I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Akuakultur saat ini menjadi kegiatan ekonomi yangpenting dan saat ini menghadapi kendala yang penting yang mampu menimbulkankerugian ekonomis yang besar, permasalahan itu adalah penyakit yang disebabkanbakteri pathogen. Peningkatan penggunaan antibiotik pada akuakultur malahdiikuti oleh bertambahnya penyakit patogenik dan seringkali hal ini sekarangdikaitkan dengan meningkatnya resistensi bakteri patogen terhadap bahan kimia(antibiotik).
Beberapa kandidat probiotik menunjukkan efek antiviruswalaupun mekanisme kerja probiotik ini belum jelas akan tetapi eksperimen labmenunjukkan bahwa inaktivasi virus dapat dimediasi oleh substansi kimiawi danbiologis yang diekstrak dari algae maupun extra celullar agent dari bakteri. Sangatpenting untuk mengetahui mekanisme kerja probiotik dalam menentukan kriteriauntuk probiotik yang berguna untuk mencegah berkembangnya pathogen. Studi yangmendalam masih harus terus dikaji antara lain pengaruh probiotik secara invivo, pengembangan teknologi molekular untuk seleksi probiotik dan juga untuklebih memahami kinerja, komposisi dan fungsi dari probiotik. Efisiensipenerapan probiotik dalam akuakultur akan sangat bergantung dari pengetahuanspesies dan atau strain dari bakteri probiotik ini
1.2.Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari metode seleksibakteri probiotik untuk akuakultur.
II. METODOLOGI
2.1.Waktu dan Tempat
2.2.Alat dan Bahan
Peralatang yangdipergunakan pada praktikum kali ini antara lain yaitu cawan petri, tabungreaksi, pipet 1 ml steril, batang penyebar, kertas cakram, pembakar spiritus(bunsen), dan korek api. Sedangkan bahan ynag digunakan pada praktikum iniantara lain yaitu media TCBS (TioshulfateCitrate Bile-Salt Sucrose) dalam cawan, media SWC (Sea Water Complete), kultur murni bakteri pathogen, dan kulturmurni bakteri kandidat probiotik.
2.3.Prosedur Kerja
2.3.1. Metode Kertas Cakram
Cara yang dilakukan dalam penyebaran ini diupayakan agartetap dalam keadaan steril dan bebas dari kontaminan. Alcohol 70% di semprotkan pada meja dan tangan untuk meminimalisterjadinya kontaminasi. Nyalakan api Bunsen panaskan pipet dan batang penyebaryang digunakan untuk memindahkan bakteri.. Satu koloni tunggal bakteri pathogen(Vibrio harveyi) disuspensikan pada 1ml larutan garam fisiologis kemudian disebar sebanyak 0,1 ml pada mediaSWC-agar dan dibiarkan beberapa menit hingga kering. Satu koloni tunggalkandidat probiotik disuspensikan pada 1 ml larutan garam fisiologis. Kertascakram dicelupkan pada suspensi bakteri kandidat probiotik kemudian ditaruh diatas permukaan media SWC-agar yang sudah mengandung bakteri pathogen.Diinkubasi semalam atau 24 jam pada suhu ruang kemudian diamati dan diukur zonabening.
2.3.2. Penghambatan pertumbuhan pada media cair
Sama dengan cara pada prosedur sebelumnya perlakuan padapertumbuhan pada media cair ini juga dilakukan dengan steril. Satu kolonitunggal bakteri pathogen (Vibrio harveyi,koloni hijau pada media TCBS) ditumbuhkan dan satu koloni bakteri kandidatprobiotik (Pseudoalteromonas, tidaktumbuh pada media TCBS) bersama-sama pada media SWC cair selama semalam padasuhu ruang. Pengenceran serial dibuat hingga pengenceran 105 – 107untuk kontrol dan pngenceran 100-10-2 untuk kulturcampuran probiotik. Sebanyak 0,1 ml hasil pengenceran tersebut disebar padamedia TCBS. Diinkubasi semalam atau 24 jam pada suhu ruang kemudian dihitung jumlahkoloni yang tumbuh.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil
Berikut ini merupakan hasil pengamatan dari metodekertas cakram dan penghambatan pertumbuhan pada media cair :
Tabel 1. Metode Kertas Cakram
No | Bakteri patogen | Bakteri kandidat probiotik | Diameter zona hambat (cm) |
1. | Vibrio harveyi | M2 | 0.6 |
2. | Vibrio harveyi | S3 | 0.7 |
3. | Vibrio harveyi | M2 | 0.7 |
4. | Vibrio harveyi | S3 | 0.6 |
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dari tabel dapatdisimpulkan bahwa diameter amsing –masing zona hambat pada cawan berkisarantara 0.6-0.7cm hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi pebedaan yang jauhpada pertumbuhan bakteri.
