ikan hias yang beranak.
2) Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
3) Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
4) Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
5) Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hias
yang beranak (live bearer), misalnya:
1) Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy)
2) Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly)
3) Ikan Platy (Xiphophorus maculatus Platy)
4) Ikan Sword tail (Xiphophorus helleri Sword tail)
2. CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA
1) Induk Jantan
a. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang
merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
b. Tubuhnya rampaing.
c. Warnanya lebih cerah.
d. Sirip punggung lebih panjang.
e. Kepalanya besar.
2) Induk Betina
a. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
b. Tubuhnya gemuk
c. Warnanya kurang cerah.
d. Sirip punggung biasa.
e. Kepalanya agak runcing.
3. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN
1) Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan
jernih.
2) Suhu air berkisar antara 15 ~ 270C.
3) pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
4) Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air)
dan makanan buatan, diberikan secukupnya.
4. TEKNIK PEMIJAHAN
1) Pemilihan indu. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh
yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
2) Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa
pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula
dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasangsepasang.
3) Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan
harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan
oleh induknya.
5. PERAWATAN BENIH
1) Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena
masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru
dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur
yang telah direbus dan dihancurkan.
2) Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan
cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi
makanan cuk.
3) Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa
cacing kering, agar-agar dll.
4) Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan,
karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
5) Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh,
karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan
setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu
penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.
6. PENUTUP
Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat
keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50
sampai 100 ekar ikan untuk satu kali pemijahan, dengan harga perekor Rp. 25,-
sampai Rp. 75,-. Jenis ikan ini juga merupakan ikan hias yang dapat di eksport
misalnya: ikan Guppy. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan
yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.
7. SUMBER
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996
8. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta
Rabu, 25 Maret 2009
JENIS - JENIS BAHAN PENGAWET DALAM PEMELIHARAAN ALAT TANGKAP
JENIS - JENIS BAHAN PENGAWET DALAM PEMELIHARAAN ALAT TANGKAP
Agar Alat-alat penangkap ikan tetap awet, terutama yang terbuat dari serat alami, para nelayan Sering menggunakan bahan-bahan tertentu dalam proses perawatanya, diantaranya
Bahan Pengawet Hewani
Bahan-bahan pengawet yang berasat dari binatang/hewan, yaitu :
1. Putih Tetur
Cara pengawetannya adalah
• Dari kurang lebih 10 butir tetur diambil putihnya saja, lalu ditampung pada suatu wadah/tempat, seperti wajan atau ember;
• Bahan yang akan diawetkan biasanya Lawe (Lawe yaitu suatu bahan serat yang apabila dipintal akan menjadi benang) dimasukkan ke dalam tempat yang telah diisi dengan putih telur;
• Kemudian setelah semua masuk, aduk-aduk selama kurang lebih 10 - 15 menit hingga merata dan cairan putih telurnya meresap;
• Lalu dikeringkan dengan jalan dijemur ditempat yang tidak tertalu panas (teduh) dan diangin-angikan.
2. Darah Kerbau
Biasanya alat yang akan diawetkan dengan darah kerbau, sebelumnya tetah diawetkan dengan menggunakan putih tetur (pengawet hewani) atau tingi (pengawet dari tumbuh-tumbuhan). Peralatan yang dibutuhkan datam pengawetan dengan menggunakan darah kerbau, yaitu ; tungku pemanas dan drum atau wajan yang terbuat dari tanah. Adapun cara pengawetannya, antara lain :
■ Alat yang akan diawetkan dicelupkan ke dalam drum/wajan yang berisikan darah kerbau yang masih segar, terus aduk-aduk hingga merata, kurang lebih 15 menit;
■ Setelah merata lalu dikukus selama kurang lebih 10 - 15 menit;
• Setelah pengukusan terus dikeringkan dengan jalan dijemur di tempat yang agak teduh dan diangi-anginkan;
■ Darah kerbau yang masih menempel pada alat, saat proses pengeringan harus digosok-gosok supaya rata dan memadat
sumber : Dinas Perikanan Propinsi jabar 2008
Agar Alat-alat penangkap ikan tetap awet, terutama yang terbuat dari serat alami, para nelayan Sering menggunakan bahan-bahan tertentu dalam proses perawatanya, diantaranya
Bahan Pengawet Hewani
Bahan-bahan pengawet yang berasat dari binatang/hewan, yaitu :
1. Putih Tetur
Cara pengawetannya adalah
• Dari kurang lebih 10 butir tetur diambil putihnya saja, lalu ditampung pada suatu wadah/tempat, seperti wajan atau ember;
• Bahan yang akan diawetkan biasanya Lawe (Lawe yaitu suatu bahan serat yang apabila dipintal akan menjadi benang) dimasukkan ke dalam tempat yang telah diisi dengan putih telur;
• Kemudian setelah semua masuk, aduk-aduk selama kurang lebih 10 - 15 menit hingga merata dan cairan putih telurnya meresap;
• Lalu dikeringkan dengan jalan dijemur ditempat yang tidak tertalu panas (teduh) dan diangin-angikan.
2. Darah Kerbau
Biasanya alat yang akan diawetkan dengan darah kerbau, sebelumnya tetah diawetkan dengan menggunakan putih tetur (pengawet hewani) atau tingi (pengawet dari tumbuh-tumbuhan). Peralatan yang dibutuhkan datam pengawetan dengan menggunakan darah kerbau, yaitu ; tungku pemanas dan drum atau wajan yang terbuat dari tanah. Adapun cara pengawetannya, antara lain :
■ Alat yang akan diawetkan dicelupkan ke dalam drum/wajan yang berisikan darah kerbau yang masih segar, terus aduk-aduk hingga merata, kurang lebih 15 menit;
■ Setelah merata lalu dikukus selama kurang lebih 10 - 15 menit;
• Setelah pengukusan terus dikeringkan dengan jalan dijemur di tempat yang agak teduh dan diangi-anginkan;
■ Darah kerbau yang masih menempel pada alat, saat proses pengeringan harus digosok-gosok supaya rata dan memadat
sumber : Dinas Perikanan Propinsi jabar 2008
Selasa, 24 Maret 2009
Covering Net
Covering Net
Salah satu jenis alat tangkap dengan cara menutup ikan dari atas ialah Covering Net. Bentuk dari alat tangkap ini hampir sama dengan Cash Net (jala lempar) yang umum digunakan pada daerah-daerah yang dangkal seperti pada tambak udang dan ikan. Namun ada juga yang sudah modern seperti Pukat Sotong yang digunakan untuk menangkap Cumi-cumi yang banyak dikembangkan diperairan Malaysia.
sumber : dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Salah satu jenis alat tangkap dengan cara menutup ikan dari atas ialah Covering Net. Bentuk dari alat tangkap ini hampir sama dengan Cash Net (jala lempar) yang umum digunakan pada daerah-daerah yang dangkal seperti pada tambak udang dan ikan. Namun ada juga yang sudah modern seperti Pukat Sotong yang digunakan untuk menangkap Cumi-cumi yang banyak dikembangkan diperairan Malaysia.
sumber : dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Minggu, 22 Maret 2009
jenis alat penangkap ikan : Pancing Tonda (Troling Line)
Pancing Tonda (Troling Line)
Pancing Tonda (Troling Line) adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik olah perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan palsu. Karena adanya tarikan maka umpan akan bergerak di dalam air sehingga dapat merangsang ikan buas untuk menyambarnya.
Dipasaran terdapat banyak variasi dari Pancing Tonda, terutama untuk pada penggemar sport fishing. Biasanya untuk keperluan komersial hanya bagian desainnya saja yang banyak variasinya. Desain umum dan beberapa variasi dari Pancing Tonda ini dapat dilihat pada gambar 4.19 dan gambar 4.20.
Pengoperasian Pancing Tonda memerlukan perahu/kapal yang selalu bergerak di depan gerombolan ikan yang akan ditangkap. Biasanya pancing ditarik dengan kecepatan 2 - 6 knot tergantung dari jenisnya (Tabel4.3).
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Pancing Tonda (Troling Line) adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik olah perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan palsu. Karena adanya tarikan maka umpan akan bergerak di dalam air sehingga dapat merangsang ikan buas untuk menyambarnya.
Dipasaran terdapat banyak variasi dari Pancing Tonda, terutama untuk pada penggemar sport fishing. Biasanya untuk keperluan komersial hanya bagian desainnya saja yang banyak variasinya. Desain umum dan beberapa variasi dari Pancing Tonda ini dapat dilihat pada gambar 4.19 dan gambar 4.20.
Pengoperasian Pancing Tonda memerlukan perahu/kapal yang selalu bergerak di depan gerombolan ikan yang akan ditangkap. Biasanya pancing ditarik dengan kecepatan 2 - 6 knot tergantung dari jenisnya (Tabel4.3).
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Sabtu, 21 Maret 2009
Alat Penangkapan ikan : Rawai (Long Line)
Rawai (Long Line)
Rawai (Long Line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan.
Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (Gambar 4.18). Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (PA) atau multifilament (PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon). Beberapa perbedaan dari ke dua jenis bahan tersebut dilihat dari segi teknis diantaranya
Bahan multifilament lebih berat dan mahal, mudah dalam perakitannya dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil;
Bahan multifilament lebih tahan dan mudah ditangani, sehingga dalam jangka panjang harganya relatif lebih rendah; Monofilament lebih kecil, halus dan transparan, sehingga dalam pemakaiannya akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik.
Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis yang menyerong,, atau tegak lurus pada arus. Waktu pelepasan tergantung jumlah basket yang akan dipasang, diharapkan pada dini hari sehingga settingan selesai pada pagi hari dimana saat ikan sedang giatnya mencari mangsa.
Umpan yang umum dipakai adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk Berta mempunyai rangka yang kuat tidak mudah lepas pada saat disambar ikan.
Beberapa jenis ikan yang digunakan sebagai umpan diantaranya ;Ikan Bandeng, ikan Saury, Ikan Tawes, ikn Kembung,
-
Ikan Layang dan Cumi-cumi Panjang umpan berkisar antara 15 - 20 cm dengan berat antara 80 - 150 gram.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2008
Rawai (Long Line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan.
Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (Gambar 4.18). Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (PA) atau multifilament (PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon). Beberapa perbedaan dari ke dua jenis bahan tersebut dilihat dari segi teknis diantaranya
Bahan multifilament lebih berat dan mahal, mudah dalam perakitannya dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil;
Bahan multifilament lebih tahan dan mudah ditangani, sehingga dalam jangka panjang harganya relatif lebih rendah; Monofilament lebih kecil, halus dan transparan, sehingga dalam pemakaiannya akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik.
Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis yang menyerong,, atau tegak lurus pada arus. Waktu pelepasan tergantung jumlah basket yang akan dipasang, diharapkan pada dini hari sehingga settingan selesai pada pagi hari dimana saat ikan sedang giatnya mencari mangsa.
Umpan yang umum dipakai adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk Berta mempunyai rangka yang kuat tidak mudah lepas pada saat disambar ikan.
Beberapa jenis ikan yang digunakan sebagai umpan diantaranya ;Ikan Bandeng, ikan Saury, Ikan Tawes, ikn Kembung,
-
Ikan Layang dan Cumi-cumi Panjang umpan berkisar antara 15 - 20 cm dengan berat antara 80 - 150 gram.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2008
Jumat, 20 Maret 2009
Antisipasi Titik Kritis Pemeliharaan Larva Patin
Antisipasi Titik Kritis
Pemeliharaan
Larva Patin
Tanya:
Redaksi yang terhormat, saya baru memulai usaha pembenihan patin dalam beberapa bulan ini. Induk telah berhasil dipijahkan secara buatan, tapi dalam tahap pemeliharaan larva selalu gagal, padahal kualitas air selalu saya jaga. Kematian terjadi terus menerus hingga saya tidak pernah mendapatkan hasil. Apa yang harus saya lakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva ini?Terima kasih atas sarannya.
Jawab:
Keberhasilan usaha pembenihan ditentukan oleh beberapa faktor terutama mutu induk, manajemen induk dan kualitas air.
Pertama kali yang harus diperhatikan adalah mutu induk. Dalam mendapatkan induk, harus diperhatikan asal usul induk, jangan sampai terjadi inbreeding (perkawinan antar saudara) karena akan menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Induk yang mendapatkan pakan berkualitas akan menghasilkan telur yang berukuran relatif besar, kuat dan daya tetas tinggi. Ukuran besarnya telur sebanding dengan besar larva. Telur yang bermutu baik menghasilkan larva yang lebih kuat dan tahan terhadap penyakit.
Pada tahap pemeliharaan larva harus diperhatikan titik-titik kritis pemeliharaan larva yang terjadi pada waktu
■ Penetasan
Telur-telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang menetas akan membusuk dan merusak kualitas air. Karena itu cangkang dan telur yang tidak menetas harus segera dibuang keluar tanpa mengganggu larva.
■ Habisnya kuning telur
Pada saat ini larva memerlukan makanan dari luar. Dia akan memakan apapun yang ada di depannya, termasuk temannya sendiri. Solusinya adalah segera diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Pakan harus bergerak karena mata larva belum sempurna dan larva hanya mengangakan (membuka) mulutnya saja.
■ Larva patin yang baru menetas akan bergerak
vertikal ke atas dan ke bawah. Kondisi kritis
terjadi pada saat larva bergerak horisontal. Ini merupakan tanda-tanda muai habisnya kuning telur. Pada saat larva mulai bergerak secara horisontal, pakan hidup harus segera diberikan.
■ Perubahan jenis pakan
Larva harus diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Sehingga energi yang dihasilkan dari makanan lebih besar daripada energi dikeluarkan untuk membuka mulut. Karena itu, ukuran dan jenis makanan yang diberikan secara bertahap harus disesuaikan. Saat pengggantian jenis pakan ini seringkali terjadi banyak kematian karena tidak semua ikan dapat segera menyesuaikan diri, akibatnya ukuran ikan jadi tidak seragam. ikan yang kecil akan semakin kecil dan akhirnya mati karena selalu kalah dalam perebutan makanan.
Yang harus dilakukan dalam masalah ini adalah penggantian pakan dilakukan secara overlap (tumpang tindih). Yakni pakan pengganti diberikan dahulu sambil melihat respon ikan terhadap pakan baru tersebut. Setelah ikan yang mudah menyesuaikan diri kenyang, diberikan pakan lama untuk yang belum bisa makan pakan pengganti. Hal tersebut dilakukan selama beberapa hari hingga semua ikan bisa mengkonsumsi pakan pengganti.
Pemberian pakan pada larva juga harus disesuaikan dengan system alat pencernaannya yang belum sempurna. Pakan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Pada saat pemeliharaan larva, pakan diberikan paling sedikit 6 kali dalam sehari semalam. Selepas dari tahap larva, pemeliharaan benih biasanya tidak terlalu banyak kendala.
Demikian, semoga bermanfaat.*
sumber : TROBOS, 2008
Pemeliharaan
Larva Patin
Tanya:
Redaksi yang terhormat, saya baru memulai usaha pembenihan patin dalam beberapa bulan ini. Induk telah berhasil dipijahkan secara buatan, tapi dalam tahap pemeliharaan larva selalu gagal, padahal kualitas air selalu saya jaga. Kematian terjadi terus menerus hingga saya tidak pernah mendapatkan hasil. Apa yang harus saya lakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva ini?Terima kasih atas sarannya.
Jawab:
Keberhasilan usaha pembenihan ditentukan oleh beberapa faktor terutama mutu induk, manajemen induk dan kualitas air.
Pertama kali yang harus diperhatikan adalah mutu induk. Dalam mendapatkan induk, harus diperhatikan asal usul induk, jangan sampai terjadi inbreeding (perkawinan antar saudara) karena akan menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Induk yang mendapatkan pakan berkualitas akan menghasilkan telur yang berukuran relatif besar, kuat dan daya tetas tinggi. Ukuran besarnya telur sebanding dengan besar larva. Telur yang bermutu baik menghasilkan larva yang lebih kuat dan tahan terhadap penyakit.
Pada tahap pemeliharaan larva harus diperhatikan titik-titik kritis pemeliharaan larva yang terjadi pada waktu
■ Penetasan
Telur-telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang menetas akan membusuk dan merusak kualitas air. Karena itu cangkang dan telur yang tidak menetas harus segera dibuang keluar tanpa mengganggu larva.
■ Habisnya kuning telur
Pada saat ini larva memerlukan makanan dari luar. Dia akan memakan apapun yang ada di depannya, termasuk temannya sendiri. Solusinya adalah segera diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Pakan harus bergerak karena mata larva belum sempurna dan larva hanya mengangakan (membuka) mulutnya saja.
■ Larva patin yang baru menetas akan bergerak
vertikal ke atas dan ke bawah. Kondisi kritis
terjadi pada saat larva bergerak horisontal. Ini merupakan tanda-tanda muai habisnya kuning telur. Pada saat larva mulai bergerak secara horisontal, pakan hidup harus segera diberikan.
■ Perubahan jenis pakan
Larva harus diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Sehingga energi yang dihasilkan dari makanan lebih besar daripada energi dikeluarkan untuk membuka mulut. Karena itu, ukuran dan jenis makanan yang diberikan secara bertahap harus disesuaikan. Saat pengggantian jenis pakan ini seringkali terjadi banyak kematian karena tidak semua ikan dapat segera menyesuaikan diri, akibatnya ukuran ikan jadi tidak seragam. ikan yang kecil akan semakin kecil dan akhirnya mati karena selalu kalah dalam perebutan makanan.
Yang harus dilakukan dalam masalah ini adalah penggantian pakan dilakukan secara overlap (tumpang tindih). Yakni pakan pengganti diberikan dahulu sambil melihat respon ikan terhadap pakan baru tersebut. Setelah ikan yang mudah menyesuaikan diri kenyang, diberikan pakan lama untuk yang belum bisa makan pakan pengganti. Hal tersebut dilakukan selama beberapa hari hingga semua ikan bisa mengkonsumsi pakan pengganti.
Pemberian pakan pada larva juga harus disesuaikan dengan system alat pencernaannya yang belum sempurna. Pakan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Pada saat pemeliharaan larva, pakan diberikan paling sedikit 6 kali dalam sehari semalam. Selepas dari tahap larva, pemeliharaan benih biasanya tidak terlalu banyak kendala.
Demikian, semoga bermanfaat.*
sumber : TROBOS, 2008
merumput laut di air keruh
merumput laut di air keruh
Kondisi perairan yang ekstrim sekalipun masih bisa menghasilkan rumput laut
Poncol tampak keruh. Seberapa sampah terlihat mengapung di permukaan perairan yang kecoklatan itu. Tak jarang, gelombang Laut Jawa menerjang wilayah perairan yang berada di bagian paling barat Pantai Kartini, Jepara tersebut. Tapi jangan salah, dari kondisi lingkungan serba terbatas itu masih bisa dihasilkan rumput laut yang bahkan menjadi cikal bakal budidaya rumput laut di perairan sekitarnya.
Di tempat tersebut Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara pada Oktober - November 2008, menanam 100 kg rumput laut koloni (Eucheuma cottonii) dengan metode long line selama 30 hari. Dari gawe ini berhasil dipanen sebanyak 700 kg bibit rumput laut. Bibit rumput laut itu selanjutnya ditanam lagi di perairan Pulau Panjang, Jepara sebanyak 500 kg dan sisanya tetap ditanam di Poncol.
Penanaman di Pulau Panjang, meski salinitasnya berada pada kisaran 20 - 30 ppt dan arusnya kuat tapi setelah 30 hari bisa menghasilkan rumput laut koloni sekitar 5 ribu kg. Sedangkan di Poncol, kondisinya lebih ekstrim lagi: salinitas mencapai 5 - 15 ppt. Walau demikian, masih bisa menghasilkan. Bahkan selama musim hujan dan gelombang besar hingga bulan Januari 2009, kondisi rumput laut masih bertahan dan kuat dengan hasil pertumbuhan dari 200 kg menjadi sekitar 500 kg.
Kebun Bibit di Jepara
Itulah hasil jerih payah tiro BBPBAP Jepara dalam mengembangkan
budidaya rumput laut. Sebagaimana kerap didengungkan pemerintah, rumput laut menjadi salah satu harapan utama mengatasi krisis ekonomi yang selama beberapa tahun terakhir kian menjerumuskan nelayan, petambak dan masyarakat pesisir dalam jurang kemiskinan.
Selain murah, pengembangan budidaya komoditas ini juga tidak rumit sehingga bisa dilakukan masyarakat umum. "Budidaya rumput laut bisa menjadi jalan
keluar bagi nelayan dan masyarakat pesisir dalam mengatasi krisis ekonomi." kata Kepala BBPBAP Jepara, Sudjiharno kepada TROBOS beberapa waktu lalu.
Tak heran jika selama beberapa tahun terakhir, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) gencar menggalakkan budidaya rumput laut di tanah air. Terkait hal itu DKP menugaskan beberapa UPT (unit pelaksana teknis) di daerah untuk mengembangkan budidaya rumput laut di wilayahnya, salah satunya adalah BBPBAP Jepara yang bertugas mengembangkan rumput laut di Jateng.
Karena itu, BBPBAP Jepara mulai mengembangkan rumput laut termasuk dalam hal penyediaan kebun bibitnya. Jenisnya adalah Gracilara (grasilaria) yang biasa hidup di tambak dari Eucheuma cottonii (kotoni) yang berdomisili di laut.
Dari sini kemudian dipilih beberapa titik yang akan menjadi lokasi kebun bibit rumput laut. Untuk grasilaria berada di wilayah Mangkang, Kendal dan Brebes.
Sedangkan untuk kotoni berada di Kendal dan Jepara. Dalam hal ini BBPBAP Jepara telah melakukan pengembangan rumput laut kotoni di Weleri - Kendal dan Jepara yang meliputi beberapa wilayah yaitu Desa Bandengan, Desa Semat, Desa Bulu - Poncol. Desa Sekuro dan Pulau Panjang.
sumber : Trobos, 2008
Kondisi perairan yang ekstrim sekalipun masih bisa menghasilkan rumput laut
Poncol tampak keruh. Seberapa sampah terlihat mengapung di permukaan perairan yang kecoklatan itu. Tak jarang, gelombang Laut Jawa menerjang wilayah perairan yang berada di bagian paling barat Pantai Kartini, Jepara tersebut. Tapi jangan salah, dari kondisi lingkungan serba terbatas itu masih bisa dihasilkan rumput laut yang bahkan menjadi cikal bakal budidaya rumput laut di perairan sekitarnya.
Di tempat tersebut Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara pada Oktober - November 2008, menanam 100 kg rumput laut koloni (Eucheuma cottonii) dengan metode long line selama 30 hari. Dari gawe ini berhasil dipanen sebanyak 700 kg bibit rumput laut. Bibit rumput laut itu selanjutnya ditanam lagi di perairan Pulau Panjang, Jepara sebanyak 500 kg dan sisanya tetap ditanam di Poncol.
Penanaman di Pulau Panjang, meski salinitasnya berada pada kisaran 20 - 30 ppt dan arusnya kuat tapi setelah 30 hari bisa menghasilkan rumput laut koloni sekitar 5 ribu kg. Sedangkan di Poncol, kondisinya lebih ekstrim lagi: salinitas mencapai 5 - 15 ppt. Walau demikian, masih bisa menghasilkan. Bahkan selama musim hujan dan gelombang besar hingga bulan Januari 2009, kondisi rumput laut masih bertahan dan kuat dengan hasil pertumbuhan dari 200 kg menjadi sekitar 500 kg.
Kebun Bibit di Jepara
Itulah hasil jerih payah tiro BBPBAP Jepara dalam mengembangkan
budidaya rumput laut. Sebagaimana kerap didengungkan pemerintah, rumput laut menjadi salah satu harapan utama mengatasi krisis ekonomi yang selama beberapa tahun terakhir kian menjerumuskan nelayan, petambak dan masyarakat pesisir dalam jurang kemiskinan.
Selain murah, pengembangan budidaya komoditas ini juga tidak rumit sehingga bisa dilakukan masyarakat umum. "Budidaya rumput laut bisa menjadi jalan
keluar bagi nelayan dan masyarakat pesisir dalam mengatasi krisis ekonomi." kata Kepala BBPBAP Jepara, Sudjiharno kepada TROBOS beberapa waktu lalu.
Tak heran jika selama beberapa tahun terakhir, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) gencar menggalakkan budidaya rumput laut di tanah air. Terkait hal itu DKP menugaskan beberapa UPT (unit pelaksana teknis) di daerah untuk mengembangkan budidaya rumput laut di wilayahnya, salah satunya adalah BBPBAP Jepara yang bertugas mengembangkan rumput laut di Jateng.
Karena itu, BBPBAP Jepara mulai mengembangkan rumput laut termasuk dalam hal penyediaan kebun bibitnya. Jenisnya adalah Gracilara (grasilaria) yang biasa hidup di tambak dari Eucheuma cottonii (kotoni) yang berdomisili di laut.
Dari sini kemudian dipilih beberapa titik yang akan menjadi lokasi kebun bibit rumput laut. Untuk grasilaria berada di wilayah Mangkang, Kendal dan Brebes.
Sedangkan untuk kotoni berada di Kendal dan Jepara. Dalam hal ini BBPBAP Jepara telah melakukan pengembangan rumput laut kotoni di Weleri - Kendal dan Jepara yang meliputi beberapa wilayah yaitu Desa Bandengan, Desa Semat, Desa Bulu - Poncol. Desa Sekuro dan Pulau Panjang.
sumber : Trobos, 2008
Kamis, 19 Maret 2009
deskripsi alat tangkap ikan Pole and Line
Adapun deskripsi alat tangkap Pole and Line ini adalah sebagai berikut :
1. Joran (galah) terbuat dari bambu (umumnya berwarna kuning) yang cukup tua dan tingkat elastisitas yang baik. Panjang joran berkisar 2 - 2,5 meter dengan diameter bagian pangkal 3 - 4 cm dan bagian unjuk berkisar 1 -1,5 cm.
2. Tali Utarna (main line) terbuat dari bahan sintetis polyethilene dengan panjang sekitar 1,5 - 2 meter disesuaikan dengan panjang jorannya, cara pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air. Diameter tali 0,5 cm dan nomor tali adalah no. 7.
3. Tali Sekunder terbuat dari bahan monopilament berupa tali berwarna putih sebagai pengganti kawa baja (wire leader) dengan panjang, berkisar 20 cm.
4. Mata Dancing (hook) yang tidak berkait batik. Mata pancing yang digunakan bernomor 2,5 - 2,8 . pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk Blinder dengan panjang sekitar 2 cm dan berdiameter 8 mm serta dilapisi nikel agar tertihat lebih mengkilap.
Sisi luar sunder terdapat cincin untuk mengikat tali sekunder, dibagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia berwarna berbentuk rumbai-rumbai yang berfungsi sebagai umpan tiruan.
Pengoperasian atat tangkap Pole and Line bisa dilakukan dekat rumpon, sementara pemancing sudah bersiap disudut kiri kanan pada haluan kapal (cara mendekati ikan harus dari sisi kiri dan kanan bukan dari arah belakang, lihat gambar 4.17).
Pada saat jarak jangkau, umpan dilemparkan yang kemudian ikan dituntun ke arah haluan kapal. Pelemparan umpan dilakukan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat mengikuti gerakkan umpan menuju haluan kapal. Jangan lupa juga mesin penyemprot sudah difungsikan agar ikan tetap berada di dekat kapal. Waktu pemancingan tidak pertu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing, karena saat joran disentuhkan ikan akan jatuh ke atas kapal dan terLepas dengan sendirinya dari mata pancing.
Berdasarkan pengalaman dan keahlian, pemancing dikelompokan ke dalam 3 (tiga) kelas pemancing. Pemancing kelas I sebagai pemancing berpengalaman ditempatkan dihaluan kapal, pemancing kelas II di samping kapal dekat dengan haluan sedangkan pemancing kelas III ke samping kapal agak jauh dari haluan. Untuk memudahkan pemancingan maka pada kapal Pole and Line dikenaL adanva "flyinq deck" atau tempat pemancingan.
Jenis-jenis ikan yang merupakan hasil tangkapan utama dari aLat tangkap Pole and Line ini diantaranya ; Ikan Tuna, Wan Cakatang dan Ikan Tongkol.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat,2008
1. Joran (galah) terbuat dari bambu (umumnya berwarna kuning) yang cukup tua dan tingkat elastisitas yang baik. Panjang joran berkisar 2 - 2,5 meter dengan diameter bagian pangkal 3 - 4 cm dan bagian unjuk berkisar 1 -1,5 cm.
2. Tali Utarna (main line) terbuat dari bahan sintetis polyethilene dengan panjang sekitar 1,5 - 2 meter disesuaikan dengan panjang jorannya, cara pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air. Diameter tali 0,5 cm dan nomor tali adalah no. 7.
3. Tali Sekunder terbuat dari bahan monopilament berupa tali berwarna putih sebagai pengganti kawa baja (wire leader) dengan panjang, berkisar 20 cm.
4. Mata Dancing (hook) yang tidak berkait batik. Mata pancing yang digunakan bernomor 2,5 - 2,8 . pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk Blinder dengan panjang sekitar 2 cm dan berdiameter 8 mm serta dilapisi nikel agar tertihat lebih mengkilap.
Sisi luar sunder terdapat cincin untuk mengikat tali sekunder, dibagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia berwarna berbentuk rumbai-rumbai yang berfungsi sebagai umpan tiruan.
Pengoperasian atat tangkap Pole and Line bisa dilakukan dekat rumpon, sementara pemancing sudah bersiap disudut kiri kanan pada haluan kapal (cara mendekati ikan harus dari sisi kiri dan kanan bukan dari arah belakang, lihat gambar 4.17).
Pada saat jarak jangkau, umpan dilemparkan yang kemudian ikan dituntun ke arah haluan kapal. Pelemparan umpan dilakukan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat mengikuti gerakkan umpan menuju haluan kapal. Jangan lupa juga mesin penyemprot sudah difungsikan agar ikan tetap berada di dekat kapal. Waktu pemancingan tidak pertu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing, karena saat joran disentuhkan ikan akan jatuh ke atas kapal dan terLepas dengan sendirinya dari mata pancing.
Berdasarkan pengalaman dan keahlian, pemancing dikelompokan ke dalam 3 (tiga) kelas pemancing. Pemancing kelas I sebagai pemancing berpengalaman ditempatkan dihaluan kapal, pemancing kelas II di samping kapal dekat dengan haluan sedangkan pemancing kelas III ke samping kapal agak jauh dari haluan. Untuk memudahkan pemancingan maka pada kapal Pole and Line dikenaL adanva "flyinq deck" atau tempat pemancingan.
Jenis-jenis ikan yang merupakan hasil tangkapan utama dari aLat tangkap Pole and Line ini diantaranya ; Ikan Tuna, Wan Cakatang dan Ikan Tongkol.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat,2008
Pole and Line
Pole and Line
Pole and Line disebut juga "huhate" merupakan alat penangkap ikan yang sangat sederhana dalam hal desainnya. Terdiri dari joran, tali dan mata pancing. Dalam pengoperasiannya alat penangkap ikan jenis ini memerlukan umpan hidup untuk dapat merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan.
Sebelum pemancingan terlebih dahulu dilakukan penyemprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan terhadap kapal atau para pemancing. Umpan hidup disesuaikan ukuran dan jenis tertentu, disimpan, dipindahkan dan dibawa dalam keadaan hidup, oleh karenanya sistem penangkapan umpan hidup dan desain kapal disesuaikan dengan tempat penyimpanan umpan hidup agar umpan hidup dapat tahan sampai waktu panggunaannya.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Pole and Line disebut juga "huhate" merupakan alat penangkap ikan yang sangat sederhana dalam hal desainnya. Terdiri dari joran, tali dan mata pancing. Dalam pengoperasiannya alat penangkap ikan jenis ini memerlukan umpan hidup untuk dapat merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan.
Sebelum pemancingan terlebih dahulu dilakukan penyemprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan terhadap kapal atau para pemancing. Umpan hidup disesuaikan ukuran dan jenis tertentu, disimpan, dipindahkan dan dibawa dalam keadaan hidup, oleh karenanya sistem penangkapan umpan hidup dan desain kapal disesuaikan dengan tempat penyimpanan umpan hidup agar umpan hidup dapat tahan sampai waktu panggunaannya.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Hand Lines
Hand Lines
Alat tangkap pancing Hand Lines merupakan alat pancing yang sangat sederhana, terdiri dari pancing, tali pancing dan umpan. Jumlah mata pancingnya satu buah bahkan lebih, bisa menggunakan umpan asli maupun buatan. Namun ukuran pancing dan besarnya tali pancing disesuaikan dengan besarnya ikan yang akan ditangkap, seperti untuk menangkap Ikan Tuna menggunakan tali monofiloment dengan diameter 1,5 - 2,5 mm dengan pancing nomor 5 - 1 dan ditambahkan timah sebagai pemberat.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Alat tangkap pancing Hand Lines merupakan alat pancing yang sangat sederhana, terdiri dari pancing, tali pancing dan umpan. Jumlah mata pancingnya satu buah bahkan lebih, bisa menggunakan umpan asli maupun buatan. Namun ukuran pancing dan besarnya tali pancing disesuaikan dengan besarnya ikan yang akan ditangkap, seperti untuk menangkap Ikan Tuna menggunakan tali monofiloment dengan diameter 1,5 - 2,5 mm dengan pancing nomor 5 - 1 dan ditambahkan timah sebagai pemberat.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Rabu, 18 Maret 2009
Kelebihan dan kelemahan Alat Tangkap Line Fishing
Line Fishing
Line Fishing, merupakan teknik penangkapan ikan dengan menggunakan pancing, dengan istilah lainnya disebut hook and line atau angling yaitu alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing. Pada teknik penangkapan ikan, ini umumnya mata pancing dipasang umpan, baik umpan asli berupa ikan, udang dan organisme lainnya maupun umpan buatan yang terbuat dari kayu, plastik dan lainnya dibentuk menyerupai ikan ataupun udang. Kedua jenis umpan tersebut berfungsi untuk menarik perhatian ikan.
Pada teknik penangkapan ikan ini, alat pancingnya terdiri dari mata pancing, tali pancing no dan umpan, biasanya juga ditambahkan dengan perlengkapan lainnya seperti joran, pelampung., , pemberat dan lain-lain. Menurut Ayodhyoa (1931) alat penangkapan ini mempunyai segi-segi positif, yaitu
1 . Alat-alat pancing tidak susah dan mudah dalam pengoperasiannya;
2. Organisasi usahanya kecil, dengan modal sedikit usaha pancing, sudah dapat berjalan;
3. Syarat-syarat fishing ground-nya relatif sedikit dan dapat dengan bebas memilih;
4. Pengaruh cuaca, suasana laut dan sebagainya relatif kecil;
5. Ikan-ikan yang ditangkap satu per satu sehingga kesegaran dapat terjamin.
Namun dari segi-segi positif di atas, teknik penangkapan ikan ini mempunyai beberapa kelemahannya, yaitu :
1. Jumlah ikan yang ditangkap relatif sedikit;
2. Umpan sangat berpengaruh terhadap jumlah kali operasi yang dapat dilakukan;
3. Keahlian sipemancing sangat menonjol walaupun tempat, waktu dan persyaratan lainnya sama, hashil tangkapnya akan berbeda beda satu sama lainnya;
4. Pancing terhadap ikan adalah pasif, pancing akan ditarik setelah ikan memakan umpannya.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2008
Line Fishing, merupakan teknik penangkapan ikan dengan menggunakan pancing, dengan istilah lainnya disebut hook and line atau angling yaitu alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing. Pada teknik penangkapan ikan, ini umumnya mata pancing dipasang umpan, baik umpan asli berupa ikan, udang dan organisme lainnya maupun umpan buatan yang terbuat dari kayu, plastik dan lainnya dibentuk menyerupai ikan ataupun udang. Kedua jenis umpan tersebut berfungsi untuk menarik perhatian ikan.
Pada teknik penangkapan ikan ini, alat pancingnya terdiri dari mata pancing, tali pancing no dan umpan, biasanya juga ditambahkan dengan perlengkapan lainnya seperti joran, pelampung., , pemberat dan lain-lain. Menurut Ayodhyoa (1931) alat penangkapan ini mempunyai segi-segi positif, yaitu
1 . Alat-alat pancing tidak susah dan mudah dalam pengoperasiannya;
2. Organisasi usahanya kecil, dengan modal sedikit usaha pancing, sudah dapat berjalan;
3. Syarat-syarat fishing ground-nya relatif sedikit dan dapat dengan bebas memilih;
4. Pengaruh cuaca, suasana laut dan sebagainya relatif kecil;
5. Ikan-ikan yang ditangkap satu per satu sehingga kesegaran dapat terjamin.
Namun dari segi-segi positif di atas, teknik penangkapan ikan ini mempunyai beberapa kelemahannya, yaitu :
1. Jumlah ikan yang ditangkap relatif sedikit;
2. Umpan sangat berpengaruh terhadap jumlah kali operasi yang dapat dilakukan;
3. Keahlian sipemancing sangat menonjol walaupun tempat, waktu dan persyaratan lainnya sama, hashil tangkapnya akan berbeda beda satu sama lainnya;
4. Pancing terhadap ikan adalah pasif, pancing akan ditarik setelah ikan memakan umpannya.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2008
Selasa, 17 Maret 2009
Penyu Raksasa Tempurung Lunak Muncul di Vietnam
Penyu Raksasa Tempurung Lunak Muncul di Vietnam
CLEVELAND, RABU - Seekor penyu raksasa Swinhoe (Rafetus swinhoei) yang sudah di ambang punah muncul ke permukaan sebuah danau di Vietnam. Tidak hanya ukurannya yang besar, penyu tersebut dikenal unik dengan tempurung lunak.
Penyu langka tersebut ditemukan di sebuah danau di utara Vietnam yang berada di barat Hanoi. Nguyen Xuan Thuan, seorang biolog dari organisasi lingkungan Education for Nature, Vietnam berhasil mengambil foto seekor penyu raksasa yang sedang berenang di permukaan danau.
¨Ini penemuan yang sangat penting karena penyu Swinhoe adalah salah satu spesies paling terancam punah di dunia,¨ujar Doug Hendrie, koordinator Program Kura-kura Asia dari Kebun BInatang Metroparks Cleveland, AS. Penyu tempurung lunak Swinhoe selama ini sudah tidak pernah ditemukan lagi di alam dan hanya tersisa tiga ekor dalam pemeliharaan, dua ekor di sebuah kebun binatang China dan seekor dipelihara di Danau Hoan Kiem di pusat Kota Hanoi.
Penyu Swinhoe juga dikenla dengan nama penyu tempurung lunak Shanghai atau penyu tempurung lunak Yangtze. Hewan ini dapat tumbuh hingga seberat 150 kilogram, panjang 1 meter, dan hidup hingga 100 tahun. Dalam catatan sejarah, penyu tersebut pernah hidup di sepanjang aliran Sungai Merah di utara Vietnam hingga perairan China, baik di utara, selatan dan Sungai Yangtze di timur.
Penyu raksasa memang simbol legenda di Vietnam. Konon, dahulu kala ada sekor penyu raksasa berwarna emas dari Danau Hoen Kim yang berarti Pedang yang memberikan senjata kepada Kaisar Le Loi yang berhasil mencegah invasi China pada abad ke-15.
Danau di luar Hanoi tempat munculnya penyu tersebut selama ini juga dikeramatkan dan dipercayai sebagai tempat tinggal makhluk mistik berwujud penyu tersebut. Beberapa penduduk desa di barat Hanoi punya kepercayaan bahwa mereka akan mendapat keberuntungan jika melihat tempurung di punggung hewan tersebut menyembul di permukaan air.(SCIECEDAILY/WAH)
sumber : kompas.com
CLEVELAND, RABU - Seekor penyu raksasa Swinhoe (Rafetus swinhoei) yang sudah di ambang punah muncul ke permukaan sebuah danau di Vietnam. Tidak hanya ukurannya yang besar, penyu tersebut dikenal unik dengan tempurung lunak.
Penyu langka tersebut ditemukan di sebuah danau di utara Vietnam yang berada di barat Hanoi. Nguyen Xuan Thuan, seorang biolog dari organisasi lingkungan Education for Nature, Vietnam berhasil mengambil foto seekor penyu raksasa yang sedang berenang di permukaan danau.
¨Ini penemuan yang sangat penting karena penyu Swinhoe adalah salah satu spesies paling terancam punah di dunia,¨ujar Doug Hendrie, koordinator Program Kura-kura Asia dari Kebun BInatang Metroparks Cleveland, AS. Penyu tempurung lunak Swinhoe selama ini sudah tidak pernah ditemukan lagi di alam dan hanya tersisa tiga ekor dalam pemeliharaan, dua ekor di sebuah kebun binatang China dan seekor dipelihara di Danau Hoan Kiem di pusat Kota Hanoi.
Penyu Swinhoe juga dikenla dengan nama penyu tempurung lunak Shanghai atau penyu tempurung lunak Yangtze. Hewan ini dapat tumbuh hingga seberat 150 kilogram, panjang 1 meter, dan hidup hingga 100 tahun. Dalam catatan sejarah, penyu tersebut pernah hidup di sepanjang aliran Sungai Merah di utara Vietnam hingga perairan China, baik di utara, selatan dan Sungai Yangtze di timur.
Penyu raksasa memang simbol legenda di Vietnam. Konon, dahulu kala ada sekor penyu raksasa berwarna emas dari Danau Hoen Kim yang berarti Pedang yang memberikan senjata kepada Kaisar Le Loi yang berhasil mencegah invasi China pada abad ke-15.
Danau di luar Hanoi tempat munculnya penyu tersebut selama ini juga dikeramatkan dan dipercayai sebagai tempat tinggal makhluk mistik berwujud penyu tersebut. Beberapa penduduk desa di barat Hanoi punya kepercayaan bahwa mereka akan mendapat keberuntungan jika melihat tempurung di punggung hewan tersebut menyembul di permukaan air.(SCIECEDAILY/WAH)
sumber : kompas.com
Minggu, 15 Maret 2009
Jenis - jenis Trap Perangkap) Ikan
Trap (Perangkap)
Trap atau perangkap merupakan alat penangkap ikan yang dipasang secara tetap di dalam air dengan jangka waktu tertentu untuk mempermudah masuknya ikan dan mempersulit keluarnya. Biasanya Trap atau perangkap ini dibuat dari bahan-bahan alami seperti; bambu, kayu atau juga bahan buatan lainnya seperti jaring.
Untuk pengoperasian beberapa jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam jenis Trap, ada yang dioperasikan dipermukaan air yang biasa digunakan untuk menangkap ikan terbang, namun kebanyakan dioperasikan di dalam dasar perairan yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal.
Jenis - jenis Trap
Beberapa jenis Trap yang banyak digunakan dalam penangkap ikan diantaranya :
Bubu Dasar
Bubu dasar dapat terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman rotan (rattan netting) dan anyaman kawat (wire netting) dengan derican berbagai macam bentuk (Gambar 4.9). Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau tanpa umpan.
Bubu Hanyut
Bubu hanyut pada prinsipnya hampir sama dengan bubu dasar, namun dikhususkan untuk menangkap ikan terbang (flaying fish) serta pada bagian luar bubu dipasangkan untaian daun ketapa. Pantai Barat Sulawesi Setatan, bubu hanyut digunakan juga untuk mengumpulkan tetur dari ikan terbang. Dalam bahasa lokat disebut "patorani" dimana atat ini clioperasikannya pada saat musim timur, yaitu musim pemijahan dari ikan terbang di Laut Flores, sehingga bubu hanyut ini dalam pengoperasiannya hanya digunakan pada saat musim-musim tertentu Baja.
sero
Sero (guilding barrier) merupakan saLah satu atat penangkapan
ikan yang dipasang secara tetap di dalam air, biasanya terdiri dari susunan pagan-pagan yang berfungsi menuntun ikan agar masuk ke daLam perangkap. Terbuat dari kayu, atau bambu.
Jermat
Jermat adatah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen menantang/ berlawanlan dengan arus (biasanya arus pasang surut) digunakan untuk
memanfaatkan ikan-ikan yang mengikuti arus. Jermat merupakan atat penangkap ikan yang sangat sederhana, dimana pemasangannya ditempatkan pada daerah-daerah berarus yang banyak terdapat ikannya.
Set Net
Set Net hampir sama dengan Sero dilihat dari segi prinsip penangkapannya. namun Set Net lebih modern dibandingkan dengan Sero dan daerah penangkapannya pun tidak hanya di daerah pinggir pantai bahkan dapat lebih jauh dari pinggir pantai. Jaringnya merupakan suatu bangunan yang diletakan di dalam air . Alat tangkap jenis ini sangat berkembang baik di Jepang.
Set Net digunakan untuk memanfaatkan ikan-ikan yang senang bermigrasi ke daerah pantai dimana jalan yang dilalui ikan tersebut dihadang oleh lead net, akibatnya ikan akan menuju jaring.
Set Net dapat dibedakan dari ukurannya, Set Net yang berukuran sedang disebut "hisago-cmi", yang berukuran besar disebut "otoshi-cmi" dan yang berukuran besar namun lebih lengkap disebut dengan "masu-ami".
Set Net hampir sama dengan Sero dilihat dari segi prinsip penangkapannya. namun Set Net lebih modern dibandingkan dengan Sero dan daerah penangkapannya pun tidak hanya di daerah pinggir pantai bahkan dapat lebih jauh dari pinggir pantai. Jaringnya merupakan suatu bangunan yang diletakan di dalam air . Alat tangkap jenis ini sangat berkembang baik di Jepang.
Set Net digunakan untuk memanfaatkan ikan-ikan yang senang bermigrasi ke daerah pantai dimana jalan yang dilalui ikan tersebut dihadang oleh lead net, akibatnya ikan akan menuju jaring.
Set Net dapat dibedakan dari ukurannya, Set Net yang berukuran sedang disebut "hisago-cmi", yang berukuran besar disebut "otoshi-cmi" dan yang berukuran besar namun lebih lengkap disebut dengan "masu-ami".
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar 2008
Kamis, 12 Maret 2009
Fry Counter Cacah benih Cepat dan Akurat
Fry Counter
Tingkat kecepatan hitungnya mencapai 8 ekor benih/det.
Beratya pun hanya 4 kg, mudah dibawa-bawa
bagi sebagian besar pembenih, ternyata tak mudah untuk menghitung pesanan benih ikan atau udang yang jumlahnya mencapai ratusan ribu ekor dengan cepat dan akurat. Apalagi jika proses penghitungannya masih dilakukan secara konvensional, yaitu dengan cara menyendok benih menggunakan alat penyendok sederhana (serupa gayung). Sebelumnya, para pembenih telah memperkirakan jumlah benih yang bakal tersendok alat tersebut, dengan cara melakukan beberapa kali pengambilan sample. Selanjutnya, penentuan hasil hitungan hanya dilakukan dengan cara mengalikan jumlah benih dalam tiap sendokan dengan banyaknya sendokan yang dilakukan.
sehingga tak heran, jika tingkat keakuratan dari proses penghitungan ini menjadi sangat rendah dan waktu yang dibutuhkan pun menjadi relatif lebih lama. Selain itu, penghitungan benih
dengan menggunakan metode konvensional ini juga rawan membuat benih ikan dan udang
stres, karena proses perhitungan biasanya dilakukan dengan cara yang kasar. Dampak akhirnya, kualitas benih yang sampai ke pembudidaya pun menjadi menurun. Padahal, kualitas, benih mempunyai peran yang sangat besar bagi keberhasilan sebuah usaha perikanan budidaya.
Dengan latarbelakang tersebut, Prof Indra Jaya, dosen Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (FPIK - IPB), menciptakan sebuah alat
pencacah (penghitung) benih yang dinamai dengan "Fry Counter. "Alat ini diciptakan untuk mempermudah para pembenih ikan dalam menghitung benih-benih yang dipesan oleh pembudidaya, sehingga prosesnya dapat lebih cepat dan hasilnya akurat," ujar Indra yang juga menjabat sebagai Dekan FPIK - IPB.
Lebih Cepat dan Akurat
Dia berkisah, proses penciptaan alat pencacah benih berawal dari pengamatannya pada salah seorang pembenih ikan patin yang sedang menghitung benih pesanan pembudidaya. "Saya memperhatikan mereka (pembenih-red) menghitung dengar menggunakan cara manual. Mereka hanya mengambil sample saja. Jumlah benihnya pun hanya diperkirakan, sehingga hasilnya sanga tjauh dari akurat," tutur Indra.
Karena itu, dia menyarankan pembenih beralih menggunakan alat pencacah benih fry counter, agar dapat menghitung benih-benih yang akan dipasarkan dengan lebih cepat dan hasil yang lebih akurat. "Kecepatan hitungan fry counter dapat mencapai 8 ekor benih/detik," sebut Indra. Artinya, dalam waktu satu jam, mesin ini dapat menghitung benih ikan sampai 28.800 ekor, jauh lebih cepat ketimbang menggunakan teknik penghitungan konvensional yang, dilakukan oleh satu orang tenaga kerja. Dia pun menjamin mesin hasil kreasinya memiliki tingkat keakuratan yang sangat tinggi. "Tingkat kemungkinan kesalahan di bawah 5%."
Hal tersebut bisa terjadi karena
proses perhitungan benih dilakukan dengan menggunakan teknologi elektronika modern. Yaitu, dengan menggunakan bantuan sensor optik optointerruptor. Fry coonterjuga dilengkap dengan microcontrofer yang berfungsi mengendalikan seluruh proses kerja dari alat ini, sehingga kesalahan perhitungan dapat ditekan.
Mudah Dioperasikan
Prinsip kerja fry counter pun sangat sederhana. Mesin pencacah yang mirip timbangan ini dilengkapi dengan wadah penampung benih, yang berfungsi sebagai inlet benih ikan. Sebelum benih dimasukkan, wadah penampungan harus terlebih dahulu dialiri dengan debit air yang sesuai. Tujuannya agar tidak menimbulkan gelembung udara pada selang cacahan yang menuju ke sensor.
"Kalau sampan ada gelembung, sensor juga akan mendeteksi dan menghitungnya. Disinilah kemungkina adanya kesalahan perhitungan terjadi," terang Indra.
Dengan adanya aliran air, benih-benih ikan yang akan dihitung akan masuk ke dalam mesin menuju selang pencacah dengan trek yang berbeda-beda. "Ada 8 trek yang ada di dalam mesin. Masing masing trek dilengkapi dengan alat sensor optointerruptor. Setelah melewati sensor, benih ikan akan otomatis tercacah dan angkanya akan tampil pada display yang telah disediakan. Setiap ada benih ikan yang tercacah, angka di display akan terus bertambah," rinci Indra menjelaskan.
Setelah itu. ikan akan keluar melalui lubang outlet dan pembenih hanya tinggal memperhatikan angka yang tertera di display. Angka maksimal yang dapat tertera pada display adalah 99999 ekor untuk sekali proses perhitungan. "Untuk memulainya kembali pada angka 00000
juga hanya 4 kg." Karena berbagai kelebihan yang ada di dalamnya, fry counter masuk dalam 100 katagori inovasi paling prospek di tahun ini.
Hanya Butuh listrik 50 - 60 Watt
Untuk mengoperasikan fry counter, para pembenih hanya cukup menyediakan tenaga listrik yang relatif rendah, yaitu sebesar 50 - 60 watt saja. Sehingga, biaya yang dikeluarkan oleh pembenih untuk operasional alat pencacah benih ini relatif sangat ringan, apalagi jika dibandingkan para
pembenih cukup menekan tombol reset."
Indra menambahkan. fry counter yang diciptakannya mampu menghitung berbagai jenis benih ikan, termasuk benih udang. "Tinggal menyesuaikan diameter benih ikan yang akan dihitung dengan jarak antar sensornya (treknya-red). Sensor dalam alat ini dibuat berdasarkan sistem modul, jadi tinggal mengganti modul sensor yang ada di dalam box sensor." ujarnya.
Sedangkan untuk memungkinkan penggunanya memantau kinerja fry counter, alat ini juga dilengkapi dengan buzzer indicator yang berfungsi untuk memeriksa kinerja alat, terutanna jika ada bagian yang tidak berfungsi dengan baik. Kelebihan lain, fry counter ini juga relatif ringan, sehingga mudah dipindahpindahkan. "Alat ini bersifat portable. mudah dibawa kemana-mana.
Beratnya juga hanya 4 kg." Karena berbagai kelebihan yang ada di dalamnya, fry counter masuk dalam 100 katagori inovasi paling prospek di tahun ini.
Hanya Butuh Ustrik 50 - 60 Watt
Untuk mengoperasikan fry counter, para pembenih hanya cukup menyediakan tenaga listrik yang relatif rendah, yaitu sebesar 50 - 60 watt saja. Sehingga, biaya yang dikeluarkan oleh pembenih untuk operasional alat pencacah benih ini relatif sangat ringan, apalagi jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pembenih untuk mengupah tenaga kerja sebagai penghitung benih.
Selain dengan menggunakan
tenaga listrik PLN, fry counter juga telah disipakan untuk dapat digerakkan dengan menggunakan tenaga accu (baca: aki) 12 volt. Tak hanya itu, fry counter juga dapat 'dibangkitkan' dengan menggunakan tenaga baterai Ni-Cad 12 volt.
Sedangkan mengenai harga alat tersebut, Indra mengaku pihaknya
belum menghitung secara rinci berapa biaya pembuatannya, karena memang belum dipasarkan secara komersial. "Kemungkinan sekitar Rp 1 - 2 jutaan. Melihat manfaatnya, menurut saya
ini harga yang cukup mudah," Indra berargumen. Murahnya harga alat pencacah benih tersebut tak lepas dari semakin murahnya harga komponen komponen elektronik pendukung yang ada di dalamnya.
sumber : TROBOS 2008
Tingkat kecepatan hitungnya mencapai 8 ekor benih/det.
Beratya pun hanya 4 kg, mudah dibawa-bawa
bagi sebagian besar pembenih, ternyata tak mudah untuk menghitung pesanan benih ikan atau udang yang jumlahnya mencapai ratusan ribu ekor dengan cepat dan akurat. Apalagi jika proses penghitungannya masih dilakukan secara konvensional, yaitu dengan cara menyendok benih menggunakan alat penyendok sederhana (serupa gayung). Sebelumnya, para pembenih telah memperkirakan jumlah benih yang bakal tersendok alat tersebut, dengan cara melakukan beberapa kali pengambilan sample. Selanjutnya, penentuan hasil hitungan hanya dilakukan dengan cara mengalikan jumlah benih dalam tiap sendokan dengan banyaknya sendokan yang dilakukan.
sehingga tak heran, jika tingkat keakuratan dari proses penghitungan ini menjadi sangat rendah dan waktu yang dibutuhkan pun menjadi relatif lebih lama. Selain itu, penghitungan benih
dengan menggunakan metode konvensional ini juga rawan membuat benih ikan dan udang
stres, karena proses perhitungan biasanya dilakukan dengan cara yang kasar. Dampak akhirnya, kualitas benih yang sampai ke pembudidaya pun menjadi menurun. Padahal, kualitas, benih mempunyai peran yang sangat besar bagi keberhasilan sebuah usaha perikanan budidaya.
Dengan latarbelakang tersebut, Prof Indra Jaya, dosen Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (FPIK - IPB), menciptakan sebuah alat
pencacah (penghitung) benih yang dinamai dengan "Fry Counter. "Alat ini diciptakan untuk mempermudah para pembenih ikan dalam menghitung benih-benih yang dipesan oleh pembudidaya, sehingga prosesnya dapat lebih cepat dan hasilnya akurat," ujar Indra yang juga menjabat sebagai Dekan FPIK - IPB.
Lebih Cepat dan Akurat
Dia berkisah, proses penciptaan alat pencacah benih berawal dari pengamatannya pada salah seorang pembenih ikan patin yang sedang menghitung benih pesanan pembudidaya. "Saya memperhatikan mereka (pembenih-red) menghitung dengar menggunakan cara manual. Mereka hanya mengambil sample saja. Jumlah benihnya pun hanya diperkirakan, sehingga hasilnya sanga tjauh dari akurat," tutur Indra.
Karena itu, dia menyarankan pembenih beralih menggunakan alat pencacah benih fry counter, agar dapat menghitung benih-benih yang akan dipasarkan dengan lebih cepat dan hasil yang lebih akurat. "Kecepatan hitungan fry counter dapat mencapai 8 ekor benih/detik," sebut Indra. Artinya, dalam waktu satu jam, mesin ini dapat menghitung benih ikan sampai 28.800 ekor, jauh lebih cepat ketimbang menggunakan teknik penghitungan konvensional yang, dilakukan oleh satu orang tenaga kerja. Dia pun menjamin mesin hasil kreasinya memiliki tingkat keakuratan yang sangat tinggi. "Tingkat kemungkinan kesalahan di bawah 5%."
Hal tersebut bisa terjadi karena
proses perhitungan benih dilakukan dengan menggunakan teknologi elektronika modern. Yaitu, dengan menggunakan bantuan sensor optik optointerruptor. Fry coonterjuga dilengkap dengan microcontrofer yang berfungsi mengendalikan seluruh proses kerja dari alat ini, sehingga kesalahan perhitungan dapat ditekan.
Mudah Dioperasikan
Prinsip kerja fry counter pun sangat sederhana. Mesin pencacah yang mirip timbangan ini dilengkapi dengan wadah penampung benih, yang berfungsi sebagai inlet benih ikan. Sebelum benih dimasukkan, wadah penampungan harus terlebih dahulu dialiri dengan debit air yang sesuai. Tujuannya agar tidak menimbulkan gelembung udara pada selang cacahan yang menuju ke sensor.
"Kalau sampan ada gelembung, sensor juga akan mendeteksi dan menghitungnya. Disinilah kemungkina adanya kesalahan perhitungan terjadi," terang Indra.
Dengan adanya aliran air, benih-benih ikan yang akan dihitung akan masuk ke dalam mesin menuju selang pencacah dengan trek yang berbeda-beda. "Ada 8 trek yang ada di dalam mesin. Masing masing trek dilengkapi dengan alat sensor optointerruptor. Setelah melewati sensor, benih ikan akan otomatis tercacah dan angkanya akan tampil pada display yang telah disediakan. Setiap ada benih ikan yang tercacah, angka di display akan terus bertambah," rinci Indra menjelaskan.
Setelah itu. ikan akan keluar melalui lubang outlet dan pembenih hanya tinggal memperhatikan angka yang tertera di display. Angka maksimal yang dapat tertera pada display adalah 99999 ekor untuk sekali proses perhitungan. "Untuk memulainya kembali pada angka 00000
juga hanya 4 kg." Karena berbagai kelebihan yang ada di dalamnya, fry counter masuk dalam 100 katagori inovasi paling prospek di tahun ini.
Hanya Butuh listrik 50 - 60 Watt
Untuk mengoperasikan fry counter, para pembenih hanya cukup menyediakan tenaga listrik yang relatif rendah, yaitu sebesar 50 - 60 watt saja. Sehingga, biaya yang dikeluarkan oleh pembenih untuk operasional alat pencacah benih ini relatif sangat ringan, apalagi jika dibandingkan para
pembenih cukup menekan tombol reset."
Indra menambahkan. fry counter yang diciptakannya mampu menghitung berbagai jenis benih ikan, termasuk benih udang. "Tinggal menyesuaikan diameter benih ikan yang akan dihitung dengan jarak antar sensornya (treknya-red). Sensor dalam alat ini dibuat berdasarkan sistem modul, jadi tinggal mengganti modul sensor yang ada di dalam box sensor." ujarnya.
Sedangkan untuk memungkinkan penggunanya memantau kinerja fry counter, alat ini juga dilengkapi dengan buzzer indicator yang berfungsi untuk memeriksa kinerja alat, terutanna jika ada bagian yang tidak berfungsi dengan baik. Kelebihan lain, fry counter ini juga relatif ringan, sehingga mudah dipindahpindahkan. "Alat ini bersifat portable. mudah dibawa kemana-mana.
Beratnya juga hanya 4 kg." Karena berbagai kelebihan yang ada di dalamnya, fry counter masuk dalam 100 katagori inovasi paling prospek di tahun ini.
Hanya Butuh Ustrik 50 - 60 Watt
Untuk mengoperasikan fry counter, para pembenih hanya cukup menyediakan tenaga listrik yang relatif rendah, yaitu sebesar 50 - 60 watt saja. Sehingga, biaya yang dikeluarkan oleh pembenih untuk operasional alat pencacah benih ini relatif sangat ringan, apalagi jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pembenih untuk mengupah tenaga kerja sebagai penghitung benih.
Selain dengan menggunakan
tenaga listrik PLN, fry counter juga telah disipakan untuk dapat digerakkan dengan menggunakan tenaga accu (baca: aki) 12 volt. Tak hanya itu, fry counter juga dapat 'dibangkitkan' dengan menggunakan tenaga baterai Ni-Cad 12 volt.
Sedangkan mengenai harga alat tersebut, Indra mengaku pihaknya
belum menghitung secara rinci berapa biaya pembuatannya, karena memang belum dipasarkan secara komersial. "Kemungkinan sekitar Rp 1 - 2 jutaan. Melihat manfaatnya, menurut saya
ini harga yang cukup mudah," Indra berargumen. Murahnya harga alat pencacah benih tersebut tak lepas dari semakin murahnya harga komponen komponen elektronik pendukung yang ada di dalamnya.
sumber : TROBOS 2008
tehnik pengoperasian trawl
tehnik pengoperasian trawl
Dalam kecepatan dan waktu penarikan jaring, jaring dapat ditarik secara cepat namun perlu diperhatikan juga beberapa kendala seperti ; terbukanya mulut jaring, apakah posisi jaring sesuai dengan yang, diinginkan, berapa kekuatan kapal untuk menarik dan ketahanan jaring di dalam air.
Pada umumya kecepatan yang digunakan untuk menarik jaring antara 3 - 4 knot, namun kecepatan ini juga berhubungan dengan kecepatan renang ikan, keadaan dasar laut, arus, angin dan gelombang. Dengan memperhatikan ketentuan di atas maka kecepatan tarik bisa ditentukan.
Lama waktu yang diperlukan untuk penarikan suatu jaring ditentukan oleh banyak sedikitnya ikan. yang diduga akan tertangkap, pekerjaan didek, jam kerja crew dan lain sebagainya.
Pada umumnya waktu penarikan yang diperlukan sekitar 3 - 4 jam, bahkan jika semuanya memungkinkan bisa juga hanya memerLukan juga waktu 1 - 2 jam saja.
sumber dinas Perikanan Prop.Jabar 2008
Dalam kecepatan dan waktu penarikan jaring, jaring dapat ditarik secara cepat namun perlu diperhatikan juga beberapa kendala seperti ; terbukanya mulut jaring, apakah posisi jaring sesuai dengan yang, diinginkan, berapa kekuatan kapal untuk menarik dan ketahanan jaring di dalam air.
Pada umumya kecepatan yang digunakan untuk menarik jaring antara 3 - 4 knot, namun kecepatan ini juga berhubungan dengan kecepatan renang ikan, keadaan dasar laut, arus, angin dan gelombang. Dengan memperhatikan ketentuan di atas maka kecepatan tarik bisa ditentukan.
Lama waktu yang diperlukan untuk penarikan suatu jaring ditentukan oleh banyak sedikitnya ikan. yang diduga akan tertangkap, pekerjaan didek, jam kerja crew dan lain sebagainya.
Pada umumnya waktu penarikan yang diperlukan sekitar 3 - 4 jam, bahkan jika semuanya memungkinkan bisa juga hanya memerLukan juga waktu 1 - 2 jam saja.
sumber dinas Perikanan Prop.Jabar 2008
PerlengkapanTrawl
PerlengkapanTrawl
Pada umumnya kapal Trawl terbuat dari steel dan "main engine" dilengkapi yang digerakan oleh diesel atau steam. Kapat dilengkapi dengan Trawl Winch sebagai tenaga penggerak dan ada juga yang menggunakan Steam Engine serta ada pula yang menggunakan motor.
Ukuran jaring yang digunakan berbeda-beda dan untuk
menyatakan ukuran jaring biasanya digunakan satuan feet atau meter, misalnya jaring 120 feet, berarti panjang boat rope adalah 120 feet.
Pada umumnya kapal Trawl terbuat dari steel dan "main engine" dilengkapi yang digerakan oleh diesel atau steam. Kapat dilengkapi dengan Trawl Winch sebagai tenaga penggerak dan ada juga yang menggunakan Steam Engine serta ada pula yang menggunakan motor.
Ukuran jaring yang digunakan berbeda-beda dan untuk
menyatakan ukuran jaring biasanya digunakan satuan feet atau meter, misalnya jaring 120 feet, berarti panjang boat rope adalah 120 feet.
Rabu, 11 Maret 2009
Jenis-.jenis Trawl Berdasarkan Jumlah Kapal dan Alat Untuk Membuka Mulut Jaring
Jenis-.jenis Trawl Berdasarkan Jumlah Kapal
Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan untuk menarik Trawl, maka Trawl dapat dibagi atas :
1. One Boat Trawl, yaitu Trawl yang ditarik dengan sebuah kapal;
2. Two Boat Trawl, yaitu Trawl yang ditarik oleh dua buah kapal.
Jenis - jenis Trawl Berdasarkan Alat Untuk Membuka Mulut Jaring
Jenis - jenis Trawl berdasarkan alat untuk membuka mutut jaring, dikenal juga:
1. Bean Trawl, yaitu Trawl yang menggunakan bean (bentangan).
2. Otter Trawl, yaitu Trawl yang menggunakan otter board
untuk membuka mulut jaring.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2008
Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan untuk menarik Trawl, maka Trawl dapat dibagi atas :
1. One Boat Trawl, yaitu Trawl yang ditarik dengan sebuah kapal;
2. Two Boat Trawl, yaitu Trawl yang ditarik oleh dua buah kapal.
Jenis - jenis Trawl Berdasarkan Alat Untuk Membuka Mulut Jaring
Jenis - jenis Trawl berdasarkan alat untuk membuka mutut jaring, dikenal juga:
1. Bean Trawl, yaitu Trawl yang menggunakan bean (bentangan).
2. Otter Trawl, yaitu Trawl yang menggunakan otter board
untuk membuka mulut jaring.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2008
Selasa, 10 Maret 2009
Type - Type Trawl
Type - Type Trawl
Ayodhyua in 1981 to distinguish the types of location-based Trawl nets in the water to be three (3) types, namely:
1. Surface Trawl (The net is operated in the surface water).
Drawn close to the net surface water (Surface Water), which aims to attract the fish in the water. There are several problems in operation, the net interest rate must be faster than the speed of swimming fish, so Trawl this type should be used to catch fish that swim slowly.
2. Water Trawl Mid (toils which operated between the base and surface waters).
Drawn on the depth of the net with a certain speed horizontally. To keep the net mouth open, then the boat speed must be stable. In Europe and Canada this tool is used to catch fish while Herring in Japan is still in the stage of research and experiment.
3. Bottom Trawl (nets operated in the primary).
The net is widely used because it can encompass all types of fish, shrimp and shellfish. In fact, demersal fish are often caught in the net to lift it up. Because the net is operated in the primary link, then pertu be catching some of the terms that work well without damaging the net, including:
• Basic Lumpur consists of sea and sand or a mixture of both, not the form of coral;
• Basic seas of dead ships or objects that may damage the nets;
• Differences in sea floor is not too flashy;
• tidal current speed is not too large;
• The state of calm weather (no hurricanes and large waves);
• The source has a lot of fish.
Source: West Java Provincial Fisheries Office, 2008
Ayodhyua in 1981 to distinguish the types of location-based Trawl nets in the water to be three (3) types, namely:
1. Surface Trawl (The net is operated in the surface water).
Drawn close to the net surface water (Surface Water), which aims to attract the fish in the water. There are several problems in operation, the net interest rate must be faster than the speed of swimming fish, so Trawl this type should be used to catch fish that swim slowly.
2. Water Trawl Mid (toils which operated between the base and surface waters).
Drawn on the depth of the net with a certain speed horizontally. To keep the net mouth open, then the boat speed must be stable. In Europe and Canada this tool is used to catch fish while Herring in Japan is still in the stage of research and experiment.
3. Bottom Trawl (nets operated in the primary).
The net is widely used because it can encompass all types of fish, shrimp and shellfish. In fact, demersal fish are often caught in the net to lift it up. Because the net is operated in the primary link, then pertu be catching some of the terms that work well without damaging the net, including:
• Basic Lumpur consists of sea and sand or a mixture of both, not the form of coral;
• Basic seas of dead ships or objects that may damage the nets;
• Differences in sea floor is not too flashy;
• tidal current speed is not too large;
• The state of calm weather (no hurricanes and large waves);
• The source has a lot of fish.
Source: West Java Provincial Fisheries Office, 2008
Jenis- jenis Trawl Berdasarkan Pengoperasiannya
Jenis- jenis Trawl Berdasarkan Pengoperasiannya
Dilihat dari cara pengoperasiannya, Trawl dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Side Trawl Pada waktu pengoperasiannya ditarik pada sisi kapal;
2. Stern Trawl Trawl Trawl yang ditarik pada bagian belakang kapal;
3.. Double Rig Trawl Trawl yang ditarik melalui dua rigger yang dipasang pada kedua lambung kapal.
Beberapa perbedaan cara pengoperasian Trawl dilihat dari segi operasinya, antara lain :
1. Stern Trawl tidak banyak dipengaruhi oleh angin dan gelombang. dapat melepas jaring tanpa memutar kapal karena jaring tidak terpengaruh oleh angin dan gelombang;
2, Pada Stern Trawl Warp berada lurus pada garis haluan buritan,
sehingga tenaga Trawl akan menghasilkan daya guna yang maksimal, sedang pada Side Trawl ditarik melalui beberapa roller, yang berakibat sebagian tenaga akan hilang beralih pada roller tersebut.
3. Pada Stern Trawl, akibat dari Screw Current, jaring akan segera hanyut. Demikian juga otter board, segera setelah dilepas akan terus membuka. Pada Side Trawl, tenaga Current tidak bermanfaat bagi pembukaan jaring.
sumber : Dinas perikanan propinsi jabar, 2008
Dilihat dari cara pengoperasiannya, Trawl dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Side Trawl Pada waktu pengoperasiannya ditarik pada sisi kapal;
2. Stern Trawl Trawl Trawl yang ditarik pada bagian belakang kapal;
3.. Double Rig Trawl Trawl yang ditarik melalui dua rigger yang dipasang pada kedua lambung kapal.
Beberapa perbedaan cara pengoperasian Trawl dilihat dari segi operasinya, antara lain :
1. Stern Trawl tidak banyak dipengaruhi oleh angin dan gelombang. dapat melepas jaring tanpa memutar kapal karena jaring tidak terpengaruh oleh angin dan gelombang;
2, Pada Stern Trawl Warp berada lurus pada garis haluan buritan,
sehingga tenaga Trawl akan menghasilkan daya guna yang maksimal, sedang pada Side Trawl ditarik melalui beberapa roller, yang berakibat sebagian tenaga akan hilang beralih pada roller tersebut.
3. Pada Stern Trawl, akibat dari Screw Current, jaring akan segera hanyut. Demikian juga otter board, segera setelah dilepas akan terus membuka. Pada Side Trawl, tenaga Current tidak bermanfaat bagi pembukaan jaring.
sumber : Dinas perikanan propinsi jabar, 2008
Minggu, 08 Maret 2009
Jenis - Jenis Trawl
Jenis - Jenis Trawl
Ayodhyua pada tahun 1981 membedakan jenis-jenis Trawl berdasarkan letak jaring dalam air menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Surface Trawl (Jaring yang dioperasikan dipermukaan air).
Jaring ditarik dekat permukaan air (Surface Water) yang bertujuan untuk menarik ikan dipermukaan air. Ada beberapa kendala dalam pengoperasiannya, kecepatan menarik jaring harus lebih cepat dari kecepatan ikan berenang, oleh karena itu jenis Trawl ini sebaiknya digunakan untuk menangkap jenis ikan yang lambat berenangnya.
2. Mid Water Trawl (jaring yang dioperasikan diantara permukaan dan dasar perairan).
Jaring ditarik pada kedalaman tertentu dengan kecepatan tertentu secara horizontal. Untuk menjaga mulut jaring tetap terbuka, maka kecepatan kapal harus stabil. Di Eropa dan Kanada alat ini digunakan untuk menangkap ikan Herring sedangkan di Jepang masih dalarn taraf penetitian dan percobaan.
3. Bottom Trawl (jaring yang dioperasikan didasar perairan).
Jaring ini banyak digunakan karena dapat menjaring semua jenis ikan, udang dan kerang. Pada kenyataannya sering tertangkap ikan Demersal waktu jaring di angkat ke atas. Karena jaring dioperasikan di dasar taut, maka pertu diperhatikan beberapa persyaratan agar penangkapan berjalan baik tanpa merusak jaring , diantaranya :
• Dasar laut terdiri dari Lumpur dan pasir atau campuran keduanya, bukan berupa karang;
• Dasar laut bebas dari bangkai kapal atau benda lain yang dapat merusak jaring;
• Perbedaan dasar laut tidak terlalu menyolok;
• Kecepatan arus pasang tidak terlalu besar;
• Keadaan cuaca tenang (tidak ada angin topan dan gelombang besar);
• Perairan mempunyai sumber ikan yang banyak.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar , 2008
Ayodhyua pada tahun 1981 membedakan jenis-jenis Trawl berdasarkan letak jaring dalam air menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Surface Trawl (Jaring yang dioperasikan dipermukaan air).
Jaring ditarik dekat permukaan air (Surface Water) yang bertujuan untuk menarik ikan dipermukaan air. Ada beberapa kendala dalam pengoperasiannya, kecepatan menarik jaring harus lebih cepat dari kecepatan ikan berenang, oleh karena itu jenis Trawl ini sebaiknya digunakan untuk menangkap jenis ikan yang lambat berenangnya.
2. Mid Water Trawl (jaring yang dioperasikan diantara permukaan dan dasar perairan).
Jaring ditarik pada kedalaman tertentu dengan kecepatan tertentu secara horizontal. Untuk menjaga mulut jaring tetap terbuka, maka kecepatan kapal harus stabil. Di Eropa dan Kanada alat ini digunakan untuk menangkap ikan Herring sedangkan di Jepang masih dalarn taraf penetitian dan percobaan.
3. Bottom Trawl (jaring yang dioperasikan didasar perairan).
Jaring ini banyak digunakan karena dapat menjaring semua jenis ikan, udang dan kerang. Pada kenyataannya sering tertangkap ikan Demersal waktu jaring di angkat ke atas. Karena jaring dioperasikan di dasar taut, maka pertu diperhatikan beberapa persyaratan agar penangkapan berjalan baik tanpa merusak jaring , diantaranya :
• Dasar laut terdiri dari Lumpur dan pasir atau campuran keduanya, bukan berupa karang;
• Dasar laut bebas dari bangkai kapal atau benda lain yang dapat merusak jaring;
• Perbedaan dasar laut tidak terlalu menyolok;
• Kecepatan arus pasang tidak terlalu besar;
• Keadaan cuaca tenang (tidak ada angin topan dan gelombang besar);
• Perairan mempunyai sumber ikan yang banyak.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar , 2008
Sabtu, 07 Maret 2009
PENYAKIT PADA BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR
PENYAKIT PADA BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR Oleh : S Huda
Betapa terkejutnya dan hampir stress salah seorang pembudidaya ikan hias di Kota Tangerang ketika mendapatkan ikannya yang terdapat pada empat kolamnya dalam keadaan mati dan sekarat. Tidak ada yang diselamatkan karena hanya sedikit saja yang masih kelihatan sehat dan akhirnya semua dibuang dan dimusnahkan. Bila dihitung kerugiannya cukup besar sampai jutaan rupiah dan rugi waktu. Tetapi hal tersebut merupakan hal yang wajar bagi para pembudidaya ikan air tawar baik ikan konsumsi ataupun ikan hias.
Kegiatan budidaya ikan air tawar baik jenis ikan konsumsi ataupun ikan hias merupakan kegiatan yang mempunyai resiko tinggi karena ikan merupakan mahluk bernyawa yang kapan saja mengalami kematian. Salah satu penyebab gagalnya kegiatan budidaya ikan ini adalah karena faktor penyakit. Munculnya gangguan penyakit pada budidaya ikan merupakan resiko biologis yang harus selalu diantisipasi.
Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi kompleks/tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang (ikan) yang lemah, patogen yang ganas serta kulitas lingkungan yang memburuk.
Dalam melakukan usaha budidaya ikan, para pembudidaya melakukannya ada yang secara intensif, semi intensif atau asal saja. Semakin intensif sistem budidaya yang diterapkan maka semakin kompleks pula kehadiran penyakit yang akan muncul. Penyakit yang menyerang ikan banyak macam dan ragamnya. Tetapi secara umum penyakit ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit infeksius dan non infeksius. Jenis penyakit infeksius terdiri dari penyakit yang disebabkan oleh parasit, jamur bakteri dan visrus. Sedangkan jenis penyakit non-infeksius disebabkan oleh lingkungan, makanan dan genetis.
Penyakit Infeksius.
1. Parasit
Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan penyakit yang sporadis. Tetapi untuk intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang terbatas dapat berakibat sporadis. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh parasit secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian, menurunkan bobot, bentuk serta ketahanan tubuh ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur, bakteri dan virus.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini terdiri dari protozoa dan metazoa. Protozoa bersifat parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari 2000 jenis. Salah satu jenis protozoa ang paling sering menjadi kendala dalam budidaya ikan adalah Ichthyophthirius multifiliis atau ich (penyakit bintik putih). Sifat serangannya sangat sporadis dan kematian yang diakibatkannya dapat mencapai 100 % populasi dalam tempo yang relatif singkat.
Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah
- ikan tampak pucat
- nafsu makan kurang
- gerakan lambat dan sering menggososk-gosokkan tubuhnya ada dinding kolam
- pada infeksi lanjut ikan megap-megap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk mengambil oksigen
- adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan
Parasit dari golongan metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing), cestoda, nematoda, Cepopoda (Argulus sp, Lernaea sp dan golongan Isopoda. Organ yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara horisontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang sangat infektif. Secara umum gejala dari serangan metazoa adalah :
- ikan tampak lemah
- tidak nafsu makan
- pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan
- ikan sering terlihat berkumpul disekitar air masuk karena kualitas dan kadar oksigen lebih tinggi
- insang tampak pucat dan membengkak sehingga overculum terbuka
- ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen
- peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggoso-gosok badannya pada benda sekitar
- badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit
- pada infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada permukaan kulit ikan.
2. Jamur
Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur bersifat infeksi sekunder. Semua jenis ikan air tawar termasuk telurnya rentan terhadap infeksi jamur. Jenis jamur yang sering menjadi kendala adalah dari famili saprolegniaceae. Beberapa faktor yang sering memicu terjadinya infeksi jamur adalah penanganan yang kurang baik (transportasi) sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan gizi, suhu dan oksigen terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kulaitas telur buruk/tidak terbuahi dan padatnya telur pada kakaban. Penyakit ini menular terutama melalui spora di air. Gejala-gejalanya dapat dilihat secara klinis adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan.
3. Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan kegagalan pada budidaya ikan air tawar. Penyakit akibat infeksi bakterial masih sering terjadi dengan intensitas yang variatif. Umumnya pembudidaya masih mengandalakan antibiotik sebagai ” magic bullet” untuk melawan penyakit bakterial. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain adalah penyakit merah yang disebabkan oleh bakteri garam negatif (Aeromonas hydrophila), penyakit columnaris atau luka kulit, sirip dan insang yang disebabkan oleh infeksi bakteri Flavobacterium columnare, penyakit tubercolosis yang tergolong sangat kronis disebabkan oleh bakteri gram positif Mycobacterium spp. dan penyakit Streptococciasis yang disebabkan oleh bakteri gram positif Streptococcus spp.
4. Virus
Patogen virus juga menyebabkan penyakit pada budidaya ikan air tawar. Belum banyak diketahui penyakit yang disebabkan oleh virus di Indonesia kecuali penyakit Lymphocystis dan Koi Hervesvirus (KHV). Infeksi lymphoccystis hanya bersifat kronis dan bila menyerang ikan hias akan mengalami kerugian yang berarti karena merusak keindahan ikan.
Sampai saat ini KHV merupakan penyakit yang paling serius dan sporadis terutama untuk komoditi ikan mas dan koi.
Penyakit Non-Infeksi
1. Penyakit akibat lingkungan
Faktor lingkungan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar mempunyai pengaruh yang sangat tinggi. Lingkungan juga dapat mendatangkan penyakit dari kegiatan budidaya air tawar. Pengaruh dari penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan sering mengakibatkan kerugian yang serius karena kematian yang berlangsung sangat cepat dan tiba-tiba dan mematikan seluruh populasi ikan. Penyebabnya misalnya ada upwelling, keracunan akibat peledakan populasi plankton, keracunan pestisida/limbah industri, bahan kimia dan lainnya.
Faktor lingkungan yang buruk akan menyebabkan ikan menjadi
- tercekik, yaitu kekurangan oksigen yang umumnya terjadi menjelang pagi hari pada perairan yang punya populasi phytoplankton tinggi.
- Keracunan nitrit, yang sering disebut penyakit darah cokelat karena disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air yang berasal dari hasil metabolisma ikan.
- Keracunan amonia, terjadi hampir sama dengan nitrit tetapi pada umunya karena pengaruh pemberian pakan yang berlebihan atau bahan organik, sedangkan populasi bakteri pengurai tidak mencukupi. Yang sangat beracun adalah dalam bentuk NH3
- Fluktuasi air yang ekstrim, dimana perubahan suhu air yang ekstrim akan merusak keseimbangan hormonoal dan fisiologis tubuh ikan dan pada umumnya ikan tidak mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan dan mengakibatkan ikan stress bahkan kematian.
- Limbah pollutan, yang terdiri dari logam-logam berat cukup berbahaya bagi ikan karena sifat racunnya yaitu Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co juga dapat menyebabkan penyakit bagi ikan. Sifat dari masing-masing logam berat tersebut dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion yang sinergik. Selain komposisi ion, nilai PH juga berpengaruh terhadap tingkat kelarutan ion-ion loga. Bila kadarnya tinggi menyebabkan ikan-ikan stress dan bila terus meningkat dapat menyebabkan kematian.
2. Penyakit Malnutrisi
Pemberian pakan yang berlebihan/kekurangan dan tidak teratur juga dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Penyakit karena malnutrisi jarang menunjukkan gejala spesifik sehingga agak sulit didiagnosa penyebab utamanya. Tetapi dalam diet pakan dapat mengakibatkan kelainan fungsi morfologis dan biologis seperti defisiensi asam pantothenic penyakit jaring insang ikan yang dapat menyebabkan ikan sulit bernafas yang diikuti dengan kematian, defisiensi vitamin A yang menyebabkan mata menonjol/buta dan terjadi pendarahan pada kulit juga ginjal, defisiensi vitamin B-1 yang menyebabkan kehilangan nafsu makan, pendarahan dan penyumbatan pembuluh darah, defisiensi asam lemak essensial yang berakibat infiltrasi lemak pada kulit dan minimnya pigmentasi pada tubuh ikan. Yang cukup berbahaya adalah karena defisiensi vitamin C yang merupakan penyakit yang umum terjadi dimana akibat yang paling populer adalah broken back syndrome seperti scoliosis dan lordosis
3. Penyakit Genetis
Salah satu penyebab penyakit yang kompleks pada kegiatan budidaya ikan air tawar karena adanya faktor genetik terutama karena adanya perkawinan satu keturunan (inbreeding). Pemijahan inbreeding yang dilakukan secara terus-menerus akan menurunkan kualitas ikan berupa variasi genetik dalam tubuh ikan. Akibat dari pemijahan secara inbreeding adalah :
- pertumbuhan ikan lambat (bantet/kontet) dan ukuran beragam
- lebih sensitif terhadap infeksi patogen
- organ tubuh badan yang tidan sempurna serta kelainan lainnya
Demikain secara garis besar penyakit-penyakit yang biasa menyerang dan dihadapi oleh pembudiaya ikan. Semoga informasi yang ringkas ini dapat bermanfaat khususnya bagi para pembudidaya ikan air tawar. Untuk informasi tentang cara pengendalian penyakit-penyakit tersebut akan ditampilkan dalam edisi selanjutnya.
* Staf Subdin Binus Perikanan Dinas Pertanian Kota Tangerang
sumber : http://www.dkp-banten.go.id
Betapa terkejutnya dan hampir stress salah seorang pembudidaya ikan hias di Kota Tangerang ketika mendapatkan ikannya yang terdapat pada empat kolamnya dalam keadaan mati dan sekarat. Tidak ada yang diselamatkan karena hanya sedikit saja yang masih kelihatan sehat dan akhirnya semua dibuang dan dimusnahkan. Bila dihitung kerugiannya cukup besar sampai jutaan rupiah dan rugi waktu. Tetapi hal tersebut merupakan hal yang wajar bagi para pembudidaya ikan air tawar baik ikan konsumsi ataupun ikan hias.
Kegiatan budidaya ikan air tawar baik jenis ikan konsumsi ataupun ikan hias merupakan kegiatan yang mempunyai resiko tinggi karena ikan merupakan mahluk bernyawa yang kapan saja mengalami kematian. Salah satu penyebab gagalnya kegiatan budidaya ikan ini adalah karena faktor penyakit. Munculnya gangguan penyakit pada budidaya ikan merupakan resiko biologis yang harus selalu diantisipasi.
Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi kompleks/tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang (ikan) yang lemah, patogen yang ganas serta kulitas lingkungan yang memburuk.
Dalam melakukan usaha budidaya ikan, para pembudidaya melakukannya ada yang secara intensif, semi intensif atau asal saja. Semakin intensif sistem budidaya yang diterapkan maka semakin kompleks pula kehadiran penyakit yang akan muncul. Penyakit yang menyerang ikan banyak macam dan ragamnya. Tetapi secara umum penyakit ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit infeksius dan non infeksius. Jenis penyakit infeksius terdiri dari penyakit yang disebabkan oleh parasit, jamur bakteri dan visrus. Sedangkan jenis penyakit non-infeksius disebabkan oleh lingkungan, makanan dan genetis.
Penyakit Infeksius.
1. Parasit
Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan penyakit yang sporadis. Tetapi untuk intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang terbatas dapat berakibat sporadis. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh parasit secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian, menurunkan bobot, bentuk serta ketahanan tubuh ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur, bakteri dan virus.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini terdiri dari protozoa dan metazoa. Protozoa bersifat parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari 2000 jenis. Salah satu jenis protozoa ang paling sering menjadi kendala dalam budidaya ikan adalah Ichthyophthirius multifiliis atau ich (penyakit bintik putih). Sifat serangannya sangat sporadis dan kematian yang diakibatkannya dapat mencapai 100 % populasi dalam tempo yang relatif singkat.
Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah
- ikan tampak pucat
- nafsu makan kurang
- gerakan lambat dan sering menggososk-gosokkan tubuhnya ada dinding kolam
- pada infeksi lanjut ikan megap-megap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk mengambil oksigen
- adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan
Parasit dari golongan metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing), cestoda, nematoda, Cepopoda (Argulus sp, Lernaea sp dan golongan Isopoda. Organ yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara horisontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang sangat infektif. Secara umum gejala dari serangan metazoa adalah :
- ikan tampak lemah
- tidak nafsu makan
- pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan
- ikan sering terlihat berkumpul disekitar air masuk karena kualitas dan kadar oksigen lebih tinggi
- insang tampak pucat dan membengkak sehingga overculum terbuka
- ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen
- peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggoso-gosok badannya pada benda sekitar
- badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit
- pada infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada permukaan kulit ikan.
2. Jamur
Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur bersifat infeksi sekunder. Semua jenis ikan air tawar termasuk telurnya rentan terhadap infeksi jamur. Jenis jamur yang sering menjadi kendala adalah dari famili saprolegniaceae. Beberapa faktor yang sering memicu terjadinya infeksi jamur adalah penanganan yang kurang baik (transportasi) sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan gizi, suhu dan oksigen terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kulaitas telur buruk/tidak terbuahi dan padatnya telur pada kakaban. Penyakit ini menular terutama melalui spora di air. Gejala-gejalanya dapat dilihat secara klinis adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan.
3. Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan kegagalan pada budidaya ikan air tawar. Penyakit akibat infeksi bakterial masih sering terjadi dengan intensitas yang variatif. Umumnya pembudidaya masih mengandalakan antibiotik sebagai ” magic bullet” untuk melawan penyakit bakterial. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain adalah penyakit merah yang disebabkan oleh bakteri garam negatif (Aeromonas hydrophila), penyakit columnaris atau luka kulit, sirip dan insang yang disebabkan oleh infeksi bakteri Flavobacterium columnare, penyakit tubercolosis yang tergolong sangat kronis disebabkan oleh bakteri gram positif Mycobacterium spp. dan penyakit Streptococciasis yang disebabkan oleh bakteri gram positif Streptococcus spp.
4. Virus
Patogen virus juga menyebabkan penyakit pada budidaya ikan air tawar. Belum banyak diketahui penyakit yang disebabkan oleh virus di Indonesia kecuali penyakit Lymphocystis dan Koi Hervesvirus (KHV). Infeksi lymphoccystis hanya bersifat kronis dan bila menyerang ikan hias akan mengalami kerugian yang berarti karena merusak keindahan ikan.
Sampai saat ini KHV merupakan penyakit yang paling serius dan sporadis terutama untuk komoditi ikan mas dan koi.
Penyakit Non-Infeksi
1. Penyakit akibat lingkungan
Faktor lingkungan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar mempunyai pengaruh yang sangat tinggi. Lingkungan juga dapat mendatangkan penyakit dari kegiatan budidaya air tawar. Pengaruh dari penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan sering mengakibatkan kerugian yang serius karena kematian yang berlangsung sangat cepat dan tiba-tiba dan mematikan seluruh populasi ikan. Penyebabnya misalnya ada upwelling, keracunan akibat peledakan populasi plankton, keracunan pestisida/limbah industri, bahan kimia dan lainnya.
Faktor lingkungan yang buruk akan menyebabkan ikan menjadi
- tercekik, yaitu kekurangan oksigen yang umumnya terjadi menjelang pagi hari pada perairan yang punya populasi phytoplankton tinggi.
- Keracunan nitrit, yang sering disebut penyakit darah cokelat karena disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air yang berasal dari hasil metabolisma ikan.
- Keracunan amonia, terjadi hampir sama dengan nitrit tetapi pada umunya karena pengaruh pemberian pakan yang berlebihan atau bahan organik, sedangkan populasi bakteri pengurai tidak mencukupi. Yang sangat beracun adalah dalam bentuk NH3
- Fluktuasi air yang ekstrim, dimana perubahan suhu air yang ekstrim akan merusak keseimbangan hormonoal dan fisiologis tubuh ikan dan pada umumnya ikan tidak mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan dan mengakibatkan ikan stress bahkan kematian.
- Limbah pollutan, yang terdiri dari logam-logam berat cukup berbahaya bagi ikan karena sifat racunnya yaitu Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co juga dapat menyebabkan penyakit bagi ikan. Sifat dari masing-masing logam berat tersebut dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion yang sinergik. Selain komposisi ion, nilai PH juga berpengaruh terhadap tingkat kelarutan ion-ion loga. Bila kadarnya tinggi menyebabkan ikan-ikan stress dan bila terus meningkat dapat menyebabkan kematian.
2. Penyakit Malnutrisi
Pemberian pakan yang berlebihan/kekurangan dan tidak teratur juga dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Penyakit karena malnutrisi jarang menunjukkan gejala spesifik sehingga agak sulit didiagnosa penyebab utamanya. Tetapi dalam diet pakan dapat mengakibatkan kelainan fungsi morfologis dan biologis seperti defisiensi asam pantothenic penyakit jaring insang ikan yang dapat menyebabkan ikan sulit bernafas yang diikuti dengan kematian, defisiensi vitamin A yang menyebabkan mata menonjol/buta dan terjadi pendarahan pada kulit juga ginjal, defisiensi vitamin B-1 yang menyebabkan kehilangan nafsu makan, pendarahan dan penyumbatan pembuluh darah, defisiensi asam lemak essensial yang berakibat infiltrasi lemak pada kulit dan minimnya pigmentasi pada tubuh ikan. Yang cukup berbahaya adalah karena defisiensi vitamin C yang merupakan penyakit yang umum terjadi dimana akibat yang paling populer adalah broken back syndrome seperti scoliosis dan lordosis
3. Penyakit Genetis
Salah satu penyebab penyakit yang kompleks pada kegiatan budidaya ikan air tawar karena adanya faktor genetik terutama karena adanya perkawinan satu keturunan (inbreeding). Pemijahan inbreeding yang dilakukan secara terus-menerus akan menurunkan kualitas ikan berupa variasi genetik dalam tubuh ikan. Akibat dari pemijahan secara inbreeding adalah :
- pertumbuhan ikan lambat (bantet/kontet) dan ukuran beragam
- lebih sensitif terhadap infeksi patogen
- organ tubuh badan yang tidan sempurna serta kelainan lainnya
Demikain secara garis besar penyakit-penyakit yang biasa menyerang dan dihadapi oleh pembudiaya ikan. Semoga informasi yang ringkas ini dapat bermanfaat khususnya bagi para pembudidaya ikan air tawar. Untuk informasi tentang cara pengendalian penyakit-penyakit tersebut akan ditampilkan dalam edisi selanjutnya.
* Staf Subdin Binus Perikanan Dinas Pertanian Kota Tangerang
sumber : http://www.dkp-banten.go.id
Jumat, 06 Maret 2009
Trawl ( Pukat Harimau)
Trawl ( Pukat Harimau)
Kata Trawl berasal dari bahasa Perancis yaitu Troler dan Trailing dalam bahasa Inggris dimana mempunyai kesamaan arti yaitu TARIK atau KELILING SAMBILMENARIK .
Alat penangkapan ini di Jawa Barat lebih sering disebut pukat harimau karena rakusnya menangkap semua jenis dan ukuran ikan sehingga berdampak negatip pada kelestarian alam sehingga pemerintah mengeluarkan Kepres. No.39 Tahun 1980 yang berisi larangan pengoperasian pukat harimau di Indonesia dan hanya diizinkan dioperasikan untuk kapal-kapal peneliti.
Dengan berbagai perubahan komponen ada beberapa Trawl yang diizinkan beroperasi di Indonesia seperti kita temukan di laut Arafura yang digunakan untuk menangkap udang dan dikenal dengan nama pukat udang.
Asal Trawl ini tidak diketahui dengan pasti namun alat ini sudah lama dioperasikan di Eropa dan banyak digunakan di daerah pantai dan tepas pantai (Gambar 4.4).
Bentuk Trawl terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi apalagi setelah jenis mesin untuk penangkapan makin maju. Dari Eropa berkembang ke negara Jerman, Pada gambar 4.5, dapat dilihat perkembangan bentuk trawl dari tahun ke tahun.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Kata Trawl berasal dari bahasa Perancis yaitu Troler dan Trailing dalam bahasa Inggris dimana mempunyai kesamaan arti yaitu TARIK atau KELILING SAMBILMENARIK .
Alat penangkapan ini di Jawa Barat lebih sering disebut pukat harimau karena rakusnya menangkap semua jenis dan ukuran ikan sehingga berdampak negatip pada kelestarian alam sehingga pemerintah mengeluarkan Kepres. No.39 Tahun 1980 yang berisi larangan pengoperasian pukat harimau di Indonesia dan hanya diizinkan dioperasikan untuk kapal-kapal peneliti.
Dengan berbagai perubahan komponen ada beberapa Trawl yang diizinkan beroperasi di Indonesia seperti kita temukan di laut Arafura yang digunakan untuk menangkap udang dan dikenal dengan nama pukat udang.
Asal Trawl ini tidak diketahui dengan pasti namun alat ini sudah lama dioperasikan di Eropa dan banyak digunakan di daerah pantai dan tepas pantai (Gambar 4.4).
Bentuk Trawl terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi apalagi setelah jenis mesin untuk penangkapan makin maju. Dari Eropa berkembang ke negara Jerman, Pada gambar 4.5, dapat dilihat perkembangan bentuk trawl dari tahun ke tahun.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008
Kamis, 05 Maret 2009
Kembangkan Patin Berkualitas Secara Efisien
Kembangkan Patin Berkualitas Secara Efisien
Warga Amerika Serikat tengah membutuhkan pasokan ikan murah dalam jumlah banyak. Terlebih sejak krisis keuangan merontokkan sendi-sendi
perekonomian Negeri Paman Sam tersebut. Kondisi tak jauh berbeda dialami Eropa. Dengan alasan berhemat, penggemar seafood di UE mulai
meninggalkan konsumsi ikan ikan yang mahal dan
menggantinya dengan yang lebih murah.
Dan salah satu jenis ikan murah yang kini kion mendapat tempat di hati penduduk AS don UE adalah ikan Patin (Pongasius SO Saudara jauh ikan lele yang juga berkumis ini (catfish)
banyak dijumpai di sungai sungai besar di tanah air.
Sayangnya, Indonesia belum
bisa mengambil peluang pasar Patin yang menggoda di kedua negara tersebut. Selain kuantitas don kontinyuitas produksi Patin yang masih rendah, Indonesia belum bisa menghasilkan Patin dengan kualitas prima sebagaimana yang disyaratkon AS dan UE. Justru Vietnam yang berhasil memenuhi kebutuhan permintaan Patin dunia tersebut dengan produksi mencapai lebih dari satu juta ton. Celakanya, Patin Vietnam pun telah membanjiri pasar Indonesia. Sementara pada waktu yang sama, produksi dalam negeri tak lebih dari 50 ribu ton!
Kenyataan pahit inilah yang kemudion mendorong PT Central Pangan Pertiwi (PT CPP)--produsen pakan ikan dan udang yang merupakan anak perusahaan dari PT Central Proteinaprima Tbk.—untuk mengembangkan Patin di Indonesia. Bersama dengan Laka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan AirTawar (LRPTBPAT) Sukamandi Jawa Barat, PT CPP melakukan kerjasama riset dalam budidaya Patin secara intensif di kolam tanah. Atas gawe besarnya ini, tak kurang Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi menyampaikan terima kasihnya
kepada PT CPP dalam panen perdana patin skala industri di LRPTBPAT Sukamandi media Desember 2008. "Terimakasih kepada PT CPP yang telah membantu kami melihat peluang pasar Patin dan dalam usahanya menciptakan lapangan kerja dari budidaya ikan Patin," kata Freddy.
Pada kesempotan itu Pula, General Manager Business Research and Relation, PT CPP, Denny D Indradjaja, menyatakan komitmen PT CPP dalam pengembangan Patin di dalam negeri. "Divisi ikan PT CPP commit untuk mengembangkan budidaya Patin ke masyarakat. Kami akan membantu secara teknis serta menyediakan pakan berkualitas dan sesuai," katanya.
Peluang Besar
menrut Denny, peluang pengembangan Patin di Indonesia sangat besar. Sebab, Patin merupakan jenis ikan pemakan segala dan budidayanya lebih mudah dibandingkan dengan ikan jenis lain. Selain untuk mengisi pasar ekspor, pengembangan budidaya Patin juga akan membantu peningkatan konsumsi ikan di dalam negeri yang masih sangat rendah.
Pasar ekspor, menuntut pasokan Patin dengan kriteria daging berwarna putih, tidak berbau lumpur dan bebas residu antibiotik. Sebelumnya LRPTBPAT telah menyilangkan betina Patin siam (berdaging kuning kemerahan dan pertumbuhan cepat) dengan Patin jambal (daging putih tapi fekunditas/tingkat penetasan telur dan toleransi terhadap lingkungan rendah) yang menghasilkan Patin berdaging putih dengan laju pertumbuhan tinggi. Patin jenis ini dinamai Patin pasupati dan telah dirilis dua tahun lalu.
Namun, pengembangan Patin pasupati terhadang kendala tingkat stres ikan yang masih tinggi. Karena itu kerjasama riset budidaya ini juga mengembangkan jenis Patin siam yang lebih "tahan banting" dengan perlakuan khusus. Yaitu memberikan pakan khusus untuk membuat
daging patin siam yang merah menjadi berwarna putih. Pada riset budidaya itu, PT CPP dan LRPTBPAT sepakat menekankan pada pengelolaan kualitas air baik untuk budidaya ikan patin pasupati dan patin siam.
Denny tak menampik fakta bahwa saat ini Vietnam masih menjadi yang pertama dalam produksi patin dunia. Tapi, lanjutnya, disinyalir kualitas patin Vietnam mulai menurun karena budidaya patin dilakukan di Delta Mekong yang telah mengalami penurunan kualitas. Justru saat ini, FDA—badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat—meminta budidaya patin dilakukan di kolam supaya lebih terkontrol. Karena itu, kata Denny, Vietnam mulai memindahkan budidaya patin mereka dari sungai ke kolam air deras. Caranya dengan memompa air Sungai Mekong ke pinggir sungai lalu mengendapkannya dan melakukan treatment selama tiga hari dan menjadikannya sebagai kolam air deras di pinggir sungai.
Hargoi Bersaing
Kerjasama PT CPP dan LRPTBPAT di riset budidaya patin ini dilakukan sejak Maret 2008 dan direncanakan sampai Februari 2009. Selain menerapkan pola intensif, budidaya patin juga menerapkan teknik CBIB (Cara Budidayo Ikan yang Baik). Antara lain dengan penggunaan pakan bermutu, tidak menggunakan antibiotik tetapi menggunakan probiotik dan garam.
Ukuran awal benih patin siam 17 gram/ekor, sedangkan benih patin pasupati bobot awalnya 10 gram/ekor. Kolam pemeliharaan seluas 6.000 m2 dengan kedalam air 1,2 m
dan padat tebar 10 ekor/m". Pakan berupa pellet dengan feeding rate sekitar 3% dari biomass ikan dan disesuaikan dengan ukuran dan perkembangan ikan. Pengaturan jumlah pakan setiap periode waktu tertentu dilakukan dengan sampling.
Berdasarkan sampling pada akhir pemeliharaan (bulan ke-8), diperoleh bobot patin siam 1.300 gram/ekor, sedangkan patin pasupati 1 .000 gram/ekor. Produksi patin siam pada panen perdana ini mencapai 65 ton/6000 m2 dan patin pasupati 45 ton/m2. Nilai FCR patin pasupati 1,2 dan patin siam 1,4. Dari sini, Sularto don Evi Tahapari peneliti patin dari LRPTBPAT menyebutkan, biaya produksi untuk menghasilkan sekilo ikan patin siam mencapai Rp 8.960 sedangkan untuk patin pasupati lebih rendah lagi yaitu Rp 8.132 per kilogram. Bila harga jual Rp 10.500 per kg, maka Return on Invesment (ROI) per tahun mencapai 30% pada patin-siam don 40% untuk patin pasupati.
Ikan patin pasupati dan siam yang dihasilkan dari riset ini bisa dijual dengan harga Rp 34.500 per kg. Asumsinya, harga ikan berdaging putih Rp 11 .000/kg dengan rendemen 35%. Ini merupakan harga yang sangat bersaing dengan harga dari (ikan patin dari Vietnam). Rendemen dari mencapai 35%. Harga dasor impor ikan dori dengan spesifikasi kadar air 10%, untuk dori yang berdaging putih berkisar Rp 40 ribu per kg dan dari yang berdaging kemerahan berkisar Rp 37.500 per kg. Dengan mengembangkon model budidaya patin sebagaimana yang dilakukan PT CPP don LRPTBPAT Sukamandi maka pengusaha dalam negeri tak perlu lagi mengimpor dari Vietnam.
Sumber : TROBOS, 2008
Warga Amerika Serikat tengah membutuhkan pasokan ikan murah dalam jumlah banyak. Terlebih sejak krisis keuangan merontokkan sendi-sendi
perekonomian Negeri Paman Sam tersebut. Kondisi tak jauh berbeda dialami Eropa. Dengan alasan berhemat, penggemar seafood di UE mulai
meninggalkan konsumsi ikan ikan yang mahal dan
menggantinya dengan yang lebih murah.
Dan salah satu jenis ikan murah yang kini kion mendapat tempat di hati penduduk AS don UE adalah ikan Patin (Pongasius SO Saudara jauh ikan lele yang juga berkumis ini (catfish)
banyak dijumpai di sungai sungai besar di tanah air.
Sayangnya, Indonesia belum
bisa mengambil peluang pasar Patin yang menggoda di kedua negara tersebut. Selain kuantitas don kontinyuitas produksi Patin yang masih rendah, Indonesia belum bisa menghasilkan Patin dengan kualitas prima sebagaimana yang disyaratkon AS dan UE. Justru Vietnam yang berhasil memenuhi kebutuhan permintaan Patin dunia tersebut dengan produksi mencapai lebih dari satu juta ton. Celakanya, Patin Vietnam pun telah membanjiri pasar Indonesia. Sementara pada waktu yang sama, produksi dalam negeri tak lebih dari 50 ribu ton!
Kenyataan pahit inilah yang kemudion mendorong PT Central Pangan Pertiwi (PT CPP)--produsen pakan ikan dan udang yang merupakan anak perusahaan dari PT Central Proteinaprima Tbk.—untuk mengembangkan Patin di Indonesia. Bersama dengan Laka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan AirTawar (LRPTBPAT) Sukamandi Jawa Barat, PT CPP melakukan kerjasama riset dalam budidaya Patin secara intensif di kolam tanah. Atas gawe besarnya ini, tak kurang Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi menyampaikan terima kasihnya
kepada PT CPP dalam panen perdana patin skala industri di LRPTBPAT Sukamandi media Desember 2008. "Terimakasih kepada PT CPP yang telah membantu kami melihat peluang pasar Patin dan dalam usahanya menciptakan lapangan kerja dari budidaya ikan Patin," kata Freddy.
Pada kesempotan itu Pula, General Manager Business Research and Relation, PT CPP, Denny D Indradjaja, menyatakan komitmen PT CPP dalam pengembangan Patin di dalam negeri. "Divisi ikan PT CPP commit untuk mengembangkan budidaya Patin ke masyarakat. Kami akan membantu secara teknis serta menyediakan pakan berkualitas dan sesuai," katanya.
Peluang Besar
menrut Denny, peluang pengembangan Patin di Indonesia sangat besar. Sebab, Patin merupakan jenis ikan pemakan segala dan budidayanya lebih mudah dibandingkan dengan ikan jenis lain. Selain untuk mengisi pasar ekspor, pengembangan budidaya Patin juga akan membantu peningkatan konsumsi ikan di dalam negeri yang masih sangat rendah.
Pasar ekspor, menuntut pasokan Patin dengan kriteria daging berwarna putih, tidak berbau lumpur dan bebas residu antibiotik. Sebelumnya LRPTBPAT telah menyilangkan betina Patin siam (berdaging kuning kemerahan dan pertumbuhan cepat) dengan Patin jambal (daging putih tapi fekunditas/tingkat penetasan telur dan toleransi terhadap lingkungan rendah) yang menghasilkan Patin berdaging putih dengan laju pertumbuhan tinggi. Patin jenis ini dinamai Patin pasupati dan telah dirilis dua tahun lalu.
Namun, pengembangan Patin pasupati terhadang kendala tingkat stres ikan yang masih tinggi. Karena itu kerjasama riset budidaya ini juga mengembangkan jenis Patin siam yang lebih "tahan banting" dengan perlakuan khusus. Yaitu memberikan pakan khusus untuk membuat
daging patin siam yang merah menjadi berwarna putih. Pada riset budidaya itu, PT CPP dan LRPTBPAT sepakat menekankan pada pengelolaan kualitas air baik untuk budidaya ikan patin pasupati dan patin siam.
Denny tak menampik fakta bahwa saat ini Vietnam masih menjadi yang pertama dalam produksi patin dunia. Tapi, lanjutnya, disinyalir kualitas patin Vietnam mulai menurun karena budidaya patin dilakukan di Delta Mekong yang telah mengalami penurunan kualitas. Justru saat ini, FDA—badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat—meminta budidaya patin dilakukan di kolam supaya lebih terkontrol. Karena itu, kata Denny, Vietnam mulai memindahkan budidaya patin mereka dari sungai ke kolam air deras. Caranya dengan memompa air Sungai Mekong ke pinggir sungai lalu mengendapkannya dan melakukan treatment selama tiga hari dan menjadikannya sebagai kolam air deras di pinggir sungai.
Hargoi Bersaing
Kerjasama PT CPP dan LRPTBPAT di riset budidaya patin ini dilakukan sejak Maret 2008 dan direncanakan sampai Februari 2009. Selain menerapkan pola intensif, budidaya patin juga menerapkan teknik CBIB (Cara Budidayo Ikan yang Baik). Antara lain dengan penggunaan pakan bermutu, tidak menggunakan antibiotik tetapi menggunakan probiotik dan garam.
Ukuran awal benih patin siam 17 gram/ekor, sedangkan benih patin pasupati bobot awalnya 10 gram/ekor. Kolam pemeliharaan seluas 6.000 m2 dengan kedalam air 1,2 m
dan padat tebar 10 ekor/m". Pakan berupa pellet dengan feeding rate sekitar 3% dari biomass ikan dan disesuaikan dengan ukuran dan perkembangan ikan. Pengaturan jumlah pakan setiap periode waktu tertentu dilakukan dengan sampling.
Berdasarkan sampling pada akhir pemeliharaan (bulan ke-8), diperoleh bobot patin siam 1.300 gram/ekor, sedangkan patin pasupati 1 .000 gram/ekor. Produksi patin siam pada panen perdana ini mencapai 65 ton/6000 m2 dan patin pasupati 45 ton/m2. Nilai FCR patin pasupati 1,2 dan patin siam 1,4. Dari sini, Sularto don Evi Tahapari peneliti patin dari LRPTBPAT menyebutkan, biaya produksi untuk menghasilkan sekilo ikan patin siam mencapai Rp 8.960 sedangkan untuk patin pasupati lebih rendah lagi yaitu Rp 8.132 per kilogram. Bila harga jual Rp 10.500 per kg, maka Return on Invesment (ROI) per tahun mencapai 30% pada patin-siam don 40% untuk patin pasupati.
Ikan patin pasupati dan siam yang dihasilkan dari riset ini bisa dijual dengan harga Rp 34.500 per kg. Asumsinya, harga ikan berdaging putih Rp 11 .000/kg dengan rendemen 35%. Ini merupakan harga yang sangat bersaing dengan harga dari (ikan patin dari Vietnam). Rendemen dari mencapai 35%. Harga dasor impor ikan dori dengan spesifikasi kadar air 10%, untuk dori yang berdaging putih berkisar Rp 40 ribu per kg dan dari yang berdaging kemerahan berkisar Rp 37.500 per kg. Dengan mengembangkon model budidaya patin sebagaimana yang dilakukan PT CPP don LRPTBPAT Sukamandi maka pengusaha dalam negeri tak perlu lagi mengimpor dari Vietnam.
Sumber : TROBOS, 2008
membrane electron Weapon exterminator Shrimp Virus
membrane electron Weapon exterminator Shrimp Virus
This tool is specifically designed to kill off the virus in shrimp
Shrimp pond land in the north coast of Java Island (Pantura) quality is very bad. In addition to pollution by industrial waste dump and the household, lands in the pond there is also decreased due to the quality of the cultivation of land use often without any improvement. Bath enforce yarn wet, efforts in the cultivation of land is nearly always encounter a failure. Instead of harvest, shrimp, not able to survive more than 20 days.
But for Endi MuchtarUdin, the story of the shrimp. Shrimp farmers from the river is clogged, Pedes District, Karawang regency, West Java this successful break that can not Pantura for shrimp cultivation. Harvested three times in succession, Endi menangguk fate of shrimp farming pond in the location of the previous mangkrak (idle / pond is broken and unused).
More terrible, which developed the type of shrimp old man is part windu (Penaeus monodon), the level of difficulty higher than the cultivation vaname species (Penaeus vannamei). The secret, said Endi, using weapons ME-1 (membrane electron 1)
to fight the virus. This tool is able to kill virus-the virus causes disease in shrimp. Various viruses during this frighten the farmers, such as shrimp White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), infectious Hypodermal Hemathopoetic Necrosis Virus (IHHNV), Myonecrosis infectious virus (IMNV) and Virus Nervous Necrosis (VNN) will be ditaklukkan .
Shoot virus DNA
Membrane electron is an instrument of high speed electrons that is specifically designed to reduce the amount of virus in water. This tool consists of two parts. The first part is called electron generator (box driver generator electrons) generate a working high-speed electrons. Part two is a layer plating electrode kassa that placed in the pipe paralon. Its function is to create electron-rich zone in the water. Zone generated electrons will bond with the protein on the virus through. So that the water that flows through this zone will be free of the virus.
installed base in the provision of water pipes in the pond and work when the process of water. "The principle is the damage to DNA viruses in the water that will go to the pond," said Endi. How it works, the wall power maximum 75 watts (for 1 unit of ME-1) flowed to the electrode so that the shape kassa membrane electron. Water entering the pond will be managed through a membrane with maximum debit 25 liters of water per second. If there is a virus through, then the DNA to its will ditembak by electrons up to a series of virus damaged.
According Endi, 1 ME-1 unit diameter paralon 6 - 8 inch can be used for the pond area of 5 hectares. Cost of making one unit of ME-1 ranges from Rp 10 million. Hmmmmmm life to 8 hours. or two cycles. But it will be better if every turn of the cycle do not kassa a more cost Rp 500 ribu. This will make the work of ME-1 maximum.
Endi confess, does not alone make itself ME-1, but together with the Central Marine Fisheries Development Cultivation. And brackish water shrimp (BPBPLAPU) Karawang. This is in place. Endi ordinary search of the problem that faces in the cultivation of shrimp.
Sunendar Dede, Head BPBPLAPU states, electrons proven membrane technology capable of tackling the virus. "In place of the stock we have already detected a positive WSSV infected.'s Been with the provision membrane electron and then the water out of the stock to be virus-free," said Dede.
According to him, pond-pond in the area during this BPBPLAPU stated can not be planted more shrimp. However, with the ME-1, now pond-pond may be in the back with satisfactory results. BPBPLAPU using the ME-1 in two different places. In the land-intensive pond system vaname of 4.2 hectares, solid tebar reached 360 thousand, the harvest reached 3.2 tons. While the land area of 2.4 hectares, 75 thousand tebar compact,
system between poly vaname shrimp and seaweed (Gracilaria), 8.2 kuintal can harvest shrimp.
Endi and intend BPBPLAPU parties will continue to refine this ME-1. For example, said Endi, complete with the ME-1 speed, so the frequency of more optimal results.
Bacillus Buntus River
However, Balk Endi and Dede
remind, the success of shrimp farming and windu vaname in pond
mangkrak not only because of ME-1, but should also apply
probiotik system bakterinya taken from a local pond. Endi and BPBPLAPU has also successfully developed
probiotik bacteria that diisolasi's own tambaknya (TROBOS edition 103, April 2008). This bacteria will be able to destroy the excess (leftover)
organic pond so that the causes of quality pond.
In the meantime, the bacteria probiotik successful diisolasi from the pond they are a type of Thiobacillus and Bacillus subtillis. "His name Bacillus buntus river," said Endi joke Pests mention bacteria that diisolasi from tambaknya.
Head of Section Testing BPBPLAPU, Riswan Man says, use probiotik conducted continuously.
Pemberiannya after
1x24 minutes the culture
bacteria. For culture
Bacillus bacteria, BPBPLAPU
using the formula 1 liter
Bacillus, feed 1 kg, 1 kg sugar
and 100 liters of fresh water. Probiotik
Bacillus a role in this
absorbing matrix protein
feed. This means this will probiotik
contribute to the availability of
protein in the pond.
While for Thiobacillus, formula consisting of 1 liter Thiobacillus, nutrition 1 kg, 1 kg of sugar and 100 liters of fresh water. For the last type of a role in reducing the level H, S in the pond and for the bright color of water.
During the preparation of land (before the water filled) probiotik given more. For example BPBPLAPU the pond in the area of 1600 m2, probiotik a given reach 40 liters of culture (a mixture of formula). Meanwhile, when the shrimp have been pond, dose reduced to 15 - 20 liters for the same land.
Besides the use of probiotik, Section Head of Applications Technology Cultivation Bandeng BPBPLAPU, add adang Solihin, in the cultivation of shrimp pond mangkrakjuga will be a success by giving special treatment during drying area. Namely burning straw (or other material) on land to kill bacteria and viruses that have in the pond. This can also be used to increase the element carbon in the pond. BPBPLAPU parties in this case spent about 6 tons of straw for the pond area of 4.2 hectares. According adang, burning straw, especially applied to land that muddy pond.
source: Trobos 2008
This tool is specifically designed to kill off the virus in shrimp
Shrimp pond land in the north coast of Java Island (Pantura) quality is very bad. In addition to pollution by industrial waste dump and the household, lands in the pond there is also decreased due to the quality of the cultivation of land use often without any improvement. Bath enforce yarn wet, efforts in the cultivation of land is nearly always encounter a failure. Instead of harvest, shrimp, not able to survive more than 20 days.
But for Endi MuchtarUdin, the story of the shrimp. Shrimp farmers from the river is clogged, Pedes District, Karawang regency, West Java this successful break that can not Pantura for shrimp cultivation. Harvested three times in succession, Endi menangguk fate of shrimp farming pond in the location of the previous mangkrak (idle / pond is broken and unused).
More terrible, which developed the type of shrimp old man is part windu (Penaeus monodon), the level of difficulty higher than the cultivation vaname species (Penaeus vannamei). The secret, said Endi, using weapons ME-1 (membrane electron 1)
to fight the virus. This tool is able to kill virus-the virus causes disease in shrimp. Various viruses during this frighten the farmers, such as shrimp White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), infectious Hypodermal Hemathopoetic Necrosis Virus (IHHNV), Myonecrosis infectious virus (IMNV) and Virus Nervous Necrosis (VNN) will be ditaklukkan .
Shoot virus DNA
Membrane electron is an instrument of high speed electrons that is specifically designed to reduce the amount of virus in water. This tool consists of two parts. The first part is called electron generator (box driver generator electrons) generate a working high-speed electrons. Part two is a layer plating electrode kassa that placed in the pipe paralon. Its function is to create electron-rich zone in the water. Zone generated electrons will bond with the protein on the virus through. So that the water that flows through this zone will be free of the virus.
installed base in the provision of water pipes in the pond and work when the process of water. "The principle is the damage to DNA viruses in the water that will go to the pond," said Endi. How it works, the wall power maximum 75 watts (for 1 unit of ME-1) flowed to the electrode so that the shape kassa membrane electron. Water entering the pond will be managed through a membrane with maximum debit 25 liters of water per second. If there is a virus through, then the DNA to its will ditembak by electrons up to a series of virus damaged.
According Endi, 1 ME-1 unit diameter paralon 6 - 8 inch can be used for the pond area of 5 hectares. Cost of making one unit of ME-1 ranges from Rp 10 million. Hmmmmmm life to 8 hours. or two cycles. But it will be better if every turn of the cycle do not kassa a more cost Rp 500 ribu. This will make the work of ME-1 maximum.
Endi confess, does not alone make itself ME-1, but together with the Central Marine Fisheries Development Cultivation. And brackish water shrimp (BPBPLAPU) Karawang. This is in place. Endi ordinary search of the problem that faces in the cultivation of shrimp.
Sunendar Dede, Head BPBPLAPU states, electrons proven membrane technology capable of tackling the virus. "In place of the stock we have already detected a positive WSSV infected.'s Been with the provision membrane electron and then the water out of the stock to be virus-free," said Dede.
According to him, pond-pond in the area during this BPBPLAPU stated can not be planted more shrimp. However, with the ME-1, now pond-pond may be in the back with satisfactory results. BPBPLAPU using the ME-1 in two different places. In the land-intensive pond system vaname of 4.2 hectares, solid tebar reached 360 thousand, the harvest reached 3.2 tons. While the land area of 2.4 hectares, 75 thousand tebar compact,
system between poly vaname shrimp and seaweed (Gracilaria), 8.2 kuintal can harvest shrimp.
Endi and intend BPBPLAPU parties will continue to refine this ME-1. For example, said Endi, complete with the ME-1 speed, so the frequency of more optimal results.
Bacillus Buntus River
However, Balk Endi and Dede
remind, the success of shrimp farming and windu vaname in pond
mangkrak not only because of ME-1, but should also apply
probiotik system bakterinya taken from a local pond. Endi and BPBPLAPU has also successfully developed
probiotik bacteria that diisolasi's own tambaknya (TROBOS edition 103, April 2008). This bacteria will be able to destroy the excess (leftover)
organic pond so that the causes of quality pond.
In the meantime, the bacteria probiotik successful diisolasi from the pond they are a type of Thiobacillus and Bacillus subtillis. "His name Bacillus buntus river," said Endi joke Pests mention bacteria that diisolasi from tambaknya.
Head of Section Testing BPBPLAPU, Riswan Man says, use probiotik conducted continuously.
Pemberiannya after
1x24 minutes the culture
bacteria. For culture
Bacillus bacteria, BPBPLAPU
using the formula 1 liter
Bacillus, feed 1 kg, 1 kg sugar
and 100 liters of fresh water. Probiotik
Bacillus a role in this
absorbing matrix protein
feed. This means this will probiotik
contribute to the availability of
protein in the pond.
While for Thiobacillus, formula consisting of 1 liter Thiobacillus, nutrition 1 kg, 1 kg of sugar and 100 liters of fresh water. For the last type of a role in reducing the level H, S in the pond and for the bright color of water.
During the preparation of land (before the water filled) probiotik given more. For example BPBPLAPU the pond in the area of 1600 m2, probiotik a given reach 40 liters of culture (a mixture of formula). Meanwhile, when the shrimp have been pond, dose reduced to 15 - 20 liters for the same land.
Besides the use of probiotik, Section Head of Applications Technology Cultivation Bandeng BPBPLAPU, add adang Solihin, in the cultivation of shrimp pond mangkrakjuga will be a success by giving special treatment during drying area. Namely burning straw (or other material) on land to kill bacteria and viruses that have in the pond. This can also be used to increase the element carbon in the pond. BPBPLAPU parties in this case spent about 6 tons of straw for the pond area of 4.2 hectares. According adang, burning straw, especially applied to land that muddy pond.
source: Trobos 2008
Rabu, 04 Maret 2009
Sukses Budidaya Vanamei
Sukses Budidaya Vanamei ala Yaskun
SR-nya mencapai 105%
askun sumringah menyambut panennya. Dengan luasan tambak 6.600 m2, penebaran 400 ribu ekor. plus tambahan 10% sehingga total 440 ribu, kematian udang di tambak Yaskun hanya 20 ribu ekor! Udang, vanamei yang dihasilkan tambaknya memiliki tingkat kelangsungan hidup (survival rate,/SR) mencapai 105%! Karuan saja, prestasi pria 60 tahun ini mengundang decak kagum petambak lain di desanya.
Produksi total tambak Yaskun yang dipanen pada medio Agustus lalu mencapai 11,8 ton dengan ukuran 35 (35 ekor/ kg). Lebih rnenggembirakan lagi. harga penjualannya juga tinggi. Rp 62.050 per kg.
Ini hanyalah satu kisah sukses budidaya udang di Kandang Semangkon, Paciran, Lamongan. Jawa Timur. Di daerah tersebut, budidaya udang menjadi mata pencaharian utama sebagian warga. Selain Yaskun. ada Mardiono, petambak yang juga sukses meraup untung besar dari budidaya udang.
Persiapan Matang
"Kuncinya, persiapan lahan harus matang dan sterilisasi harus berani." kata Yaskun berbagi kiat sukses. Dalam hal ini. dia tidak mau ambil risiko. Karenanya, Yaskun melebihkan hitungan ketinggian air dan luas area dari hitungan yang dilakukan teknisi. Dan jika menangani tambak yang pernah terjangkit penyakit. sterilisasi bisa dua kali lipat dari hitungan sebenarnya. "Biar aman."
Cara ini juga diyakini Mardiono sangat ampuh untuk mengantisipasi penyakit. Memang akan menambah pengeluaran sedikit. Tapi kalau aman untungnya lebih besar." katanva. Disamping itu. Mardiono menekankan. SOP (Standard Operational Procedure) harus besar-besar ditaati. Yaitu meliputi sterilisasi, probiotik. benur SPF (Spesific Pathogen Free), pagar keliling serta senar penghalang burung.
Marketing Manager PT Central Proteinaprima. Nonot Tri Waluyo yang juga ada pada saat panen tersebut menyatakan hal serupa. SOP harus diterapkan sejak persiapan lahan. "Random potensialnya harus +50.- kata Nonot. Random antar tambak ini. imbuh Nonot. biasanya bervariasi. Namun setelah diisi air harus +50. sehingga diketahui jumlah kapur yang harus ditabur di lahan tambak. Lahan tambak kemudian diukur lagi.
jika kurang dikapur yang kedua. diukur lagi baru masuk air. Kalau lahan kena penyakit dianjurkan memakai kaporit untuk meminimalkan bibit-bibit penyakit. Kalau tidak, maka kepiting dan udang-udangan harus dihilangkan. Jika plankton sudah jadi, baru benur ditebar.
Tambah Kincir
Untuk memperoleh ukuran udang yang besar saat panen. Mardiono juga mempunyai cara khusus. Yaitu dengan menambah kincir. Jika kincir cukup maka akan berdampak positif bagi pertumbuhan dari produksi yang dihasilkan.
Pada awal-awal melakukan budidaya udang, size udang yang yang dihasilkan Mardiono adalah 70. Size tersebut kemudian terns ditingkatkan dengan cara menambah dan memodifikasi kincir airnya. Pada siklus pertama misalnya. Mardiono mencoba tebar satu petak seluas 1,2 Ha dengan kepadatan 30 ekor/m, tebaran 350 ribu ekor, kincir angin 3 lengan (30 daun kipas). Umur 93 hari dipanen dengan size 70, hasil panen 4.3 ton.
Lalu siklus kedua kepadatan tetap tetapi ia tambahkan kincirjadi 4 lengan (40 daun kipas). "Berdasar pengalaman, kalau dulu dengan 3 lengan hasil panen 4,3 ton. ternyata dengan 4 lengan kepadatan sama. luas dan umur yang sama hasilnya meningkat jadi 5.7 ton dengan size 65," kata Mardiono.
Berikutnya siklus ke-3 kepadatan ditingkatkan lagi jadi 40 ekor/m. Modifikasi mesin penggerak dilakukan. Satu mesin dengan dua lengan (20 daun kipas). Ada 4 mesin penggerak sehingga terbentuk 80 daun kipas. Hasil yang didapat cukup membanggakan, 10 ton dengan size 45. Siklus ke-5 tambak satu lengan jadi 90 daun dengan kepadatan 50 ekor/m hasil panen 13,5 ton dengan size 37 dan SR 85-90%. Hingga pada panen kali ini. udang Mardiono berhasil mencapai size 34 dan 36.
Dalam hal pengaturan kincir. Mardiono menjalankan seluruh kincirnya ketika malam hari. "Kincir kalau malam jalan semua. kalau siang kita rolling minimal 2 set. Daripada kekurangan oksigen saat molting masal lebih baik kincir dilebihkan." Sementara kalau siang, keberadaan sinar matahari cukup membantu pasokan oksigen. Setelah umur di atas 100 hari dilakukan pengecekan oksigen seminggu sekali. Ini untuk mengantisipasi molting massal karena size bestir dan kepadatan
tinggi.
Dalam pemberian pakan. Mardiono mengikuti standar baku dari inti yang diikutinya selama 1 bulan. Konsumsi pakan disesuaikan dengan benur yang ditebar. Target pertumbuhan Mardiono pada umur 60 hari adalah size maksimal 100. lebih rendah dibanding standar baku 120-125. Setelah tahu cepat atau lambatnya pertumbuhan, pakan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
"Jika pada umur itu size di atas standar berarti dimungkinkan benur lebih. Kita ambil sikap menambah pakan," jelas Mardiono panjang lebar.
Menurut Nonot, tindakan ini diambil agar pakan tidak berlebih. Jika berlebih, risikonya FCR akan tinggi, keuntungan berkurang, disamping itu tambakiadi tercemar bahan racun. "SOP yang gagal harus dievaluasi," kata Nonot. Dia menambahkan, masa-masa genting adalah ketika umur di bawah satu bulan. Karena
itu persiapan maksimal, harus ditekankan dari awal.
Penvakit
Soal penanganan penyakit, Mardiono menekankan pentingnya sterilisasi. la pernah mencoba lahan yang sering gagal dalam budidaya vanamei sehingga lahan tersebut disingkiri orang. "Saya coba terapkan SOP standar. masih gagal. Akhirnya saya berpikir untuk sterilisasi 2 x lipat, akhirnya berhasil dan bisa panen 16 ton."
Menurut Nonot, petambak yang gagal rata-rata karena tidak mau menerapkan SOP. "Padahal, SOP ini hal mutlak. Selain itu bagi yang gagal juga harus berbenah dan melakukan persiapan maksimal," kata Nonot. Dengan SOP yang intensif, penyakit seperti vibrio, white spot, dan mio dapat terminimalisir. Untuk persiapan antara lain dengan memakai pagar pembatas dan senar penghalau burung.
Di Kandang Semangkon, pagar pembatas menggunakan plastik/terpal yang ditanam sekitar 50 cm dan 1-1.5 meter di atas tanah. Senar penghalau burung idealnya menurut Nonot berjarak 40-60 cm. Di Kandang Semangkon, penghalau burung ini dimodifikasi dengan dengan kertas/plastik yang mirip layang-layang, sehingga jarak antar senar lebih lebar. Kedua hat ini difungsikan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari tambak lain. "Alat ini fungsinya untuk mencegah hewan liar masuk ke tambak. Seperti kepiting dan burung yang makan udang dari tambak yang terkena penyakit lalu jatuh ke tambak yang sehat," kata Nonot.
Hal penting lainnya adalah pengecekan air dan warna air. Pada musim kemarau air diupayakan mendekati warna hijau kecoklatan sedang untuk musim hujan warna air harus coklat kehijauan. "Pada musim kemarau air cenderung ke arah kecoklatan, untuk mempertahankannya saya menggunakan bahan aktif yang bisa menyeimbangkan nitrogen/nitrifikasi bakteri. Sedang pada musim hujan biasanya menggunakan fotosintesa bakteri seperti rodococcus, rodobacter. Pencegahan penyakit vibrio menggunakan Bacillus substillis."
Selain itu para petambakjuga menerapkan penggunaan probiotik, vitamin C dan multivitamin dalam budidayanya. "Probiotik memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan hasil panen juga lebih tinggi. Kami juga tidak khawatir soal pagar," tandas Mardiono.*
sumber : Trobos september 2008
SR-nya mencapai 105%
askun sumringah menyambut panennya. Dengan luasan tambak 6.600 m2, penebaran 400 ribu ekor. plus tambahan 10% sehingga total 440 ribu, kematian udang di tambak Yaskun hanya 20 ribu ekor! Udang, vanamei yang dihasilkan tambaknya memiliki tingkat kelangsungan hidup (survival rate,/SR) mencapai 105%! Karuan saja, prestasi pria 60 tahun ini mengundang decak kagum petambak lain di desanya.
Produksi total tambak Yaskun yang dipanen pada medio Agustus lalu mencapai 11,8 ton dengan ukuran 35 (35 ekor/ kg). Lebih rnenggembirakan lagi. harga penjualannya juga tinggi. Rp 62.050 per kg.
Ini hanyalah satu kisah sukses budidaya udang di Kandang Semangkon, Paciran, Lamongan. Jawa Timur. Di daerah tersebut, budidaya udang menjadi mata pencaharian utama sebagian warga. Selain Yaskun. ada Mardiono, petambak yang juga sukses meraup untung besar dari budidaya udang.
Persiapan Matang
"Kuncinya, persiapan lahan harus matang dan sterilisasi harus berani." kata Yaskun berbagi kiat sukses. Dalam hal ini. dia tidak mau ambil risiko. Karenanya, Yaskun melebihkan hitungan ketinggian air dan luas area dari hitungan yang dilakukan teknisi. Dan jika menangani tambak yang pernah terjangkit penyakit. sterilisasi bisa dua kali lipat dari hitungan sebenarnya. "Biar aman."
Cara ini juga diyakini Mardiono sangat ampuh untuk mengantisipasi penyakit. Memang akan menambah pengeluaran sedikit. Tapi kalau aman untungnya lebih besar." katanva. Disamping itu. Mardiono menekankan. SOP (Standard Operational Procedure) harus besar-besar ditaati. Yaitu meliputi sterilisasi, probiotik. benur SPF (Spesific Pathogen Free), pagar keliling serta senar penghalang burung.
Marketing Manager PT Central Proteinaprima. Nonot Tri Waluyo yang juga ada pada saat panen tersebut menyatakan hal serupa. SOP harus diterapkan sejak persiapan lahan. "Random potensialnya harus +50.- kata Nonot. Random antar tambak ini. imbuh Nonot. biasanya bervariasi. Namun setelah diisi air harus +50. sehingga diketahui jumlah kapur yang harus ditabur di lahan tambak. Lahan tambak kemudian diukur lagi.
jika kurang dikapur yang kedua. diukur lagi baru masuk air. Kalau lahan kena penyakit dianjurkan memakai kaporit untuk meminimalkan bibit-bibit penyakit. Kalau tidak, maka kepiting dan udang-udangan harus dihilangkan. Jika plankton sudah jadi, baru benur ditebar.
Tambah Kincir
Untuk memperoleh ukuran udang yang besar saat panen. Mardiono juga mempunyai cara khusus. Yaitu dengan menambah kincir. Jika kincir cukup maka akan berdampak positif bagi pertumbuhan dari produksi yang dihasilkan.
Pada awal-awal melakukan budidaya udang, size udang yang yang dihasilkan Mardiono adalah 70. Size tersebut kemudian terns ditingkatkan dengan cara menambah dan memodifikasi kincir airnya. Pada siklus pertama misalnya. Mardiono mencoba tebar satu petak seluas 1,2 Ha dengan kepadatan 30 ekor/m, tebaran 350 ribu ekor, kincir angin 3 lengan (30 daun kipas). Umur 93 hari dipanen dengan size 70, hasil panen 4.3 ton.
Lalu siklus kedua kepadatan tetap tetapi ia tambahkan kincirjadi 4 lengan (40 daun kipas). "Berdasar pengalaman, kalau dulu dengan 3 lengan hasil panen 4,3 ton. ternyata dengan 4 lengan kepadatan sama. luas dan umur yang sama hasilnya meningkat jadi 5.7 ton dengan size 65," kata Mardiono.
Berikutnya siklus ke-3 kepadatan ditingkatkan lagi jadi 40 ekor/m. Modifikasi mesin penggerak dilakukan. Satu mesin dengan dua lengan (20 daun kipas). Ada 4 mesin penggerak sehingga terbentuk 80 daun kipas. Hasil yang didapat cukup membanggakan, 10 ton dengan size 45. Siklus ke-5 tambak satu lengan jadi 90 daun dengan kepadatan 50 ekor/m hasil panen 13,5 ton dengan size 37 dan SR 85-90%. Hingga pada panen kali ini. udang Mardiono berhasil mencapai size 34 dan 36.
Dalam hal pengaturan kincir. Mardiono menjalankan seluruh kincirnya ketika malam hari. "Kincir kalau malam jalan semua. kalau siang kita rolling minimal 2 set. Daripada kekurangan oksigen saat molting masal lebih baik kincir dilebihkan." Sementara kalau siang, keberadaan sinar matahari cukup membantu pasokan oksigen. Setelah umur di atas 100 hari dilakukan pengecekan oksigen seminggu sekali. Ini untuk mengantisipasi molting massal karena size bestir dan kepadatan
tinggi.
Dalam pemberian pakan. Mardiono mengikuti standar baku dari inti yang diikutinya selama 1 bulan. Konsumsi pakan disesuaikan dengan benur yang ditebar. Target pertumbuhan Mardiono pada umur 60 hari adalah size maksimal 100. lebih rendah dibanding standar baku 120-125. Setelah tahu cepat atau lambatnya pertumbuhan, pakan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
"Jika pada umur itu size di atas standar berarti dimungkinkan benur lebih. Kita ambil sikap menambah pakan," jelas Mardiono panjang lebar.
Menurut Nonot, tindakan ini diambil agar pakan tidak berlebih. Jika berlebih, risikonya FCR akan tinggi, keuntungan berkurang, disamping itu tambakiadi tercemar bahan racun. "SOP yang gagal harus dievaluasi," kata Nonot. Dia menambahkan, masa-masa genting adalah ketika umur di bawah satu bulan. Karena
itu persiapan maksimal, harus ditekankan dari awal.
Penvakit
Soal penanganan penyakit, Mardiono menekankan pentingnya sterilisasi. la pernah mencoba lahan yang sering gagal dalam budidaya vanamei sehingga lahan tersebut disingkiri orang. "Saya coba terapkan SOP standar. masih gagal. Akhirnya saya berpikir untuk sterilisasi 2 x lipat, akhirnya berhasil dan bisa panen 16 ton."
Menurut Nonot, petambak yang gagal rata-rata karena tidak mau menerapkan SOP. "Padahal, SOP ini hal mutlak. Selain itu bagi yang gagal juga harus berbenah dan melakukan persiapan maksimal," kata Nonot. Dengan SOP yang intensif, penyakit seperti vibrio, white spot, dan mio dapat terminimalisir. Untuk persiapan antara lain dengan memakai pagar pembatas dan senar penghalau burung.
Di Kandang Semangkon, pagar pembatas menggunakan plastik/terpal yang ditanam sekitar 50 cm dan 1-1.5 meter di atas tanah. Senar penghalau burung idealnya menurut Nonot berjarak 40-60 cm. Di Kandang Semangkon, penghalau burung ini dimodifikasi dengan dengan kertas/plastik yang mirip layang-layang, sehingga jarak antar senar lebih lebar. Kedua hat ini difungsikan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari tambak lain. "Alat ini fungsinya untuk mencegah hewan liar masuk ke tambak. Seperti kepiting dan burung yang makan udang dari tambak yang terkena penyakit lalu jatuh ke tambak yang sehat," kata Nonot.
Hal penting lainnya adalah pengecekan air dan warna air. Pada musim kemarau air diupayakan mendekati warna hijau kecoklatan sedang untuk musim hujan warna air harus coklat kehijauan. "Pada musim kemarau air cenderung ke arah kecoklatan, untuk mempertahankannya saya menggunakan bahan aktif yang bisa menyeimbangkan nitrogen/nitrifikasi bakteri. Sedang pada musim hujan biasanya menggunakan fotosintesa bakteri seperti rodococcus, rodobacter. Pencegahan penyakit vibrio menggunakan Bacillus substillis."
Selain itu para petambakjuga menerapkan penggunaan probiotik, vitamin C dan multivitamin dalam budidayanya. "Probiotik memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan hasil panen juga lebih tinggi. Kami juga tidak khawatir soal pagar," tandas Mardiono.*
sumber : Trobos september 2008
Selasa, 03 Maret 2009
Ikan karper
Di Indonesia, ikan karper memiliki beberapa nama sebutan yakni ikan mas, kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.
Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sisrip memanjang.
Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil.
Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.
Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi.
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.
sumber : http://id.wikipedia.org
Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sisrip memanjang.
Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil.
Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.
Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi.
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.
sumber : http://id.wikipedia.org
membran elektron Senjata Taklukkan Virus Udang
membran elektron Senjata Taklukkan Virus Udang
Alat ini dirancang khusus untuk melumpuhkan virus mematikan pada udang
Lahan tambak udang di pantai utara Pulau Jawa (pantura) kualitasnya sangat buruk. Selain tercemar oleh timbunan limbah industri dan rumah tangga, lahan-lahan tambak di sana juga mengalami penurunan kualitas akibat seringnya penggunaan lahan budidaya tanpa ada perbaikan. Bak menegakkan benang basah, upaya budidaya di lahan tersebut nyaris selalu menjumpai kegagalan. Alih-alih panen, udang tak sanggup bertahan lebih dari 20 hari.
Tapi bagi Endi MuchtarUdin, itu cerita udang. Petambak udang dari Sungai Buntu, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini berhasil mematahkan anggapan bahwa pantura tak bisa untuk budidaya udang. Tiga kali panen berturut-turut, Endi menangguk untung besar budidaya udang di lokasi tambak yang sebelumnya mangkrak (idle/tambak rusak dan tak terpakai).
Hebatnya lagi, jenis udang yang dibudidayakan lelaki paruh baya tersebut adalah windu (Penaeus monodon), yang tingkat kesulitan budidaya lebih tinggi dibandingkan jenis vaname (Penaeus vannamei). Rahasianya, kata Endi, menggunakan senjata ME-1 (membran elektron 1)
untuk melawan virus. Alat ini mampu melumpuhkan virus-virus penyebab penyakit pada udang. Beragam virus yang selama ini menghantui para petambak udang seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), Infectious Hypodermal Hemathopoetic Necrosis Virus (IHHNV), Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) dan Virus Nervous Necrosis (VNN) akan bisa ditaklukkan.
Tembak DNA Virus
Membran elektron adalah suatu instrumen pembangkit elektron kecepatan tinggi yang dirancang khusus untuk mengurangi jumlah virus dalam air. Alat ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama disebut generator elektron (box driver generator electrons) yang berfungsi membangkitkan elektron berkecepatan tinggi. Bagian dua adalah elektroda kassa berlapis plating yang dilekatkan bagian dalam pipa paralon. Fungsinya membuat zona kaya elektron dalam air. Zona elektron yang dihasilkan tersebut akan mengganggu ikatan protein pada virus yang melewatinya. Sehingga air yang mengalir melalui zona ini akan bebas virus.
Alas dipasang pada pipa tandon air di tambak dan bekerja ketika proses pengisian air. "Prinsipnya adalah merusak DNA virus di dalam air yang akan masuk ke tambak," papar Endi. Cara kerjanya, listrik berdaya maksimum 75 watt (untuk 1 unit ME-1) dialirkan ke elektroda kassa sehingga membentuk membran elektron. Air yang akan masuk tambak diatur melewati membran tersebut dengan debit air maksimum 25 liter per detik. Jika ada virus yang lewat, maka DNA-nya akan tertembak oleh elektron hingga rangkaiannya rusak.
Menurut Endi, 1 unit ME-1 berdiameter paralon 6 - 8 inchi bisa digunakan untuk tambak seluas 5 hektar. Biaya pembuatan satu unit ME-1 berkisar Rp 10 juta. Masa pakai kasa sampai 8 bulan. atau dua kali siklus. Tapi akan lebih bagus apabila setiap siklus dilakukan pergantian kassa yang biayanya tak lebih Rp 500 ribu. Cara ini akan membuat hasil kerja ME-1 maksimal.
Endi mengaku, dirinya tidak sendirian membuat ME-1, tapi bersama-sama dengan Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut. Air Payau dan Udang (BPBPLAPU) Karawang. Di tempat inilah. Endi biasa mencari jawab atas permasalahan yang dihadapinya dalam budidaya udang.
Dede Sunendar, Kepala BPBPLAPU menyatakan, teknologi membran elektron terbukti mampu menanggulangi virus. "Di tempat kami ada tandon yang sudah terdeteksi positif terkena WSSV. Tandon tersebut dipasangi dengan membran elektron dan setelah itu air yang keluar dari tandon menjadi bebas virus," kata Dede.
Menurut dia, tambak-tambak di kawasan BPBPLAPU selama ini dinyatakan tak bisa lagi ditanami udang. Namun dengan ME-1, kini tambak-tambak tersebut bisa berproduksi kembali dengan hasil yang memuaskan. BPBPLAPU menggunakan ME-1 di dua tempat berbeda. Pada lahan tambak vaname sistem intensif seluas 4,2 hektar, padat tebar mencapai 360 ribu, panen mencapai 3,2 ton. Sementara lahan seluas 2,4 hektar, padat tebar 75 ribu,
sistem polikultur antara udang vaname dan rumput laut (Gracilaria), bisa panen 8,2 kuintal udang.
Endi dan pihak BPBPLAPU berniat akan terus menyempurnakan ME-1 ini. Misalnya, kata Endi, melengkapi ME-1 dengan kecepatan frekuensi sehingga hasilnya lebih optimal.
Bacillus Sungai Buntus
Namun, balk Endi dan Dede
mengingatkan, keberhasilan budidaya udang windu maupun vaname di tambak
mangkrak bukan semata karena adanya ME-1, melainkan juga harus menerapkan
sistem probiotik yang bakterinya diambil dari tambak setempat. Endi dan BPBPLAPU juga telah berhasil mengembangkan
bakteri probiotik yang diisolasi dari tambaknya sendiri (TROBOS edisi 103, April 2008). Bakteri ini akan bisa menghancurkan kelebihan (sisa-sisa)
bahan organik tambak yang jadi penyebab penurunan kualitas tambak.
Untuk sementara, bakteri probiotik yang berhasil diisolasi dari tambak mereka adalah jenis Bacillus dan Thiobacillus subtillis. "Namanya Bacillus sungai buntus," kata Endi berseloroh menyebut Hama bakteri yang diisolasi dari tambaknya.
Kepala Seksi Pengujian BPBPLAPU, Man Riswan menyebutkan, penggunaan probiotik dilakukan secara terus menerus.
Pemberiannya dilakukan setelah
1x24 jam proses pengkulturan
bakteri. Untuk pengkulturan
bakteri Bacillus, BPBPLAPU
menggunakan formula 1 liter
Bacillus, 1 kg pakan, 1 kg gula
dan 100 liter air tawar. Probiotik
Bacillus ini berperan dalam
menyerap kandungan protein
pakan. Artinya probiotik ini akan
berkontribusi dalam ketersediaan
protein dalam tambak.
Sementarauntuk Thiobacillus, formulanya terdiri atas 1 liter Thiobacillus, 1 kg nutrisi, 1 kg gula dan 100 liter air tawar. Untuk yang jenis terakhir berperan dalam mengurangi kadar H,S dalam tambak dan untuk mencerahkan warna air.
Saat persiapan lahan (sebelum diisi air) probiotik yang diberikan lebih banyak. Misalnya pada tambak di BPBPLAPU seluas 1600 m2, probiotik yang diberikan mencapai 40 liter hasil kultur (campuran formula). Sedangkan ketika udang sudah masuk tambak, dosis dikurangi menjadi 15 - 20 liter untuk lahan yang sama.
Disamping penggunaan probiotik, Kepala Seksi Aplikasi Teknologi Budidaya Bandeng BPBPLAPU, Adang Solihin menambahkan, budidaya udang di tambak mangkrakjuga akan sukses dengan memberikan perlakuan khusus saat pengeringan lahan. Yaitu membakar jerami (atau bahan lain) di atas lahan untuk mematikan bakteri dan virus yang ada di tambak tersebut. Cara ini juga bisa digunakan untuk menambah unsur karbon dalam tambak. Pihak BPBPLAPU dalam hal ini menghabiskan sekitar 6 ton jerami untuk tambak seluas 4,2 hektar. Menurut Adang, pembakaran jerami terutama diterapkan untuk lahan tambak yang berlumpur.
sumber : Trobos 2008
Alat ini dirancang khusus untuk melumpuhkan virus mematikan pada udang
Lahan tambak udang di pantai utara Pulau Jawa (pantura) kualitasnya sangat buruk. Selain tercemar oleh timbunan limbah industri dan rumah tangga, lahan-lahan tambak di sana juga mengalami penurunan kualitas akibat seringnya penggunaan lahan budidaya tanpa ada perbaikan. Bak menegakkan benang basah, upaya budidaya di lahan tersebut nyaris selalu menjumpai kegagalan. Alih-alih panen, udang tak sanggup bertahan lebih dari 20 hari.
Tapi bagi Endi MuchtarUdin, itu cerita udang. Petambak udang dari Sungai Buntu, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini berhasil mematahkan anggapan bahwa pantura tak bisa untuk budidaya udang. Tiga kali panen berturut-turut, Endi menangguk untung besar budidaya udang di lokasi tambak yang sebelumnya mangkrak (idle/tambak rusak dan tak terpakai).
Hebatnya lagi, jenis udang yang dibudidayakan lelaki paruh baya tersebut adalah windu (Penaeus monodon), yang tingkat kesulitan budidaya lebih tinggi dibandingkan jenis vaname (Penaeus vannamei). Rahasianya, kata Endi, menggunakan senjata ME-1 (membran elektron 1)
untuk melawan virus. Alat ini mampu melumpuhkan virus-virus penyebab penyakit pada udang. Beragam virus yang selama ini menghantui para petambak udang seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), Infectious Hypodermal Hemathopoetic Necrosis Virus (IHHNV), Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) dan Virus Nervous Necrosis (VNN) akan bisa ditaklukkan.
Tembak DNA Virus
Membran elektron adalah suatu instrumen pembangkit elektron kecepatan tinggi yang dirancang khusus untuk mengurangi jumlah virus dalam air. Alat ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama disebut generator elektron (box driver generator electrons) yang berfungsi membangkitkan elektron berkecepatan tinggi. Bagian dua adalah elektroda kassa berlapis plating yang dilekatkan bagian dalam pipa paralon. Fungsinya membuat zona kaya elektron dalam air. Zona elektron yang dihasilkan tersebut akan mengganggu ikatan protein pada virus yang melewatinya. Sehingga air yang mengalir melalui zona ini akan bebas virus.
Alas dipasang pada pipa tandon air di tambak dan bekerja ketika proses pengisian air. "Prinsipnya adalah merusak DNA virus di dalam air yang akan masuk ke tambak," papar Endi. Cara kerjanya, listrik berdaya maksimum 75 watt (untuk 1 unit ME-1) dialirkan ke elektroda kassa sehingga membentuk membran elektron. Air yang akan masuk tambak diatur melewati membran tersebut dengan debit air maksimum 25 liter per detik. Jika ada virus yang lewat, maka DNA-nya akan tertembak oleh elektron hingga rangkaiannya rusak.
Menurut Endi, 1 unit ME-1 berdiameter paralon 6 - 8 inchi bisa digunakan untuk tambak seluas 5 hektar. Biaya pembuatan satu unit ME-1 berkisar Rp 10 juta. Masa pakai kasa sampai 8 bulan. atau dua kali siklus. Tapi akan lebih bagus apabila setiap siklus dilakukan pergantian kassa yang biayanya tak lebih Rp 500 ribu. Cara ini akan membuat hasil kerja ME-1 maksimal.
Endi mengaku, dirinya tidak sendirian membuat ME-1, tapi bersama-sama dengan Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut. Air Payau dan Udang (BPBPLAPU) Karawang. Di tempat inilah. Endi biasa mencari jawab atas permasalahan yang dihadapinya dalam budidaya udang.
Dede Sunendar, Kepala BPBPLAPU menyatakan, teknologi membran elektron terbukti mampu menanggulangi virus. "Di tempat kami ada tandon yang sudah terdeteksi positif terkena WSSV. Tandon tersebut dipasangi dengan membran elektron dan setelah itu air yang keluar dari tandon menjadi bebas virus," kata Dede.
Menurut dia, tambak-tambak di kawasan BPBPLAPU selama ini dinyatakan tak bisa lagi ditanami udang. Namun dengan ME-1, kini tambak-tambak tersebut bisa berproduksi kembali dengan hasil yang memuaskan. BPBPLAPU menggunakan ME-1 di dua tempat berbeda. Pada lahan tambak vaname sistem intensif seluas 4,2 hektar, padat tebar mencapai 360 ribu, panen mencapai 3,2 ton. Sementara lahan seluas 2,4 hektar, padat tebar 75 ribu,
sistem polikultur antara udang vaname dan rumput laut (Gracilaria), bisa panen 8,2 kuintal udang.
Endi dan pihak BPBPLAPU berniat akan terus menyempurnakan ME-1 ini. Misalnya, kata Endi, melengkapi ME-1 dengan kecepatan frekuensi sehingga hasilnya lebih optimal.
Bacillus Sungai Buntus
Namun, balk Endi dan Dede
mengingatkan, keberhasilan budidaya udang windu maupun vaname di tambak
mangkrak bukan semata karena adanya ME-1, melainkan juga harus menerapkan
sistem probiotik yang bakterinya diambil dari tambak setempat. Endi dan BPBPLAPU juga telah berhasil mengembangkan
bakteri probiotik yang diisolasi dari tambaknya sendiri (TROBOS edisi 103, April 2008). Bakteri ini akan bisa menghancurkan kelebihan (sisa-sisa)
bahan organik tambak yang jadi penyebab penurunan kualitas tambak.
Untuk sementara, bakteri probiotik yang berhasil diisolasi dari tambak mereka adalah jenis Bacillus dan Thiobacillus subtillis. "Namanya Bacillus sungai buntus," kata Endi berseloroh menyebut Hama bakteri yang diisolasi dari tambaknya.
Kepala Seksi Pengujian BPBPLAPU, Man Riswan menyebutkan, penggunaan probiotik dilakukan secara terus menerus.
Pemberiannya dilakukan setelah
1x24 jam proses pengkulturan
bakteri. Untuk pengkulturan
bakteri Bacillus, BPBPLAPU
menggunakan formula 1 liter
Bacillus, 1 kg pakan, 1 kg gula
dan 100 liter air tawar. Probiotik
Bacillus ini berperan dalam
menyerap kandungan protein
pakan. Artinya probiotik ini akan
berkontribusi dalam ketersediaan
protein dalam tambak.
Sementarauntuk Thiobacillus, formulanya terdiri atas 1 liter Thiobacillus, 1 kg nutrisi, 1 kg gula dan 100 liter air tawar. Untuk yang jenis terakhir berperan dalam mengurangi kadar H,S dalam tambak dan untuk mencerahkan warna air.
Saat persiapan lahan (sebelum diisi air) probiotik yang diberikan lebih banyak. Misalnya pada tambak di BPBPLAPU seluas 1600 m2, probiotik yang diberikan mencapai 40 liter hasil kultur (campuran formula). Sedangkan ketika udang sudah masuk tambak, dosis dikurangi menjadi 15 - 20 liter untuk lahan yang sama.
Disamping penggunaan probiotik, Kepala Seksi Aplikasi Teknologi Budidaya Bandeng BPBPLAPU, Adang Solihin menambahkan, budidaya udang di tambak mangkrakjuga akan sukses dengan memberikan perlakuan khusus saat pengeringan lahan. Yaitu membakar jerami (atau bahan lain) di atas lahan untuk mematikan bakteri dan virus yang ada di tambak tersebut. Cara ini juga bisa digunakan untuk menambah unsur karbon dalam tambak. Pihak BPBPLAPU dalam hal ini menghabiskan sekitar 6 ton jerami untuk tambak seluas 4,2 hektar. Menurut Adang, pembakaran jerami terutama diterapkan untuk lahan tambak yang berlumpur.
sumber : Trobos 2008
Langganan:
Postingan (Atom)