Tabel 2. Penghambatan pertumbuhan pada media cair
No | Jenis bakteri | ∑ Koloni |
1. | V. harveyi 10-7 | - |
2. | V. harveyi 10-6 | - |
3. | V. harveyi 10-5 | - |
4. | V. harveyi + 1UB 100 | TBUD |
5. | V. harveyi + 1UB 10-1 | TBUD |
6. V. harveyi + 1UB 10-2 -
Berdasarkan table diatas diketahuibahwa bakteri V. harveyi baik pada pengenceran 10-5 10-6dan 10-7 dan pada V. harveyi + 1UB 100 , V.harveyi + 1UB 10-1 jumlahnyaTBUD dan dan tidak ada bakteri yangtumbuh pada V. harveyi + 1UB 102
3.2.Pembahasan
Probiotik merupakan substansiyang disekresi oleh suatu mikroorganisme yang merangsang pertumbuhanmikroorganisme lainnya (Lilley dan Stillwel, 1965 dalam Murni, 2004). Menurut Parker (1972) dalam Murni (2004) probiotik merupakan organisme besertasubstansinya yang dapat mendukung keseimbangan mikroba dalam saluranpencernaan. Sedangkan menurut Stark dan Wilson (1986) dalam Murni (2004) bahwa probiotik merupakan produk mikroorganismehidup dan non patogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan lajupertumbuhan, efisiensi konversi ransum dan kesehatan hewan. Dan menurut Fuller(1992) dalam Rajab (2006) bahwaprobiotik adalah mikrob hidup yang ditambahkan ke dalam pakan yang dapatmemberikan pengaruh menguntungkan bagi hewan inang dengan memperbaikikeseimbangan mikrob ususnya.
Menurut Gomez-Gil dan Roque(1998) dalam Rajab (2006), metode seleksi bakteri probiotikterdiri dari 8 tahapan utama, yaitu : 1) pengumpulan informasi dasar baik daristudi literatur maupun kenyataan di lapangan, seperti : informasi operasionaltambak atau usaha akuakultur lain, manajemen produksi dan pengendalianpenyakit, 2) penapisan mikroba, yaitu proses pemisahan mikroba dari campurannyaberdasarkan kriteria tertentu, seperti bakteri probiotik harus menguntungkaninangnya, mampu bertahan hidup dalam usus, dapat disiapkan sebagai produk selhidup pada skala industri, dan dapat terjaga stabilitas serta sintasan untukwaktu yang lama pada penyimpanan maupun di lapangan, 3) pengujian isolat dalammenghambat mikroba lain secara in vitro danin vivo, 4) pengujian patogenisitasterhadap inang, 5) pengujian skala laboratorium termasuk melihat pengaruhkandidat probiotik secara in vivoterhadap variabel imunologi, sintasan dan keragaan inang, serta uji tantangdengan patogen, 6) pengujian skala lapangan, dan 7) analisa ekonomi biaya-laba
Media yaitu suatu substratuntuk menumbuhkan bakteri, yang menjadi padat atau tetap tembus pandang padasuhu inkubasi (suhu yang cocok untuk pertumbuhan). Pada praktikum penggunaanpipet serologis secara aseptik digunakan media SWC (Sea Water Complete) yang berfungsi untukmenumbuhkan bakteri - bakteri yang berasal dari air laut. Bahan - bahan aktifyang terkandung pada media SWC (Sea WaterComplete) antara lain yaitu 5 gr Bacto pepton, 1 gr Yeast extract, 3 mlGliserol, 750 ml Air laut bersih, 250 ml akuades, 15 – 20 ml Bacto agar.Kandungan bahan aktif pada SWC (Sea WaterComplete) tersebut merupakan komposisi pada pembuatan media SWC sebanyak 1liter larutan SWC.
Bakteri atau mikroba yang digunakan pada praktikum kaliini yaitu biakan mikroba Vibrio harveyi yang diambil dari udang. Ciri-ciri morfologidan fisiologi Vibrio harveyi padamedium SWC (Sea Water Complete) yaituberbentuk koloni bulat dengan elevasi cembung, berwarna krem, berdiameter 2 – 3mm setelah inkubasi 24 jam pada suhu 28oC. Pada medium selektifuntuk genus Vibrio, yaitu TCBS-agar (Tiosulfate Citrate Bile-Salt Sucrose),koloni Vibrio harveyi berwarna hijaudan berpendar bila diamati di ruang gelap. (Lavilla-Pitogo et al (1990) dalam Ayuzar(2008). Pendaran (luminescence) ini terjadi karena bakteri ini mempunyai enzimlusiferase yang dapat mengkatalis reaksi yang memancarkan cahaya denganmenggunakan substrat berupa senyawa aldehid yang disebut lusiferin (Meigan 1991diacu dalam Meha 2003). Genus ini mempunyai sifat biokimia antara lain adalahoksidasi positif, fermentative terhadap glukosa dan sensitive terhadap ujivibriostatik 0/129 (2.4 diamino- 6.7-diisopropyllpteridin). (Meha 2003)
Vibrio harveyi pada umumnya bersifat patogen oportunistik, yaitu organisme yangdalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan dan berkembang darisifat saprofitik menjadi patogenik apabila kondisi lingkungan dan insangmemburuk. (Sunaryanto and Mariam (1986) dalamMeha (2003). Pada saat terjadinya wabah, populasi bakteri ini dapat meningkatmenjadi ribuan kali dalam wadah / bak pemeliharaan larva, dan hal ini terjadisetelah usaha budidaya udang windu berkembang secara intensif. (Lavilla-Pitogo et al (1990) dalam Ayuzar (2008). Menurut Saulnier et al. (2000) dalam Ayuzar (2008) beberapa galur Vibrio harveyi merupakan patogen dan penyeab utama penyakitvibriosis pada udang windu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan studivirulensi dari beberapa galur Vibrioharveyi yang diisolasi dari larva sekarat dan diinfeksi kembali pada udangsehat. Beberapa dari galur tersebut dapat menyebabkan kematian total larvaudang dengan dosis yang sangat rendah (102 CFU/ml). Umumnya bakteri Vibrio sp. Termasuk bakteri yangbersifat anaerobik fakultatif, yaitu bakteri yang dapat hidup baik tanpa ataudengan adanya oksigen.
Pada praktikum ini dapat dilihat hasil pengamatan padatabel 1 metode kertas cakram bahwa pada kertas cakram kisaran zona bening berada diantara 0.6-0.7 cm.Hal ini dapat dikatakan bahwa pada bakteri kandidat probiotik M2 sangat baikkarena daerah bening yang sangat luas sehingga pertumbuhan baktero pathogenseperti Vibrio harveyi dapat dihambatsemaksimal mungkin dan pada akuakultur tidak menyebabkan kematian pada udangyang dijangkit oleh Vibrio harveyi..
Pada praktikum ini dapat dilihat hasil pengamatan padatabel 2 penghambatan pertumbuhan padamedia cair bahwa pada pengenceran bakteri Vibrioharveyi 10-5 10,610-7tidak ditemukan bakteri yang tumbuh pada media TCBS, hal ini dimungkinkan antara lain karena pengenceran tidak berhasilatau mungkin karena terlalu encer sehingga bakteri yang ada hanya sedikit. Selainpengaruh pengenceran panas pada batangpenyebar saat disebat terlalu panas sehngga pada saat penyebaran bakteri yang seharusnya tumbuhakhirnya mati. Disamping itu pengerjaan yang tidak srteril dan kurang sesaidengan prosedur juga dapat menjadi penyebab bakteri tidak tumbuh.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat kesimpulan bahwa Semakin besar daerah atauzona bening maka semakin besar juga keefektifan bakteri probiotik dalammenghambat pertumbuhan bakteri pathogen dan praktikan telah mengetahui caraseleksi terhadap probiotik.
4.2.Saran
Praktikum kali ini sudah cukup berjalan dengan baiknamun akan lebih baik lagi jika untuk praktikum selanjutnya digunakan bakteripathogen yang berbeda sehingga praktikan mampu mengetahui keefektifan bakteriprobiotik dalam menghambat bakteri pathogen tersebut.
DAFTARPUSTAKA
Anonim, 2009. http://akuakultur.probiotik-dalam-akuakultur. [7 Juni 2009]
Ayuzar E. 2008. MekanismePenghambatan Bakteri Probiotik Terhadap Pertumbuhan Vibrio harveyi Pada LarvaUdang Windu (Penaeus monodon) [Skripsi]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Murni. 2004. Pengaruh Penambahan Bakteri Probiotik Bacillus sp. Dalam Pakan BuatanTerhadap Aktivitas Enzim Pencernaan, Efisiensi Pakan, Dan Pertumbuhan IkanGurami (Oshpronemus gouramy Lac.). [Tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Rajab, F. 2006. Isolasi Dan Seleksi Bakteri Probiotik Dari Lingkungan Tambak DanHatchery Untuk Pengendalian Penyakit Vibriosis Pada Larva Udang Eindu (Penaeusmonodon). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar