Rabu, 29 Desember 2010
Gyrodactyliasis (cacing Kulit) Penyebab : Gyrodactylus spp.
Bio-Ekologi Patogen :
• Ekto-parasit, bersifat obligat parasitik dan berkembang biak dengan beranak.
• Gyrodactylus sp. tidak memiliki titik mata, dan pada ujung kepalanya terdapat 2 buah tonjolan
• Penularan terjadi secara horizontal, pada saat anak cacing lahir dari induknya
• Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih dan organ target meliputi seluruh permukaan tubuh ikan, terutama kulit dan sirip.
Infeksi berat dapat mematikan 30-100% dalam tempo beberapa minggu; terutama sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan cendawan
Gejala Klinis :
• Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, pertumbuhan lambat, dan produksi lendir berlebih
• Peradangan pada kulit disertai warna kemerahan pada lokasi penempelan cacing
• Menggosok-gosokkan badannya pada benda di sekitarnya
Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi
parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ insang.
Pengendalian :
• Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air > 29° C
• Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
• Ikan yang terserang gyrodactyliasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain:
✓ Larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000
ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam
✓ Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
✓ Larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih.
sumber : sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya, 2010
Minggu, 26 Desember 2010
Betta Fish Water
Betta Fish Water
Author:
Rafael Marquez
Chances are you got your betta fish at a pet store of somekind. If you had the typical experience, you got a person that told you nothing about the water requirements for your betta or anything else about betta fish care. They may or may not have told you that you needed to change the water, but gave you no guidance. Actually, when you got home and got a good smell of the water your betta was in, you decided to change the water out.
You may be inclined to think that any water will do. Most clean water looks, smells and tastes the same, unless it came out of a toilet bowl or something like that, right? Seriously though, different sources of water produce water that has many different characteristics. There are many invisible, and hard to distinguish factors that can have a bad effect on your betta. These invisible things could actually kill your betta.
Here are a couple of water parameters that you should keep in mind when taking care of your betta:
Water pH.
Without getting into a chemistry conversation, pH is a measure of the acidity of the water. If you think about what acid does, you\'ll understand the importance of keeping an eye on this measure. The range goes from 0-14 and the lower the number, the higher the acidity. A pH of 7 is a neutral reading, meaning that the water is neither acidic nor basic.
The thing with the pH level of water, is that it\'s tied closely to the source of the water.
Typically speaking, if your water comes from an underground source and has been seeped through lots of different rocks, it probably has a lot of dissolved minerals in it. Water with a lot of minerals dissolved in it is called 'hard water'. Water from lakes or ponds, where maybe there was a lot of decaying materials etc. usually has more acidity to it but is called 'soft water.' In some places, the rain water collects so many chemicals as it makes its way through the atmosphere that by the time it reaches the ground it\'s called 'acid rain.'
Lots of mineral in suspension = hard water = high pH. The opposite is also true, less minerals = soft water = low pH.
The only way to tell if your water has high or low pH is to measure it with a pH test kit. The test kits are cheap, but you must have one in order to test the acidity of the water. Most water in the US will test between 6-8, but hardly any water will test at the magical 7 without being treated.
Most tropical fish, such as bettas need water that has a neutral pH, meaning the water should test at a 7. To adjust the pH of the water, you need to add 'pH up' or 'pH down' depending on the case to the water, until it tests at a 7.
VERY IMPORTANT
Any adjustments to the pH must be done gradually. Bettas, like most fish, are very sensitive to sudden fluctuations in their water environment. Only add a few drops at a time of either solution to keep the change as gradual as possible.
Water Temperature
Fish are very sensitive to the temperature of their water.
Tropical fish like water temperatures between 75F and 82F. You may need to get a heater to keep the water within that temperature range, specially if you have a large tank. When it comes to water heaters for your fish tank, you really do get what you pay for, so get the best quality heater that you can afford. You do not need a heater if your tank is smaller than 5 gallons since you may end up cooking your fish.
Regardless of the size of your tank water temperature, is something that you can\'t see, so you\'ll need to have a thermometer for your tank. Just use one of those that stick to the side of the tank and you should be fine.
If you\'d like to learn more about what kind of water to use and learn more tips about betta fish care, click here to continue.
Visit bettafishguy.com for more information about betta fish care
Article Source: http://www.articlesbase.com/pets-articles/betta-fish-water-488169.html
About the AuthorRafael is a renaissance man. He likes to write about relationships, technology, marketing and whatever else strikes his fancy.
LESTARIKAN TERUMBU KARANG INDONESIA
Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-300C. Beberapa tempat tumbuhnya terumbu karang adalah pantai timur Afrika, pantai selatan India, Laut Merah, lepas pantai timur laut dan baratl laut Australia hingga ke Polynesia. Terumbu karang juga terdapat di pantai Florida, Karibia dan Brasil. Terumbu karang terbesar adalah Great Barier Reef di lepas pantai timur laut Australia dengan panjang sekitar 2000 km. Terumbu karang merupakan sumber makanan dan obat-obatan dan melindungi pantai dari erosi akibat gelombang laut.
Terumbu karang memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, c umi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.
Terumbu Karang Bunaken
Terumbu Karang Bunaken
Ada dua jenis terumbu karang yaitu terumbu karang keras (hard coral) dan terumbu karang lunak (soft coral). Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.
Terumbu karang ditemukan di sekitar 100 negara dan merupakan rumah tinggal bagi 25% habitat laut. Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat rentan di dunia. Dalam beberapa dekade terakhir sekitar 35 juta hektar terumbu karang di 93 negara mengalami kerusakan. Ketika terumbu karang mengalami stres akibat temperatur air laut yang meningkat, sinar ultraviolet dan perubahan lingkungan lainnya, maka ia akan kehilangan sel alga simbiotiknya. Akibatnya warnanya akan berubah menjadi putih dan jika tingkat stresnya sangat tinggi dapat menyebabkan terumbu karang tersebut mati.
Jika laju kerusakan terumbu karang tidak menurun, maka diperkirakan pada beberapa dekade ke depan sekitar 70% terumbu karang dunia akan mengalami kehancuran. Kenaikan temperatur air laut sebesar 1 hingga 20C dapat menyebabkan terumbu karang menjadi stres dan menghilangkan organisme mikroskopis yang bernama zooxanthellae yang merupakan pewarna jaringan dan penyedia nutrient dasar. Jika zooxanthellae tidak kembali, maka terumbu karang tersebut akan mati.
Selama 100 tahun terakhir, paras muka air laut naik 1 meter, suhu permukaan bumi naik 10C. Dunia kian dipadati manusia, lebih dari enam-setengah miliar jiwa. Perjuangan memenuhi kebutuhan hidup kian ganas. Industri wahana modernisani kian meluas dan kian rakus. Maka polusi pun kian kejam, khususnya ketika CO2 mengangkasa lalu merangsang tumbuhnya kubah raksasa yaitu efek rumahkaca, hingga pemanasan global (global warming) pun kian melelehkan es kedua kutub bumi. Maka menjadi tidak aneh ketika ribuan pakar dunia mengabarkan betapa cepatnya paras permukaan air laut naik. Menurut beberapa ahli pakar dunia mengatakan bahwa setiap kenaikan temperatur bumi 100C, permukaan air laut naik 1 meter. Faktanya, selama 100 tahun terakhir, paras muka air laut telah naik 1 meter. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka bukan tidak mungkin pada tahun 2030-an sekitar 2000 pulau milik Indonesia tenggelam.
Pemanasan global yang saat ini terjadi bukan hanya mengancam kehidupan manusia di atas permukaan tanah namun juga mengancam ekosistem terumbu karang di bawah laut. Pada peristiwa El Nino tahun 1997/1998, suhu permukaan air laut naik secara tiba-tiba, menyebabkan terjadinya pemutihan karang secara massal dan mematikan sekitar 16% terumbu karang di seluruh dunia. Sebagian besar diantaranya adalah terumbu karang yang berumur ratusan bahkan ribuan tahun.
Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan cukup luas di dunia, sangat memainkan peran penting untuk bisa menjaga paru-paru dunia. Sejauh ini hutan di percaya sebagai paru-paru dunia yang dapat mengikat emisi karbon yang di lepas ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global. Namun sesungguhnya Indonesia yang 2/3 wilayahnya adalah lautan, juga memiliki fungsi dan peran cukup besar dalam mengikat emisi karbon bahkan dua kali lipat dari kapasitas hutan. Emisi karbon yang sampai ke laut, diserap oleh phytoplankton yang jumlahnya sangat banyak dilautan dan kemudian ditenggelamkan ke dasar laut atau diubah menjadi sumber energi ketika phytoplankton tersebut dimakan oleh ikan dan biota laut lainya.
Indonesia merupakan negara pengekspor karang hidup terbesar dunia. Tercatat 200 ribu karang pada 2002 sampai 800 ribu karang pada 2005 telah di ekspor dari Indonesia. Sementara sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan mencapai US$ 600 juta per tahun. Ini karena Indonesia terletak dalam jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral triangle). Lokasi ini menjadikan Indonesia memiliki jumlah jenis karang terbesar di dunia dari sekitar 700 jenis karang di dunia, 590 diantaranya ada di Indonesia. Disisi lain coral triangle memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. lebih dari 120 juta orang hidupnya bergantung pada terumbu karang dan perikanan di kawasan tersebut. Coral triangle yang meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon ini, merupakan kawasan yang memiliki keanakaragaman hayati laut tertinggi di dunia khususnya terumbu karang.
Namun, pemanasan global juga membawa ancaman terhadap terumbu karang Indonesia, yang merupakan jantung kawasan segitiga karang dunia. Dampak dari naiknya suhu dan permukaan air laut yang terjadi pada akhir-akhir ini telah mengakibatkan 30% terumbu karang yang ada di Indonesia telah mengalami bleaching (pemutihan). Jika luas total terumbu karang yang ada di Indonesia 51.020 km2, terumbu karang yang mengalami pemutihan akibat pamanasan global ini sedikitnya telah mencapai 15.306 km2. Kondisi ini juga akan memberikan implikasi pada sosial ekonomi masyarakat sekitar dan pariwisata bahari.
Naiknya suhu dan permukaan air laut adalah dua kendala yang menjadi penyebab utama kerusakan dan kepunahan terumbu karang. Kedua kendala tersebut juga memberikan dampak serius pada ekologi samudera dan yang paling penting terumbu karang yang merupakan tempat tinggal berbagai macam mahluk hidup samudera. Hewan karang akan menjadi stres apabila terjadi kenaikan suhu lebih dari 2-30 celcius di atas suhu air laut normal. Pada saat stress, pigmen warna (Alga bersel satu atau zooxanthellae) yang melekat pada tubuhnya akan pergi ataupun mati sehingga menyebabkan terjadinya bleaching (pemutihan). Sebanyak 70-80 persen karang menggantungkan makanan pada alga tersebut, jadi mereka akan mengalami kelaparan ataupun kematian. Bila karang memutih atau mati, rantai makanan akan terputus yang berdampak pada ketersediaan ikan dilaut dan ekosistem laut.
Terumbu karang dapat mengurangi dampak dari pemanasan global. Terumbu karang dengan kondisi yang baik memiliki fungsi yang cukup luas, yaitu: memecah ombak dan mengurangi erosi; tempat cadangan deposisi kapur yang mengandung carbon; sebagai tempat berkembang-biak, mencari makan dan berlindung bagi ikan dan biota laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi mengurangi karbon yang lepas ke atmosfer sehingga dapat mengurangi kerusakan ozon. Tetapi pada terumbu karang dengan kondisi jelek terjadi pengurangan kapur yang mengakibatkan turunnya permukan terumbu karang. Sehingga gelombang laut tidak dapat lagi di pecah oleh terumbu karang yang letaknya menjadi jauh dibawah permukanan laut. Lambat laut, gempuran gelombang laut mengerus dataran rendah menjadi laut.
Salah satu usaha menghadapi ancaman pemanasan global adalah menjaga dan memelihara terumbu karang. Imam Bachtiar, salah seorang pemerhati terumbu karang sudah sering kali mengingatkan “Jika anda tidak memelihara terumbu karang di wilayah pesisir anda, cucu anda tidak dapat mewarisi tanah dan rumah anda sekarang, karena 100 tahun lagi akan menjadi laut. Akankah kita berdiam diri hingga prediksi ini benar-benar terjadi?”
Para pemerhati lingkungan juga melontarkan berbagai gagasan, ide dan saran kepada pengambil kebijakan untuk menjaga kondisi terumbu karang agar dapat berfungsi dengan baik. Salah satunya ajakan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Friends of the Reef (FoR) di beberapa lokasi di Asia Pasifik. Misi utama FoR adalah mengasilkan stategi untuk meningkatkan daya tahan dan daya lenting terumbu karang agar mampu menghadapi ancaman pemanasan global.
Baru-baru ini Presiden Republik Indonesia mengadakan pertemuan di Sydney dan telah mengumumkan sekaligus mengajak negara-negara di dunia, khususnya di kawasan Asia Pasifik untuk menjaga dan melindungi kawasan segitiga karang dunia yang dikenal dengan nama Coral Triangle. Indonesia bersama lima negara lainnya yaitu Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon mengumumkan sebuah inisiatif perlindungan terumbu karang yang di sebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini mendapat kesan positif dari negara- negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia.
Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati laut, terutama terumbu karang melalui CTI sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan upaya mengurangi kemiskinan. Jika terumbu karang terjaga baik, maka sumber perikanan juga akan terus memberikan pasokan makanan bagi manusia.
Salah satu institusi yang mengembangkan program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang adalah COREMAP yang menyampaikan informasi yang berimbang mengenai kondisi terumbu karang di Indonesia. Kemudian penggunaan slogan atau moto dalam program pengelolaan terumbu karang juga perlu mendapat perhatian khusus. Menjaga kelestarian terumbu karang bukan hanya menjadi tanggung jawab nelayan saja melainkan seluruh umat manusia di bumi ini.
Seharusnya mulai sejak sekarang kita peduli terhadap terumbu karang. Dengan menanamkan pendidikan kepada masyarakat luas (terutama yang tinggal di sepanjang garis pantai) mengenai fenomena ini melalui beberapa media seperti leaflet, booklet dan berbagai media komunikasi cetak lainnya perlu disebarkan ke masyarakat, termasuk melalui media eletronik, radio dan televisi. Kemudian adanya penegakan hukum dan partisipasi pesisir dalam menjaga keutuhan wilayah pesisir yang salah satunya dengan mengawasi dan menjaga aktifitas penambangan liar di daerah pesisir yang harus segera dihentikan. Dan yang paling penting untuk mengurangi dampak dari pemanasan global dengan kampanye tentang gas emisi dari macam-macam sumber yang ikut memperburuk kondisi ozon.
Mengupayakan kelestarian, perlindungan dan peningkatan kondisi ekosistem terumbu karang, terutama bagi kepentingan masyarakat yang kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemanfaatan ekosistem tersebut. Meningkatakan hubungan kerjasama antar institusi untuk dapat menyusun dan melaksanakan program-progam pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan dalam pemanfaatan sumber daya alam. Manyusun tata ruang dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk mempertahankan kelestarian ekosistem terumbu karang dan kelastarian fungsi ekologis terumbu karang. Dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan terumbu karang dengan meningkatkan peran sektor swasta dan kerjasama internasional merupakan kebijakan umum dalam pengelolaan terumbu karang di Indonesia.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Sabtu, 25 Desember 2010
Basic Tips For Fish Care
Basic Tips For Fish Care
Author:
Jody Siena
Fish care depends on the type of fish, which include saltwater fish (Marine Fish) and freshwater fish. (Non-Marine Fish). The type of aquarium also depends on the type of fish you intend to raise. If you purchase saltwater fish, it is important that you, daily check the status of your fish. If your fish seem healthy likely, you are doing something right. On the other hand, if your fish seem sickly then you need to take another course of action to maintain your fish’s health. It is important that you become familiar with each fish in your tank to help you spot behavior patterns. Familiarizing yourself with the fish will help you to notice peculiar changes in behaviors.
In addition, you want to make sure that you feed your fish according to their demands. Some fish require food every three days, while other fish may not. To maintain the water you will need to use filters, etc, to evaporate the water and remove chlorine build up, which you will also add calcium to. If you own saltwater fish it is recommended that, you add iodine salt at least 2-times each week to the tank. In addition, you want to clear the tank of photosynthetic organisms (Algae) buildup regularly.
Each week you will need to remove at least 10 percent and no more than 15of the aquarium water. Once you remove the water refill the tank with pure water. The process will help eliminate unwarranted chemicals. If you fill your tank with tap water, make sure you seek advice from your local pet shop, since these people know if the area water is sufficient to maintained fish health. Water builds up chlorine, ammonia, copper, metal, and so on. If you have chemical buildups in your water supply you will need to buy water purification systems, or else take measures to de-chemicalize your water. Chemical, biological, and mechanical filtration systems are available that most pet stores where fish are sold. Inquire with in.
When you change the fish water, make sure you remove rubbish from the gravel by drawing off your filters, vacuums, etc. You can purchase test kits and buffers at local pet shops where fish are sold as well. The tester kits are important to have, since you will need to test the fish aquarium at least every two weeks. After you test the water, it is recommended that you wait 24-hours before changing the water. The test kits will help you spot nitrite, ammonia, chlorine, metal, copper, calcium build up, nitrate, etc, including pH water levels. Bear in mind that fish produce their own level of nitrites, which is non-toxic to fish. Nitrite is defined as nitrous acidy salts, which esters of nitrite is produced from acids. Nitrates are utilized to change organic compounds and turn them into nitrates. Nitrates help to breakdown ammonia, turning the ammonia into nitrites while nitrates will produce ammonia build up. In addition, monthly you should check for alkalinity build up. Alkalinity is the measurement of alkali, which is concentrated and measured in terms of water pH. Test kits typically are used to test alkalinity.
Fish tanks typically include filtration systems or filters, such as the chemical, biological, and mechanical filters. It is important that you replace these filters once spoiled. Check the filters every two weeks.
In addition, each month you should replace at least a quarter of the fish water to purify. It is recommended that you keep records on specific details of fish care and aquarium care. To learn more go online now.
Article Source: http://www.articlesbase.com/pets-articles/basic-tips-for-fish-care-817419.html
About the AuthorLearn about leopard sharks and zebra shark at the Types Of Sharks site.
Jumat, 24 Desember 2010
Discus Fish Care: The Importance of the Water
by: Michael Hickmon
When it comes to discus fish care, it can be a quite complicated task to make sure that you fish are happy and healthy and getting everything that they need, discus fish are not really recommended for beginner aquarists but if you would like to give it a try, then there are some important factors that you should consider when it comes to discus fish care, and one of the most important factors in the health of a discus fish is the water.
Discus fish come from the Amazon River and so they are used to warmer and more acidic water types. The ideal temperature for a discus water tank should be around 26-31 C for adult fish and for baby discus and young discus fish, the ideal temperature of the water should be kept at 31 C. it is important for the water to be soft and acidic with a pH lever of between 5.5 and 6.5, and this is an ideal pH level for wild caught discus fish to maintain their health.
Many aquarists think that the water in a discus fish tank should be changed often (this is the same with any fish tank) but if you maintain a well planted tank that includes adequate filtration, lighting and bottom dwelling fish to clean up the mess that discus leave behind after eating, then this should keep the tank a lot cleaner and the water clearer for longer and you can simply top up the tank every other day with RO water. When it comes to the plants and other fish that you decide to keep in the water with your discus fish, you should choose fish and plants to compliment the discus so that they are able to thrive and do well.
When it comes to captive discus fish which have been bred, then it is possible for them to adapt to harder water which makes discus fish care that little bit easier. Captive discus can survive in water with a pH balance of up to 6.8 (this is not suitable if you are attempting to breed discus however, soft and acidic water is best for breeding) when the pH balance is low then it protects the discus fish from the poison of toxins which allows the discus to live in conditions that are almost the same as the water conditions that they were evolved from.
It is important to note that a pH level which drops below 5 can inhibit the growth of beneficial bacteria which can exist in the filter that you provide. So when it comes to discus fish care you must remember that the temperature and the pH balance of the water is very important any drop or change in the pH can cause the discus to get sick and can even cause them to die, which is why that it is not considered acceptable for inexperienced fish owners to look after discus fish, however we all must learn some where and if you are really interested in owning your own discus aquarium, then be sure to read up on all of the information that is available to you on discus fish care.
About The Author
The author has created a review site that provides you with the most In-Depth and Complete analysis of the best discus fish care guide on the planet, called Discus Fish Secrets. Visit the author's web site at:
http://pet-whisperer.com
Kamis, 23 Desember 2010
Penyuluh perikanan ditambah
PADANG Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan terpenuhinya tenaga penyuluh sektor perikanan sebanyak 15.350 orang untuk mengoptimalkan pengembangan gerakan masyarakat minapolltan dan kewirausahaan di sektor perikanan dan kelautan. Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan tenaga penyuluh pertanian berperan penting meningkatkan kapasitas produksi sektor perikanan dan kelautan di daerah sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang baik.
Untuk itu, tenaga penyuluh perikanan akan ditambah dengan kompetensi yang lebih semakin berkualitas, yaitu dengan memberikan pelatihan bagi 6.000 tenaga penyuluh dari pegawai negeri sipil dan lembaga swadaya masyarakat, (s/sw/s/fsd
Sumber : Bisnis Indonesia 23 Desember 2010,hal.i6
Rabu, 22 Desember 2010
Dactylogyriasis (Worms Gills)
Cause: Dactylogyrus spp., Cychlidogyrus spp., Quadricanthus spp.
Bio-Ecology Pathogens
• Ekto-obligate parasites that are parasitic and reproduce by laying eggs
• infect all species of freshwater fish, especially the size of the seed. Transmission occurs when infective face (Onchomiracidium).
• Dactylogyrus spp. has 2 pairs of eye point, and at the tip of his head there are 4 bumps. Cychlidogyrus spp. shape is more flattened at both ends, and only has a pair of eye point. Quadricanthus spp. shape
Dactylogyrus similar spp., and has a host of species that target specific groups of catfish.
• Severe infections can kill 30-100% within a few weeks
Clinical Symptoms:
• pale body color, decreased appetite, thin, nervous and slow
• Respiratory frequency increased, the production of excess mucus in the gills and often cavort
• Gather / closer to the water inlet
• Gills pale or swollen so that the open operculum
Diagnosis:
• Visual observation of behavior and clinical symptoms that arise
• Microscopic observation to see morphology
parasites through the production segment of the organ gill preparations.
Control:
• Maintaining water quality, especially the stabilization of the water temperature> 29 degrees Celsius
• Reducing the levels of dissolved organic material and / or increase the frequency of water changes
• Dactylogyriasis attacked fish with prevalence and intensity level is low, treatment can be done by soaking several types of disinfectants, among others:
✓ salt solution at a concentration 500-10000
ppm (depending on the type and age of fish) for 24 hours
✓ Solution Potassium Permanganate (PK) at a dose of 4 ppm for 12 hours
✓ formalin solution at doses of 25-50 ppm for 24 hours or more
✓ Glacial acetic acid 0.5 ml / L for 30 seconds every 2 days for 3 - 4 times
source: Ministry of Maritime Affairs and Fisheries of Indonesia, Directorate General of Aquaculture, Fish and Environmental Health Directorate, 2010
Senin, 20 Desember 2010
Budidaya yang Sesuai dengan Potensi Perikanan di Jawa Tengah
Perikanan budidaya di Jawa Tengah saat ini didominasi oleh usaha skala kecil. Perikanan budidaya mempunyai peranan strategis untuk mengantisipasi menurunnya sumberdaya ikan akibat eksploitasi yang berlebihan serta diharapkan dapat berperan dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Komoditas unggulan perikanan budidaya di provinsi Jawa Tengah adalah Nila, Lele, Rumput laut (Gracillia sp) dan kepiting bakau.
Berdasarkan pada kondisi potensi, keragaan, peluang serta tantangan yang dihadapi, maka visi pembangunan perikanan budidaya di Provinsi Jawa Tengah adalah mewujudkan perikanan budidaya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi andalan melalui sistem usaha budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Oleh karena itu, pemanfaaatan sumberdaya perikanan budidaya yang belum optimal harus dikelola secara berkesinambungan dengan memperhatikan daya dukung lahan serta kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan code of conduct for fisheries sehingga sistem usaha perikanan budidaya mampu mensejahterakan masyarakat pelaku usaha secara adil dengan berpihak kepada usaha skala kecil dan menengah. Implementasi dari visi tersebut ditetapkan 5 (lima) misi pembangunan perikanan budidaya di Provinsi Jawa Tengah :
a. Menyediakan bahan pangan, bahan baku industri dan ekspor;
b. Membangun perikanan budidaya berbasis IPTEK yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan;
c. Menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha;
d. Menciptakan iklim usaha budidaya yang kondusif;
e. Memulihkan perlindungan sumberdaya dan lingkungan ekspor.
a. Potensi Budidaya Air Tawar
Perairan tawar merupakan sumberdaya alam di Jawa Tengah yang masih belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ini meliputi budidaya kolam, sawah, waduk (22.999ha), rawa (3.673 ha), sungai (15.509,9 ha) dan genangan air lainnya. Apabila potensi ini dikelola dengan baik untuk usaha perikanan budidaya tentunya dapat memeberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan perikanan di daerah ini. Waduk alam dan buatan yang merupakan waduk besar maupun kecil yang ada di Propinsi Jawa Tengah seluruhnya ada 39 buah, sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan budidaya di keramba maupun jaring apung, yang antara lain terdapat di Waduk Gajahmungkur (Kab.Wonogiri), Waduk Wadaslintang (Kab. Wonosobo), Waduk Mrica (Kab.Banjarnegara), dan Waduk Kedung Ombo (Kab Sragen, Boyolali, dan Grobogan). Budidaya KJA (Keramba Jaring Apung) di waduk-waduk tersebut sudah berkembang dengan baik. Komoditas yang dibudidayakan antara lain ikan nila merah, hitam dan mas. Jenis ikan Nila untuk memenuhi pasar lokal dan ekpor (Jepang dan Amerika Serikat).
b. Potensi Budidaya Air Payau
Lahan utama yang potensial bagi pengembangan usaha pertambakan terletak di daerah hutan bakau. Saat ini kerusakan hutan bakau di Jawa Tengah cukup tinggi yakni sekitar 92.471 ha sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas usaha budidaya tambak, terutama untuk komoditas udang. Lokasi perikanan budidaya air payau berada di pantai utara Jawa Tengah sepanjang lebih kurang 453,9 km yang membentang dari Kabupaten Brebes sampai Rembang serta sebagian kecil pantai selatan. Berdasarkan tingkat penerapan teknologinya dikelompokkan menjadi tambak intensif, semi intensif dan tambak tradisional. Total produksi tambak terdiri dari prosukdi udang sebesar 14.752,6 ton dan ikan lainnya sebesar 58.935,4 ton (ikanbandeng 36.385,6 ton, mujair 2.304 ton, belanak 1.015,9 ton, kakap 410,7 ton dan lainnya 3.410,9 ton).
c. Potensi Budidaya Laut
Budidaya perikanan laut di Jawa Tengah tidak terlalu berkembang , karena poyensi lahan yang dapat dimanfaatkan terbatas. Perairan laut Jawa Tengah kurang memiliki syarat usaha budidaya seperti lokasi yang tidka tercemar dan perairan yang tenang. Potensi budidaya laut yang memenuhi persyaratan untuk pengembangan budidaya hanya berkisar 4.000ha. Lokasi tersebut terdapat di sepanjang pantai utara dan selatan Jawa Tengah meliputi perairan pantai Kabupaten Jepara, perairan pada gugusan pulau-pulau Karimunjawa, perairan pantai Kabupaten Rembang dan perairan pantai Kabupaten Kebumen. Komoditas utama yang dikembangkan di perairan sekitar Pulau Karimunjawa meliputi ikan kerapu bebek, macam, lumpur dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA).
Kelembagaan Perikanan Budidaya
Kelembagaan kelompok : Unit Pelayanan Pengembangan (UPP), yang merupakan gabungan Kelomok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) terdapat di 28 kab/kota (dari 35 Kab/Kota) Agar kebijakan pengembangan perikanan peikanan budidaya di Jawa Tengah dapat terlaksana, maka strategi yang ditempuh melalui :
a. Pengambangan sistem usaha perikanan budidaya;
b. Pengembangan Prasarana perikanan budidaya;
c. Pengembangan sistem perbenihan;
d. Pengembangan sistem produksi;
e. Pengembangan sistem pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan; dan
f. Pengembangan sistem administrasi dan kelembagaan.
Peluang Usaha bagi investor di Propinsi Jawa Tengah antara lain :
* Pengembangan budidaya karamba jaring apung (KJA) melalui kemitraan dengan para pembudidaya/ pokdakan;
* Pembangunan pakan ikan.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Rabu, 15 Desember 2010
Penyakit Ikan : Dactylogyriasis (Cacing Insang)
Penyebab : Dactylogyrus spp., Cychlidogyrus spp., Quadricanthus spp.
Bio-Ekologi Patogen
• Ekto-parasit yang bersifat obligat parasitik dan berkembang biak dengan bertelur
• Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih. Penularan terjadi pada saat face infektif (Onchomiracidium).
• Dactylogyrus spp. memiliki 2 pasang titik mata, dan pada ujung kepalanya terdapat 4 buah tonjolan. Cychlidogyrus spp. bentuknya lebih pipih pada kedua ujungnya, dan hanya memiliki sepasang titik mata. Quadricanthus spp. bentuknya
mirip Dactylogyrus spp., dan memiliki host species specific target yaitu kelompok ikan catfish.
• Infeksi berat dapat mematikan 30-100% dalam tempo beberapa minggu
Gejala Klinis :
• Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban
• Frekwensi pernapasan meningkat, produksi mukus pada insang berlebih dan sering meloncat-loncat
• Berkumpul/mendekat ke air masuk
• Insang pucat atau membengkak sehingga operkulum terbuka
Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi
parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ insang.
Pengendalian :
• Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air > 29 derajat celcius
• Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
• Ikan yang terserang Dactylogyriasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain:
✓ Larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000
ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam
✓ Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
✓ Larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih
✓ Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3 – 4 kali
sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010
Senin, 13 Desember 2010
Ragam Jenis Komoditas Budidaya laut
Budidaya laut merupakan salah satu subsektor perikanan budidaya yang pengembangan berada dalam area terbatas. Biasanya letaknya di daerah yang memiliki ketenangan arus. Budidaya laut seperti halnya pada budidaya air tawar dan air payau juga harus didukung dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung pembudidayaan ikan di laut. Pembudidayaan ikan di laut selain memiliki ketenangan arus tertentu, juga memperhatikan tingkat salinitas, kejernihan air , pencahayaan dan kedalaman air lautnya.
Budidaya laut merupakan salah satu subsektor yang sampai dengan saat ini merupakan unggulan perikanan budidaya dalam meningkatkan volume produksinya. Volume produksi baik menurut komoditasnya ataupun menurut daerah penghasilnya secara nasional didominasi oleh produksi komoditas budidaya laut seperti rumput laut yang produksi mencapai hampir 2/3 dari total produksi nasional.
Walaupun masih kalah dibandingkan subsektor budidaya air tawar namun produksi budidaya laut tidaklah dapat dipandang sebelah mata. Apalagi jika melihat data produksinya yang hampir didominasi oleh rumput laut dari budidaya laut. Umumnya komoditas budidaya laut memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di pasaran baik dalam negeri maupun luar negeri. Pasar untuk komoditas budidaya laut pun masih sangat terbuka dan sebagian besar komoditas budidaya laut di ekspor keluar negeri dengan nilai jual yang cukup tingggi. Ada beberapa komoditas yang sudah dapat dibudidayakan dan dikembangakan oleh daerah-daerah yang ada di Indonesia, antara lain yaitu :
1. RUMPUT LAUT
Rumput laut adalah komoditas unggulan di perikanan budidaya subsektor budidaya laut. Rumput laut selain dapat di budidaya di laut juga dapat dibudidayakan di air payau, namun jenisnya berbeda. Rumput laut yang sering dibudidayakan dan dikembangkan diperairan laut selama ini memiliki nama ilmiah euchema cottonii. Sedangkan untuk jenis yang dibudidayakan di air payau adalah Gracilari sp. Rumput E. cottonii ini dikembangkan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan rumput laut begitu cepatnya. Bahkan data tahun 2009 rumput laut E. cottonii hampir menembus tiga juta ton. Sentra budidaya rumput laut cottonii terdapat di pulau sulawesi terutama di provinsi sulawesi selatan, sulawesi tengah dan sulawesi tenggara. Diluar pulau sulawesi sentra budidaya rumput laut jenis ini terdapat di provinsi nusa tenggara timur dan provinsi jawa timur. Geliat pengembangan budidaya rumput laut jenis ini sudah berkembang di luar pulau sulawesi. Bahkan beberapa provinsi menunjukan peningkatan volume produksi yang cukup tinggi.
2. BANDENG
Bandeng adalah komoditas budidaya laut yang dapat juga dibudidayakan di tambak. Ikan ini memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan memiliki rasa yang enak. Pada beberapa daerah ikan ini menjadi makanan khas daerah tersebut. Tidak banyak daerah yang membudidayakan bandeng di laut. Berdasarkan laporan dari daerah-daerah yang sampai ke pusat melalui buku statistik provinsi hanya provinsi Bali dan Provinsi DKI Jakarta saja yang mengembangkan budidaya ikan bandeng di laut. Memang jika melihat sejarahnya ikan bandeng lebih dikenal sebagai ikonnya ikan budidaya tambak. Padahal ikan bandeng yang dibudidaya di karamba jaring apung di laut memiliki keunggulan yaitu tidak bau lumpur. Sementara bandeng yang ada di tambak biasanya berbau lumpur .
3. KERAPU
Sama halnya dengan ikan bandeng, ikan kerapu juga dapat dibudidayakan di tambak. Bedanya ikan kerapu lebih dikenal dan banyak di budidaya di laut daripada di tambak. Kerapu memiliki tujuh genus yang dikenal di Indonesia, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Chromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan Variola. Dari ketujuh genus tersebut yang memiliki nilai komersial adalah genus Chromileptes yang diwakili oleh jenis kerapu bebek, Plectropomus diwakili oleh jenis kerapu sunu, dan Epinephelus yang diwakili oleh jenis kerapu macan. Ikan kerapu dibudidayakan hampir di seluruh daerah di Inonesia. Sentra budidaya ikan kerapu du laut terletak di provinsi Maluku, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan Lampung.
4. KAKAP
Ikan kakap juga dapat dibudidayakan di laut dan di tambak. Kakap yang dibudidayakan ada dua jenis yaitu kakap putih dan kakap merah. Ikan kakap termasuk ikan yang memiliki toleransi cukup besar terhadap kadar garam. Ikan kakap juga merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis baika untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk pasar internasional. Budidaya ikan kakap di laut terdapat di provinsi DKI Jakarta , Kepulauan Riau dan beberapa daerah di Indonesia timur. Pada tahun 2009 produksi tertinggi kakap dihasilkan oleh provinsi kepulauan riau.
5. BERONANG
Ikan beronang memiliki nama ilmiah Siganus sp. Ikan ini sebenarnya cukup potensial untuk dikembangkan. Ikan ini termasuk ikan yang memiliki daging yang gurih dan disukai banyak orang. Sifatnya primary herbivor, suka memakan plankton dan makanan buatan. Ikan ini termasuk komoditas yang mudah dibudidayakan karena mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kadar garam dan tingkat suhu. Ikan ini di alam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sementara lokasi budidayanya terletak di provinsi kepulauan riau, papua dan maluku berdasarkan laporan data statistik dari setiap provinsi yang ada di Indonesia.
6. TERIPANG
Teripang termasuk komoditas perairan laut yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Nama latinnya Holothuroidea. Teripang biasa disebut juga sebagai timun laut. Komoditas ini biasa ditemukan di daerah pasang surut air laut sampai dengan daerah laut dalam. Teripang yang dalam bahasa inggrisnya disebut sea cucumber, memiliki manfaat antara lain dapat dijadikan penyembuh luka, pencegah osteoporosis, anti kanker dan anti tumor serta dapat mengendalikan kadar gula darah. Sentra budidaya komoditas teripang sendiri terdapat di provinsi Maluku dan Papua.
7. KUWE
Ikan kuwe memiliki nama ilmiah Caranx sexfasciatus ini memiliki kebiasaan yang unik. Ia dikenal sebagai ikan yang senang bercengkerama dengan teman sebayanya. Ikan ini termasuk dalam golongan ikan predator yang hidup di daerah karang dangkal di perairan terbuka. Ikan yang tergolong sebagai ikan buas ini hidup dengan membentuk gerombolan. Ikan ini sudah dapat dibudidayakan. Daerah yang mengembangkan ikan kuwe sebagai ikan budidaya adalah provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Nusa Tenggara Timur dan sebagian provinsi yang ada di pulau Sulawesi.
8. KERANG
Kerang termasuk komoditas laut yang sudah dapat dibudidayakan. Kerang masuk dalam kategori hewan bertubuh lunak atau mollusca walaupun ia memiliki cangkang yang kerang. Ada berbagai macam jenis kerang yang ada di perairan Indonesia. Namun kerang yang sering dibudidayakan antara lain adalah jenis kerang darah, kerang hijau dan abalone. Kerang merupakan komoditas dengan pangsa pasar yang masih sangat terbuka. Komoditas ini dikenal sebagai makanan dengan nilai eksklusif tinggi. Beberapa daerah yang mengembangkan budidaya kerang antara lain provinsi Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
9. UDANG BARONG
Udang barong dikenal dengan nama lobster laut, mencari makanan pada malam hari dan suka tinggal di dalam lubang-lubang. Udang yang memiliki nama ilmiah Panulirus sp ini merupakan komoditas yang sangat potensial. Sama halnya dengan udang yang lain, komoditas ini memiliki nilai jual yang cukup lumayan. Komoditas yang memiliki nama inggris Spiny lobster ini, pembudidayaannya terdapat di provinsi Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Timur.
Sampai dengan saat ini, komoditas budidaya laut yang pengembangan cukup baik adalah seperti tersebut di atas. Budidaya laut selain budidaya air payau dan budidaya air tawar sangat diandalkan oleh perikanan budidaya untuk terus berkembang dalam peningkatan produksi baik dari sisi volume maupun dari sisi keberagaman jenis yang dibudidayakan.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Si Bongkok Menggeliat
Harga udang naik lantaran permintaan pasar meningkat menjelang akhir tahun
Veri Nurhansyah
JAKARTA. Menjelang berakhirnya tahun 2010, para pebu-didaya udang diterpa angin segar. Sebab, harga udang dunia semakin naik seiring meningkatnya permintaan udang di pengujung tahun.
Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Setiawan menyebutkan , selama November hingga Desember 2010, harga udang ekspor naik hingga menyentuh Rp 60.000 per kilogram (kg). Harga ini melesat dari bulan-bulan sebelumnya yang hanya berada di kisaran Rp 35.000 - Rp 40.000 per kg.
Tentu saja, meningkatnya harga udang ini menguntungkan dan membuat produsen udang lebih lega. "Dengan hargajual udang sekarang ini, pebudidaya lebih bisa berekspansi dengan menambah lahan tambak agar produksinya meningkat," ungkap Iwan.
Iwan berpendapat, salah satu penyebab naiknya harga udang dunia belakangan ini adalah ketidakseimbangan antara volume produksi dan permintaan. Sepanjang 2010, terdapat gangguan produksi di beberapa negara produsen.
Sejumlah negara melaporkan penurunan produksi di saat permintaan udang dunia sedang membaik. Kenaikan tertinggi berasal dari pasar Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang saat ini mulai memasuki musim dingin.
Menurut Victor Nikijuluw, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), selain kenaikan permintaan menjelang musim dingin, kenaikan harga udang lebih banyak dikatrol oleh kenaikan permintaan untuk konsumsimenyambut Natal dan tahun baru.
Maklum, dalam menyambut Natal dan tahun baru, ada kebiasaan tahunan, konsumen membeli udang lebih banyak untuk disantap bersama dengan keluarga dan tamu.
"Timpangnya produksi dan permintaan ini membuat harga udang naik belakangan ini," kata Victor.
Kenaikan pemintaan udang tertinggi, menurut Victor, berasal dari AS dan Eropa. Saat ini, pasar udang di AS sedang kesulitan pasokan lantaran Amerika Selatan yang selama ini memasok udang sedang terganggu produksinya akibat tumpahnya minyak di Teluk Meksiko sejak April silam.
Dampak tumpahan minyak itu masih dirasakan sampai akhir tahun ini. Buktinya, kapasitas produksi udang di Chile, Ekuador, dan Meksiko melorot tajam. Padahal, selama ini, kawasan ini memasok 20% kebutuhan udang di AS. Selain soal pencemaran laut, tambak-tambak udang di Amerika Selatan sedang menghadapi serangan virus.
Kondisi kurang lebih santa juga dialami para pebudidaya udang di Indonesia Tahun ini, produksi udang tidak jauh berbeda dari produksi tahun lalu. Penyebabnya adalah pro-ses pemulihan produksi setelah terserang penyakit masih lambat. Hal ini tercermin dari kinerja ekspor udang Indonesia. Sekadar informasi, volume ekspor udang Januari-Agustus 2010 hanya mencapai 94.867 ton atau senilai US$ 840 juta.
Kinerja ekspor ini turun sekitar 5,76% dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 100.668 ton dengan nilai sekitar US$ 888 juta. Salah satu penyebabnya adalah sebagian tambak besar belum pulih beroperasi setelah serangan virus tahun lalu.
Virus sudah teratasi
Meski begitu, sampai akhir tahun ini, ekspor udang masih mungkin membaik. Harapannya bertumpu pada produksi anggota SCI yang kebanyakan merupakan petambak menengah dan kecil, serta tambak rakyat. Geliat produksi petambak kelompok ini sudah terlihat belakangan ini.
Iwan bahkan berani mema-tok target produksi anggota SCI bisa mencapai 130.000 ton atau naik dibandingkan tahun lalu sekitar 100.000 ton. Kenaikan produksi itu terjadi lantaran sebagian petambak berhasil mengatasi serangan virus white spot syndrome yang meraja lela sejak tahun lalu. "Dengan panen yang lebih bertahap dan pengelolaanyang lebih sabar, virus itu berhasil kami jinakkan," kata Iwan.
Meski begitu, Iwan belum berani mematok target kenaikan produksi pada tahun depan. Sebab, produksi udang sangat bergantung dari harga jual. Jika harga baik, petam-bak udang akan bersemangat menaikkan produksi. Begitu pula sebaliknya
Meski petambak optimistis, KKP masih memperkirakan, produksi udang tahun ini belum mencapai target sebesar 350.000 ton. Sumber masalahnya adalah perusahaan tambak terbesar di Asia yang berada di Lampung belum beroperasi secara normal. Tapi, KKP optimistis, produksi bisa mencapai 300.000 ton.
Victor bilang, sampai tahun 2014, pemerintah mematok target produksi udang sebanyak 700.000 ton. "Salah satu upayanya adalah membangun pusat induk atau Broodstock Center di Karangasem, Bali, baru-baru ini," jelasnya
Selain menggenjot produksi, KKP juga berusaha meningkatkan nilai tambah produk udang. Selama ini, ekspor udang dari Indonesia hanya dalam bentuk/rozen shrimp. KKP berencana mendorong produsen mengekspor dalam bentuk olahan, seperti udang kaleng.
Sumber : Harian Kontan 13 Desember 2010,hal.15
Sabtu, 11 Desember 2010
Produksi Patin dari Kalsel
Ikan patin merupakan satu diantara sepuluh komoditas unggulan perikanan budidaya. Ikan yang termasuk dalam cat fish ini sangat diminati di pasar lokal maupun internasional. Karena itu upaya pengembangan patin di tanah air terus dilakukan.
Salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melakukan kegiatan pengembangan budidaya ikan air tawar adalah Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Mandiangin. BBAT ini merupakan salah satu UPT Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) yang terletak di Desa Mandiangin Barat Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan (Kal sel).
Terkait pengembangan patin di Kalsel, maka diselenggarakan temu lapang guna sosialisasi penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Tujuan utamanya adalah untuk sertifikasi budidaya patin di Kalsel. Acara ini digelar di BBAT Mandiangin di Bincau Kabupaten Banjar Kalsel (24/6).
Dari penyelenggaraan acara ini diharapkan upaya pencapaian target sertifikasi tahun 2010 secara nasional sebanyak 1000 unit usaha/perusahaan perikanan yang bersertifikat atau beberapa unit usaha di Kalimantan Selatan akan segera terwujud. Acara ini dihadiri antara lain oleh Direktur Produksi–Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya beserta staf, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel, Kepala BBAT Mandiangin, Kepala Balai Benih Ikan–Induk Ikan Air Tawar Karang Intan, Kelompok Pembudidaya Ikan Patin di Kalsel dan Kalteng dan lainnya.
Stasiun BBAT Mandiangin di Bincau Sebagai Lokasi Temu Lapang Pembudidaya
Terapkan CBIB Patin
Terkait dengan upaya peningkatan produksi ikan air tawar di Kalsel maka harus dibarengi dengan peningkatan mutu produksinya. Yakni melalui penerapan standar CBIB. Fakta di lapangan menunjukkan, CBIB belum sepenuhnya dimengerti dan juga belum diterapkan oleh pembudidaya. Misalnya pada pengelolaan sumber air sebagai air pasok sebelum digunakan hanya diendapkan (tanpa treatment khusus), penggunaan obat-obat kimia yang belum terdaftar, pencatatan belum dilakukan sepenuhnya, higienitas personal masih kurang, pengelolaan limbah belum dikelola.
Dalam hal pakan, pembudidaya dipusingkan dengan harga pakan yang mahal. Ini karena sekitar 90% bahan baku pakan masih harus didatangkan dari luar negeri. Celakanya, biaya untuk pakan ini mencakup 70% dari total biaya produksi.
Demi menyiasati tingginya harga pakan maka pembudidaya harus didorong untuk membuat pakan secara mandiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Kegiatan ini juga sebaiknya dikelola oleh kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) sehingga mereka tidak bergantung pada pakan pabrik. Ini juga perlu dukungan pemerintah antara lain dengan memberikan bantuan sarana budidaya seperti mesin pembuat pakan ikan sederhana (mesin pelet mini).
Lokal Lebih Mahal
Dari kondisi terakhir tak heran jika harga patin Indonesia lebih mahal daripada patin Vietnam. Vietnam mampu menghasilkan patin murah karena pakannya juga murah dan masa budidayanya singkat. Harga pokok patin Vietnam Rp 6.000–7.000/kg, sedangkan di Indonesia harga pokoknya Rp 8.000–11.000/kg. Sulit bagi Indonesia untuk menyamai harga patin Vietnam. Upaya yang bisa dilakukan yaitu menekan biaya produksi terutama biaya pakan melalui diversifikasi pengolahan hasil patin seperti mengolah ekor, kepala ikan patin, fillet. Ini diharapkan akan memberikan nilai tambah (added value) sehingga bisa bersaing dengan impor patin dari Vietnam.
Sementara itu saat ini pembudidaya berharap ada peluang ekspor Terutama pembudidaya di Banjar Baru. Produksi mereka per hari mampu mencapai 30–60 ton. Sementara di Sungai Batang Ilir Kecamatan Martapura Barat Kabu, salah satu pokdakan yang memiliki 70 kolam mampu memproduksi ikan patin 70 ton/kolam. Potensi produksi patin tersebut diharapkan mampu menembus pasar ekspor dan menggantikan impor patin (fillet) dari Vietnam.Dan untuk itu juga harus menjaga kontinyuitas bahan baku, kuantitas dan kualitas produksi.
Kendala lain adalah pabrik pengolahan (cold storage) patin menjadi fillet masih sangat sedikit di Indonesia. Di sisi lain pasar dalam negeri justru kebanjiran oleh produk patin Vietnam karena harga patin lokal masih kalah bersaing. Patin fillet Vietnam yang telah masuk pasar Indonesia harganya Rp 9.000/kg lebih murah dari Indonesia yang harganya Rp 17. 000/kg.
Padahal dari segi kualitas, patin Indonesia jauh lebih hebat dibandingkan kualitas patin Vietnam. Hal ini dikarenakan sungai Mekong—lokasi budidaya patin di Vietnam—yang mengalir di Vietnam sebelumnya telah melewati China, Thailand, Laos dan Myanmar sehingga sungai tersebut dipastikan juga membawa bahan-bahan cemaran dari wilayah-wilayah yang telah dilewatinya sehingga kualitas airnya menurun.
Dari jenis ikannya, patin Indonesia dan patin Vietnam sebenarnya mempunyai kualitas sama. Hanya di tingkat pengolahan, kualitas patin lokal harus ada pembenahan. Permasalahan olahan daging patin (fillet) antara lainn ukuran panen umumnya kurang memenuhi standar untuk ukuran sebagai fillet. Sementara kisaran ukuran patin untuk fillet adalah 500 gram–1 kg/ekor. Ukuran standar tersebut kerap tak terpenuhi karena banyak pembudidaya yang memanen ikannya lebih cepat dengan alasan agar biaya produksi tidak tinggi.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Jumat, 10 Desember 2010
Pengembangan Minapolitan Telan Rp 584 Miliar
SURABAYA - Program pengembangan kota sentra pengolahan ikan atau minapolitan percontohan di sembilan wilayah di Indonesia yang dikembangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menelan dana Rp 584 miliar.
"Pengembangan minapolitan ini merupakan bagian dari rencana strategis pembangunan kelautan dan perikanan mulai 2010 hingga 2014," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dalam seminar nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan 2010 dengan tema Potensi Sumber Daya dan Iptek Kelautan Untuk Kemandirian Bangsa di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Surabaya, Kamis (9/12).
Dia menjelaskan, dana Rp 584 tersebut dialokasikan untuk tiga program, yaitu pengembangan minapolitan percontohan berbasis perikanan tangkap di sembilan wilayah senilai Rp 364 miliar, minapolitan percontohan berbasis perikanan budidaya di 24 lokasi Rp 149 miliar, serta sentra garam rakyat di delapan lokasi senilai Rp 69 miliar.
"Pemilihan lokasi didasarkan pada persyaratan tertentu, di mana daerah itu punya potensi khusus yang bisa dikembangkan seperti potensi budidaya ikan patin, lele, rumput laut dan sebagainya," ujarnya.
Mengenai lokasi pengembangan minapolitan berbasis perikanan tangkap akan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan Sumatera Utara, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungai liat Bangka Belitung, PPN Pelabuhan Ratu Jawa Barat, PPS Cilacap Jawa Tengah, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan Jawa Timur, PPP Mun-car Jawa Timur, PPS Bitung Sulawesi Utara, PPN Ternate Maluku Utara, dan PPN Ambon Maluku.
Untuk minapolitan berbasis perikanan budidaya dilakukan di 24 lokasi, di antaranya budidaya ikan patin di Muaro Jambi dan Kampar Riau, budidaya lele di Kabupaten Bogor, guramih di Banyumas Jawa Tengah, rumput laut di Morowali Sulawesi Tengah, Sumbawa NTB, dan Sumba Timur NTT.
Fadel juga mengemukakan bahwa pemerintah terus mengembangkan sentra garam yang dilakukan di sembilan wilayah, yakni Aceh. Jawa Barat, Jawa Tengah. Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Program ini merupakan bagian dari visi KKP agar Indonesia penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada 2015. (ros)
Sumber : Investor Daily 10 Desember 2010,hal. 8
Kamis, 09 Desember 2010
Agar Kejayaan Jatiluhur Berlanjut
Waduk Jatiluhur kini kian tercemar seiring dengan terus meningkatnya populasi kantong jaring apung untuk budidaya ikan di sana. Waduk yang berada di wilayah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat tersebut memang telah lama menjadi salah satu sentra usaha budidaya perikanan. Namun perkembangan jumlah usaha itu saat ini telah jauh melampaui jumlah yang diizinkan.
Celakanya, pengelolaan perikanan sumberdaya perairan Waduk Jatiluhur sampai saat ini masih berorientasi kepada peningkatan produksi dan mengabaikan kondisi lingkungan perairan. Akibatnya lingkungan waduk itu kini menuai dampak negatif. baik secara ekonomi maupun terhadap lingkungan perairan terhadap perikanan tangkap ataupun budidaya di sana.
Inilah yang mengemuka dalam Lokakarya Pengelolaan Waduk Jatiluhur di Jatilluhur, Purwakarta beberapa waktu lalu. Pada acara tersebut dinyatakan bahwa peningkatan jumlah unit KJA (Karamba Jaring Apung) yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai masalah. KJA ini merupakan tempat budidaya ikan yang mengkonsumsi pakan. Pakan yang tidak termakan ikan akan menjadi limbah organik. Celakanya, limbah organik ini tidak terurai sempurna akibat ketidakefisienan pakan yang diberikan. Ini menyebabkan limbah organik tersebut menumpuk di dasar perairan dan akan memicu terjadinya eutrofikasi. Yaitu blooming alga (populasi alga meningkat cepat karena perairan yang subur oleh limbah organik yang tak terurai) diikuti dengan munculnya gas-gas yang bisa membunuh organisme lain.
Lokakarya itu juga mengeluarkan data hasil Riset PANELKANAS dari BBRSEKP. Yaitu tentang indikasi adanya kecenderungan penurunan pendapatan, skala usaha dan kesejahteraan nelayan tangkap serta pembudidaya di perairan tersebut. Dari sini diharapkan, ke depan ada formulasi pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk Jatiluhur. Yakni yang tidak hanya terkait bio-ekologis spesies target (ikan) dan habitatnya namun juga terkait dengan sistem sosial ekonomi masyarakat nelayan dan para pembudidaya, jenis dan tingkat teknologi dalam mengeksploitasi sumber daya kelautan perikanan.
Dari kegiatan ini diharapkan diperoleh rumusan pola pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Ini sebagai upaya untuk melindungi sumberdaya perikanan dari kepunahan serta tetap memberikan keuntungan ekonomi bagi komunitas perikanan. Secara umum dari lokakarya tersebut diperoleh rumusan bahwa ke depan untuk pengelolaan Waduk Jatiluhur secara berkelanjutan dan lestari diperlukan beberapa kebijakan. Diantaranya kegiatan pemacuan stock (restocking ikan-ikan tropik level rendah), regulasi budidaya dengan pengurangan jumlah KJA dan penerapan KJA ramah lingkungan, penghijauan di hulu DAS Citarum. Selain itu diperlukan juga sinkronisasi dan harmonisasi aktivitas ekonomi yang ada di Jatiluhur sehingga mampu menjamin keberlanjutan usaha perikanan yang ada. Kemudian adanya penegakan hukum yang tegas, peningkatan partisipasi masyarakat serta adanya kelembagaan usaha yang mampu memberikan jaminan kecukupan kebutuhan hidup yang memadai dan berkelanjutan.
Acara ini dihadiri antara lain oleh Pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat dan kabupaten di lingkup DAS Citarum, peneliti dan akademisi, pengusaha perikanan tangkap Waduk Jatiluhur, pegusaha perikanan budidaya Waduk Jatiluhur, pengusaha industri penunjang Waduk Jatiluhur. Lokakarya dibuka oleh Kepala Balai Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Kegiatan ini merupakan forum untuk mempertemukan pelaku riset, pembuat kebijakan dan pelaku usaha Jatiluhur untuk bertukar pikiran dan mencari solusi bagi kelestarian waduk dan keberlanjutan usaha.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Rabu, 08 Desember 2010
Budidaya Ikan Di Danau Padang Golf
Dalam rangka mengejar target produksi 353 % pada tahun 2015 nanti, Direktorat jenderal perikanan Budidaya tidak main-main dalam memajukan budidaya ikan. Segala bentuk lahan yang sekiranya dapat dijadikan untuk budidaya ikan, akan dijadikan lahan untuk perikanan budidaya.
Belum lama ini, DJPB telah berupaya melakukan terobosan dengan melakukan budidaya ikan nila dan ikan patin di lahan danau padang golf Markas Besar Tentara Indonesia, Cilangkap jakarta.
Dalam satu kesempatan, Sekretaris Direktorat Jenderal, Ir. Syamsuddin, menawarkan untuk melakukan restocking (penebaran benih ikan air tawar) di sebuah danau yang biasa dilewati ketika bermain golf. Ide ini tidak datang dengan sendirinya, namun dari banyak pertemuan dalam berolah raga golf.
Bahwa kepekaan para Pejabat lingkup Direktorat jenderal perikanan pada lingkungan untuk dijadikan lahan dalam budidaya membuat DJPB berkeyakinan, bahwa potensi lahan yang ada di sekitar dapat dijadikann lahan untuk membudidayakan ikan.
Pada tanggal 19 September 2010, sehabis main golf, Sesditjen Perikanan Budidaya, Ir. Syamsuddin dan dampingi pejabat eselon III diterima Letkol Infantri Drs. Eko Nusantara, Mewakili Kepala Padang Golf Mabes Tentara Nasional Indonesia. Melakukan restocking di danau sekitar Lapangan golf.
Jenis komoditas yang ditebar di danau Adapun jenis ikan yang ditebar adalaah Ikan Nila sebanyak 7500 (tujuh ribu lima ratus ribu) benih ikan nila ukuran 5-8 cm, dan sebanyak 7500 (tujuh ribu lima ratus) ikan lele ukuran 5-7 cm). Dalam tiga bulan mendatang hasil restocking ini dapat dipanen.
Letkol Infantri Drs. Eko Nusantara, Mewakili Kepala Padang Golf Mabes Tentara Nasional Indonesia sangat senang dan antuasi dalam acara ini. Menurut beliau tidak menutup kemungkinan di masa mendatang lahan danau ini dimanfaatkan untuk budidaya ikan.
Sementara itu Sisditjenkan Budidaya, Ir. Syamsuddin mengungkapkan di Jabotabek ada sekitar 33 danau serupa, dan dimungkinkan untuk ditebar benih ikan nila, patin dan lele. “restocking di Danau Padang Golf Mabes Ini baru penjajakan. Di masa mendatang kita akan juga menebar benih ikan air tawar lainnya”.
Sesditjenkan Budidaya memproyeksikan, bila ke 33 danau ditebar ikan masing-masing danau di 1 juta ekor. Dalam waktu hanya tiga bulan dapat menghasilkan tak kurang dari 33 juta ton ikan. “katakan ikannya yang hidup hanya 50%. Berarti tak kurang dari 15 juta ton bisa dipanen” ungkap Sesditjen optimis.
Sesditjenkan Budidaya, sedang menebar ikan di Danau PAdang Golf
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Selasa, 07 Desember 2010
Fish Botia
Did you know that to keep the fish Botia really very exciting. For the hobbyist fish is very beautiful to behold. Body shape is slightly flattened and elongated coupled rather round belly shape that is almost straight with a curved dorsal fin is more forward position than his stomach and is the anal fin in pairs, add fish Botia form exotica as ornamental fish. Moreover, the existence of four pairs of tentacles they have.
While Looking at the color hue of his body which has a red base yellowish orange with a bandage or three broad lines of black tape around his body which was very soothing look. There should also note that including fish that have no scales. But be careful when holding this fish because he has the weapons to protect themselves from attacks in the form of shaft under her eyes are hidden and will be out when he felt in danger because he was often called the spiny eye. No one can be when Botia stress reliever medication for maintenance.
Botia, in his book Saanin (1984) mentioned has 2 different species, namely macaracanthus and Botia Botia hymenphysa. In another book written by Kottelat et al (1993), Botia fish has three species, namely macaracanthus Botia, Botia hymenphysa and Botia reversa. All three species are distinguished one of them different amounts of black ribbon around his body. Botia macaracanthus has 3 black bands, Botia hymenphysa have 13-15 black ribbon and Botia reversa has 12 black ribbon. The taxonomy of ornamental fish into the category of family Botia cobitidae. Here's the full Botia fish classification:
* Kingdom: Animalia
* Fillum: chordate
* Class: Osteichthyes
* Subclass: Actinopterygii
* Order: Teleostei
* Suborder: Cyprinoidea
* Family: Cobitidae
* Genus: Botia
* Species: Botia macaracanthus, hymenphysa Botia, Botia reversa
In the wild these fish can reach the size of 30-40 cm, while at the aquarium can reach a maximum length of 11-14 cm. Botia female fish can weigh 80 grams as an adult. While males can reach 40 grams. Age Botia fish including the length. He was able to reach the age of 20 years.
Botia fish which is one of the excellent Indonesian ornamental fish are exported to foreign countries, can be found in the waters stem barito days jambi river in Kalimantan and the characteristics of waters in accordance with Botia fish habitat that likes calm waters, dark and like to hide but he did not like the mud. Fish Botia that this gregarious can live on water quality with a pH range from 5.0 to 7.0 temperature of 24-30 degrees Celsius with dissolved oxygen 5-8 ppm and ammonia levels <1.0 ppm.
Botia fish also known as clown fish because of its shape which resembles this clown has to be done spawning controlled since the 1990's whose research is one of them conducted by BBAT Sukabumi and was successful. So the fears of extinction of these fish due to mass arrests can be answered.
Botia fish hatchery is easy to do. It is important to always maintain the quality of water as provided above. create such conditions place the original habitat by providing paralon to her hiding for example.
Maintenance of water incubated eggs that have hatched and then allow approximately 15-26 hours. Then the larvae fed with tersbut after the age of 3 days. After 25-30 days the larvae will develop into seed Botia Botia fish. The media used were water wells or piped water that has been precipitated and aerated.
source: http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Senin, 06 Desember 2010
Indonesia Siap Swasembada Induk Udang Vaname
Untuk memacu produksi perikanan budidaya, salah satu aspek yang harus disiapkan adalah penyediaan benih bermutu dan induk unggul. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menargetkan produksi udang nasional sebesar 699.000 ton pada tahun 2014 atau meningkat sebesar 74,75 persen selama periode 2010-2014, sehingga diperkirakan membutuhkan benur sebanyak 43,22 juta ekor dan induk sebanyak 2,97 juta ekor. Disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad saat mendampingi Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono meninjau fasilitas produksi induk udang vaname di Balai Produksi Induk Udang Unggul dan kekerangan (BPIUUK), Karangasem, Provinsi Bali hari ini (6/12).
Pengembangan perbenihan dan pemuliaan induk udang merupakan hal yang penting dan strategis untuk dikembangkan. Ketersediaan benih bermutu dan induk unggul mutlak menjadi tuntutan seiring dengan adanya persaingan pasar yang sangat besar di era globalisasi. Hal ini mendorong Indonesia untuk dapat memproduksi benih bermutu dan induk unggul yang tahan terhadap serangan virus dan penyakit. Menurut Plt. Dirjen Perikanan Budidaya, Ketut Sugama menyebutkan bahwa beberapa waktu lalu banyak ditemui kendala dalam pengembangan induk udang, yaitu menurunnya kualitas induk dan benih, yang ditandai dengan pertumbuhan semakin lambat dan tingginya mortalitas. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa permasalahan ini disebabkan karena terjadinya inbreeding (kawin sekerabat).
Keberadaan balai ini dapat mengantisipasi adanya peningkatan kebutuhan induk unggul dan meminimalisasi impor induk udang. Keberlanjutan industri udang nasional sangat tergantung terhadap pasokan induk yang cukup, berkualitas dan terjangkau. Pemuliaan dan perekayasaan serta pengadaan induk udang unggul sesuai dengan road map dan protokol pemuliaan, serta penerapan biosecurity yang ketat, menjadi tuntutan dalam keberlanjutan industri udang nasional. Keberadaan balai ini diyakini dapat menghemat devisa. Sebagai gambaran bahwa harga induk udang vaname import saat ini berkisar $35/ekor dan kebutuhan impor induk pada tahun ini adalah 350 ribu ekor. Selama ini Indonesia mengimpor induk udang vaname dari Amerika Serikat, yaitu Hawaii dan California. Penghematan akan cukup besar sekitar Rp. 100 milyar per tahun mengingat harga induk udang produksi balai ini kurang lebih Rp. 25.000,-/ekor.
Kapasitas produksi induk udang unggul di balai ini mencapai 500 ribu ekor induk unggul per tahun dan akan menjadi pusat penghasil induk udang (broodstock center) terbesar di dunia. Keberadaan broodstock center bagi masyarakat sekitarnya, hubungannya dinilai sangat kondusif karena warga merasakan manfaatnya yaitu dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sebagai pendukung teknis. Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat, ke depan akan dikembangkan teknologi parsial bagi masyarakat berupa aktivitas membudidayakan udang sekitar 10 ton memakai teknologi parsial dengan kualitas yang diharapkan sama dengan Broodstock Center.
Kementerian Kelautan dan Perikanan optimis target peningkatan produksi udang dapat tercapai dengan adanya balai ini. Saat ini, KKP telah memiliki 2 (dua) Pusat Pembenihan Udang Vaname (Broodstock Center). Bulan lalu, KKP juga telah melepas induk udang vaname ”global gen” di Lombok Utara, NTB. Kegiatan usaha pemuliaan induk udang vaname ini memiliki kapasitas produksi sebesar 300 ribu ekor per tahun dilakukan oleh PT Bibit Unggul dan merupakan pihak Swasta pertama di Indonesia
Jakarta, 6 Desember 2010
Kepala Pusat Data Statistik, dan Informasi
sumber : http://www.dkp.go.id
Minggu, 05 Desember 2010
Perkembangan tiga subsektor Budidaya
Perkembangan tiga subsektor Budidaya |
|
Perikanan budidaya terbagi dalam tiga subsektor, yaitu budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya laut. Masing-masing subsektor memiliki karakteristik yang dibedakan dengan media air dengan salinitas tertentu. Budidaya air tawar sendiri memiliki beragam model pembudidayaan dapat berupa kolam, karamba, jaring apung dan sawah. Kolam sendiri masih dibagi dalam dua kategori, yaitu kolam air tenang dan kolam air deras. Walaupun kolam air deras sendiri hanyan ditemui di beberapa provinsi saja. Sedangkan karamba tidak dibedakan jenisnya walaupun di lapangan bisa berbeda-beda bentuk dan bahannya. Jaring apung terdiri dari karamba jaring apung biasanya terdapat di danau atau waduk dan karamba jaring tancap.
Budidaya air payau dan budidaya laut tidak sebanyak pada budidaya air tawar. Budidaya air payau hanya berupa tambak. Sementara budidaya laut dapat berupa karamba jaring apung, long line, metode rakit dan metode lepas dasar.
Perkembangan produksi dari ketiga subsektor budidaya tersebut dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan kecuali untuk subsektor budidaya air payau dikarenakan adanya penurunan produksi udang akibatnya adanya penyakit yang menyebabkan kematian pada beberapa tambak udang seperti tambak udang di lampung yang merupakan penghasil udang terbesar di Indonesia.
Selama tiga tahun terakhir produksi untuk subsektor budidaya air laut mengalami peningkatan sebesar 36,84 persen per tahun, budidaya air payau mengalami penurunan sebesar -5,46 persen pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara untuk budidaya air tawar yang memiliki beragam jenis ikan budidayanya mengalami peningkatan sebesar 14,74 persen.
VOLUME PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA, 2007 - 2009
Kenaikan tertinggi ada pada subsektor budidaya laut sebesar 36,85 persen. Kenaikan sebesar ini lebih disebabkan oleh adanya peningkatan produksi rumput laut yang cukup besar selama tiga tahun terakhir ini. Walaupun adanya penurunan produksi rumput laut di Nusa Tenggara Timur akibat adanya serangan penyakit dan pencemaran lingkungan tapi hal ini tidaklah mempengaruhi laju pertumbuhan produksi rumput laut secara nasional dikarenakan sentra-sentra penghasil rumput laut mengalami kenaikan produksi yang cukup besar utamanya pada provinsi yang terdapat di pulau sulawesi karena memang daerah di pulau sulawesi sangat cocok untuk budidaya rumput laut seperti cottonii. Kenaikan produksi rumput laut selama tiga tahun terakhir sebesar 137,25 npersen pertahun.
VOLUME PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT, 2007 - 2009
Subsektor Budidaya air payau mengalami penurunan pada tahun 2009 dikarenakan adanya penurunan produksi udang. Namun, ikan bandeng yang juga menjadi ikonnya budidaya tambak selain udang mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 11,87 persen per tahun
VOLUME PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU, 2007 - 2009
Pada subsektor budidaya air tawar, semua komoditas utama pada tahun 2009 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan cukup fantastis selama 3 tahun terakhir dialami oleh komoditas ikan patin yaitu sebesar 92,54 persen pertahun, diikuti dengan ikan nila sebesar 26,31 persen per tahun dan ikan mas 26,31 persen per tahun.
VOLUME PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR, 2007 - 2009
Secara garis besar bahwa produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan yang sangat baik selama tiga tahun terakhir, yaitu sebesar 21,43 persen per tahun. Sementara jika dibandingkan antar tahun 2008 dan 2009 secara umum terjadi peningkatan sebagian besar kom0ditas utama. Tentunya direktorat produksi berharap tren positif akan terus berlanjut di tahun mendatang. sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id |
Ikan Botia
Tahukah anda bahwa memelihara ikan botia sungguh sangat mengasyikan. Bagi para penghobi ikan ini sangat indah untuk dilihat. Bentuk tubuhnya yang agak pipih dan agak bulat memanjang ditambah pula bentuk perut yang hampir lurus dengan lengkung sirip punggung lebih depan posisinya dibandingkan sirip perutnya dan bersifat anal berpasangan, menambah bentuk eksotika ikan botia sebagai ikan hias. Apalagi adanya empat pasang sungut yang dimilikinya.
Sementara Memandang corak warna tubuhnya yang yang memiliki dasar merah jingga kekuning-kuningan dengan balutan tiga garis lebar atau pita hitam yang melingkar di tubuhnya sungguh sangat menyejukkan hati yang memandang. Perlu juga diketahui bahwa ikan ini termasuk ikan yang tidak memiliki sisik. Tetapi hati-hati bila memegang ikan ini karena ia memiliki senjata untuk melindungi diri dari serangan berupa patil di bawah matanya yang tersembunyi dan akan keluar bila ia merasa dalam bahaya karena itulah ia sering pula disebut si mata berduri. Tidak salah bila botia bisa menjadi obat penghilang stress bagi pemeliharanya.
Botia, didalam buku Saanin (1984) disebutkan memiliki 2 macam spesies, yaitu Botia macaracanthus dan Botia hymenphysa. Di dalam buku lain yang di tulis oleh Kottelat dkk (1993), ikan botia memiliki tiga spesies, yaitu Botia macaracanthus,Botia hymenphysa dan botia reversa. Ketiga spesies ini dibedakan salah satunya perbedaan jumlah pita hitam yang melingkar di tubuhnya. Botia macaracanthus memiliki 3 pita hitam,Botia hymenphysa mempunyai 13 – 15 pita hitam dan botia reversa memiliki 12 pita hitam. Secara taksonomi ikan hias botia masuk dalam kategori famili cobitidae. Berikut klasifikasi ikan botia lengkapnya :
* Kingdom : Animalia
* Fillum : Chordate
* Kelas : Osteichthyes
* Subkelas : Actinopterygii
* Ordo : Teleostei
* Subordo : Cyprinoidea
* Famili : Cobitidae
* Genus : Botia
* Spesies : Botia macaracanthus,Botia hymenphysa, Botia reversa
Di alam ikan ini dapat mencapai ukuran 30 – 40 cm sedangkan di akuarium dapat mencapai panjang maksimal 11 – 14 cm. ikan botia betina dapat mencapai berat 80 gram setelah dewasa. Sementara jantannya dapat mencapai 40 gram. Umur ikan botia termasuk panjang. Usianya dapat mencapai umur 20 tahun.
Ikan botia yang merupakan salah satu primadona ikan hias Indonesia yang diekspor ke luar negeri, dapat dijumpai di perairan batang hari jambi dan sungai barito di kalimantam yang karakteristik perairannya sesuai dengan habitat ikan botia yang menyukai perairan tenang, gelap dan suka bersembunyi tapi ia tidak menyukai adanya lumpur. Ikan botia yang suka hidup berkelompok ini dapat hidup pada kualaitas air dengan kisaran pH 5,0 - 7,0 suhu 24 - 30 derajat Celcius dengan oksigen terlarut 5 – 8 ppm dan kadar amoniak < 1,0 ppm.
Ikan botia yang juga disebut sebagai ikan badut karena bentukya yang menyerupai badut ini sudah dapat dilakukan pemijahan terkontrol sejak tahun 1990-an yang penelitiannya salah satunya dilakukan oleh BBAT Sukabumi dan sudah berhasil. Sehingga kekhawatiran akan punahnya ikan ini akibat penangkapan besar-besaran dapat terjawab.
Pembenihan ikan botia mudah dilakukan. Penting untuk selalu menjaga kualitas air seperti syarat di atas. buatlah kondisinya seperti ditempat habitat aslinya dengan memberikan paralon untuk dia bersmbunyi misalnya.
Pemeliharaan telur yang sudah diinkubasi air kemudian biarkan menetas kira-kira 15 – 26 jam. Kemudian larva tersbut diberi pakan setelah berumur 3 hari. Setelah 25 – 30 hari larva botia akan berkembang menjadi benih ikan botia. Media yang digunakan adalah air sumur atau air PAM yang sudah diendapkan dan diaerasi.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
Jumat, 03 Desember 2010
Arowana Fish
Arowana fish culture technique itself is actually not hard it's just that it needs high precision and perseverance because Arowana fish should always be kept condition of water, oxygen and food. This fish can be bred in a container such as an aquarium or pond aquaculture.
Water quality is always awake well into the demands of farming this fish. PH of water for farming arowana is actually very wide but is recommended to facilitate maintenance water pH adjusted to actual conditions of water in the natural condition of pH 6.8 to 7.5 and temperature 27-29 C. While the replacement of water to maintain water quality, done as much as 30-34% of the total volume with water deklorinisasi. Replacement of water needs to be done especially if the condition after the rain because rain water can lead to sudden changes in water quality.
Arowana feeding on feed should be given varying containing proteins are very high. Arowana feed to the parent can be given in the form of fish / shrimp trash coupled with a pellet with 32% protein content. The feeding is done every day by the provisions of 2% of total body weight.
Gonadal maturation will occur when the Arowana fish age was 4 years old and had reached a length of 45-60 cm. Spawning will occur throughout the year. Peak spawning will occur between July and December. While there have been spawning the male will guard the eggs in his mouth for 2 months. To remove the existing egg in her mouth male arowana, pull slowly and carefully lower Arowana mouth and then press the soft parts of his body. Larvae were collected and then incubated.
The incubation period in this way is shorter than the normal incubation period which can reach 8 weeks. Incubation was carried out at the aquarium measuring 45x45x90 cm with water temperature 27-29 degrees Celsius and 5 ppm dissolved oxygen. To prevent infection during the handling of the larvae can be used Acriflavine solution of 2 ppm. During this incubation period the larvae do not need to be feed. Larvae feed itself derived from egg yolk which will expire at the eighth week. After that, the larvae must be fed with the first life to prevent the larvae eat each other. At this time the larvae are able to swim freely.
Live food can be given blood worms or fish chicks whose size match the size of the mouth of the Arowana fish. When the larvae had reached the size of 10-12 cm is given a feed of small freshwater shrimp to offset the growth speed.
source: http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
KTM Bahari, Ciptakan Sentra Budi Daya Laut
UPAYA Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi angka kemiskinan telah ditempuh melalui beberapa program pembangunan. Salah satu program yang dilaksanakan adalah melalui transmigrasi. Saat ini, pemerintah punya perubahan paradigma penyelenggaraan transmigrasi, yakni transmigrasi yang dilaksanakan berbasis kawasan sesuai dengan UU No. 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian.
"Salah satu paradigma baru pembangunan transmigrasi adalah pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi untuk mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi serta strategi pemerataan investasi daerah sena menciptakan daya saing daerah", ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muahimin Iskandar.
Hingga saat ini, lanjutnya, telah diidentifikasi peluang usaha atau investasi di 41 kawasan transmigrasi yangmencapai 400.000 hektare. Di antaranya untuk perkebunan kelapa sawit, karet, dan cokelat. Ini termasuk peluang investasi di tiga kawasan transmigrasi untuk sektor kelautan dan perikanan. Kawasan-kawasan ini juga berpotensi menjadi objek wisata agro dan bahari. Selain itu juga masih ada 219 kawasan transmigrasi yang juga berpotensi untuk dikembangkan.
"Pemerintah daerah perlu secara serius mempromosikan potensi daerahnya, termasuk insentif dan kemudahan yang dapat diberikan kepada pelaku usaha yang berinvestasi di kawasan transmigrasi. Tentunya selain kalangan dunia usaha, masyarakat juga bisa menjadi bagian dari pengembangan kawasan transmigrasi tersebut," katanya.
Menurut dia, kawasan transmigrasi harus dikembangkan menjadi pusat pengolahan produksi pertanian (agroindustri center) serta memiliki keterkaitan dengan pusat penumbuhan dan perkotaan. Pembangunan diarahkan untuk mengintegrasikan kawasan per-desaan sebagai kawasan produksi dengan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi.
"Karena itu, pembangunan transmigrasi merupakan bagian dari prioritas pembangunan perdesaan dan pengembangan ekonomi lokal. Semua dalam rangka meningkatkan daya saing daerah," ujar Muhaimin.
Kota Terpadu Mandiri (KTM) adalah kawasan transmigrasi yang pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan sena mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Selama ini kawasan-kawasan transmigrasi yang telah dibangun, ada yang sudah berkembang menjadi pusat-pusat penumbuhan, baik berupa ibukota kecamatan maupun ibukota/kabupaten, walaupun proses tersebut membutuhkan waktu relatif lama, rata-rata di atas 25 tahun. Meski di sisi lain masih dihadapkan pula pada suatu kenyataan, bahwa sebagiankawasan transmigrasi yang telah dibangun belum berkembang sesuai yang diharapkan. Namun, Kota Terpadu Mandiri Bahari Tomini Raya, Kabupaten Parigi Moutong, Pro-vinsi Sulawesi Tengah bisa jadi salah satu contoh kawasan transmigrasi yang potensial kekayaan bahannya.
KTM Bahari Tomirii Raya terletak di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah, mencakup 50 desa pada 4 kecamatan (dengan luas kawasan 1.957,60 km2), yaitu kecamatan Mepanga, Kecamatan Bolano Lambunu, Kecamatan Taopa dan Kecamatan Moutong (Kec. Bolano Lambunu sebagai kawasan inti dan calon pusat KTM berada di desa Bolano Barat).
Perairan pesisir Kabupaten Parigi Moutong merupakan bagian dari perairan Teluk Tomini yang merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia dengan luas 59.500 km2. Teluk Tomini juga merupakan teluk yang cukup subur dan memiliki potensi untuk dikembangkanbudidaya laut Di sepanjang pesisir Kabupaten Parigi Moutong terdapat tanaman Mangrove yang tersebar pada 4 kecamatan, yaitu kecamatan Mepanga, Taopa, Bolano dan Moutong seluas + 2.401,60 ha Mangrove yang berguna sebagai penahan abrasi dan tempat pemijahan biota laut
Perairan wilayah Kabupaten Parigi Moutong terdapat 13 buah pulau-pulau kecil yang tersebar pada 4 kecamatan. Pulau-pulau tersebut memiliki ekosistem yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai industri wisata bahari dan budidaya laut.
"Tujuan dari pembangunan dan pengembangan KTM Bahari adalah menciptakan sentra-sentra komoditas budi daya laut (marine-kultur), baik perikanan tangkap, perikanan budidaya, rumput laut, wisata bahari, agribisnis, dan agroindustri yang mampu menarik investasi swasta untuk menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi transmigran dan penduduk sekitar, serta membuka peluang usaha dan kesempatan kerja", ujar Muhaimin.
Sumber : Rakyat Merdeka 03 Desember 2010,hal.8
Kamis, 02 Desember 2010
Ilmuwan Temukan Dua Spesies Baru
JAKARTA (SINDO) - Para ilmuwan dari Prancis berhasil mengungkap keanekaragaman hayati yang tersembunyi di wilayah timur Papua. Para ilmuwan menemukan dua spesies baru, ikan tanpa mata dan katak yang menggendong anak-anaknya di punggungnya.
Kedua jenis spesies itu terkuak setelah para ilmuwan dari Institut Penelitian dan Pengembangan (IRD) di Montpellier, Prancis selatan, melakukan penelitian di gua-gua, sungai bawah tanah, dan hutan belantara di pedalaman Lengguru, Papua. "Semua temuan ini ditemukan di tempat yang sama. Daerah ini sangat sulit diakses, tapi memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya," kata ilmuwan IRD Laurent Pouyaud.
Selama tujuh minggu, tim termasuk ahli biologi, ahli paleon-tologi, dan arkeolog menjelajahi labirin batu kapur yang luas di mana spesies berevolusi secara terpisah selama jutaan tahun. Dalam salah satuguayangsebelumnya tak dikenal, mereka menemukan spesies baru, ikan tanpa mata atau pigmentasi. "Ikan ini merupakan yang pertama dalam pengetahuan Iata." ujarnya.
Selain kedua jenis spesies baru tersebut, tim arkeologi juga menemukan lukisan gua dan alat-alat yang terbuat dari kuht kerangyang memberi bukti migrasi kuno dari Asia ke benua Australia sekitar 40.000 tahun silam.
Penelitian ini merupakan "langkah pertama" dari proyek berkelanjutan. Program tersebut bekerja sama dengan Kementeri-an Kelautan dan Perikanan Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Keanekaragaman hayati Papua terancam oleh rencana perluasan perkebunan dan operasi pertambangan di daerah itu," kata Pouyaud.
Penemuan ikan tanpamatadan katak yang menggendong anak-anaknya menambah panjang daftar keanekaragaman hayati di provinsi paling timur Indonesia tersebut. Sebuah ekspedisi ilmiah sebelum ini menemukan sejumlah spesies baru di Pegunungan Fo ja, di Pulau Guinea Baru, Papua. Di antaranya katak (Litoria sp nov) mirip Pinokio. Katak ini memiliki benjolan panjang pada hidung yang menunjuk ke atas bila ada ajakan dari jenis jantan serta me-ngempis dan mengarah ke bawah bila aktivitasnya berkurang.
Spesies baru lainnya yang ditemukan adalah tikus besar ber-bulu,tokekbermatakuningberjari bengkok, merpati kaisar, walabi kerdil (Dorcopsulus (p nov) merupakan anggota kanguru terkecil di dunia, serta seekor kanguru pohon ber jubah emas yang sudah sangat langka penampakannya.
Kepala Komunikasi Conservation International (CI) Elshinta S-Marsden menyebutkan, tim peneliti merupakan kolaborasi ilmu-
wan dari dalam dan luar negeri yang berperan serta pada Conservation Interna tionals Rapid Assessment Program (RAP) termasuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada 2008.
Mengenai ikan tanpa mata, pada Juli lalu para peneliti dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, menemukan ikan air tawar tanpa mata yang hidup di gua-gua. Ikan tersebut diberi nama Tetra Meksiko. Ikan tersebut mampu bergerak tanpa bertabrakankarena dilengkapi optik primordium atau cikal bakal mata yang berbentuk embrio. Tetapi hal tersebut mengalami degenerasi dan dengan cepat ditumbuhi kulit setelah menjadi larva.
(AFP/andikahm)
Sumber : Harian Seputar Indonesia 28 Nopember 2010,hal. 12
Rabu, 01 Desember 2010
Perdagangan Perikanan Surplus US$ 1,44 Miliar
Jakarta - Neraca perdagangan hasil perikanan Indonesia mengalami surplus US$ 1,44 miliar untuk periode Januari-Juli 2010. Surplus perdagangan sejalan dengan peningkatan volume ekspor sebesar 31,95 persen dari jumlah 498.516 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai ekspor semester 1-2010 tercatat sebesar USS 1,62 miliar atau mengalami peningkatan sebesar US$ 240 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USS 1,38 miliar. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan ekspor produk perikanan sebesar USS 2,9 miliar pada tahun 2010.
Sementara itu, nilai impor periode Januari-Juli tahun ini tercatat sebesar USS 179,8 juta, dengan volume impor sebesar 179.828 toa Volume impor produk perikanan tersebut mengalami penurunan sebesar 8,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut D Lrj en Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP, Martani Huseini dalam siaran persnya, Senin(29/ll), beberapa komoditas yang nilai ekspornya meningkat adalah kepiting dalam kaleng, rumput laut kering, kepiting beku, mutiara, dan udang beku.
Sementara itu. komoditas perikanan yang mengalami peningkatan nilai impornya adalah agar-agar, lemak, minyak, dan ikan dalam kaleng.
Sebelumnya, KKP juga telah menerbitkan Permen Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia. Permen ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat Indonesia dari peredaran produk perikanan impor yang aman dikonsumsi, tidak menimbulkan penyakit dan membahayakan bagimasyarakat serta kelestarian lingkungan.
Produk hasil perikanan yang pertama kali masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia wajib dilakukan analisis risiko impor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Syarat-syarat lainnya yang diwajibkan bagi produk perikanan impor adalah dilengkapi Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) bidang Karantina Dean dan/atau Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) bidang Mutu dan Keamanan Pangan dari instansi yang berwenang di negara asal.
Perlu Sertifikat GAP
Untuk hasil perikanan dalam bentuk beku, penggelasan (glazing) maksimal adalah 20 persen serta memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang label dan iklan pangan.
Sedangkan untuk hasil perikanan budi daya harus dilengkapi dengan sertifikat Good Aquaculture Practices (GAP).
Sebelum dapat masuk ke pasar dalam negeri, produk impor juga harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin (CoO) yang diterbitkan oleh Otoritas Kompeten dari negara asal serta dilampirkan hasil uji laboratorium dari negara asal yang menyatakan bahwa hasil perikanan yang masuk, bebas dari cemaran mikrobiologi, residu, dan kontaminan, serta bahan kimia berbahaya lain- i nya sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau ketentuan lain yang ditetapkan.
Ini mengingat masuknya hasil perikanan dari luar negeri juga berpeluang menjadi media pembawa hama dan penyakit ke dalam wilayah Indonesia, (pr/eff)
Sumber : Sinar Harapan 30 Nopember 2010,hal. 15
Kamis, 25 November 2010
Microsporidiasis (Cotton Shrimp Disease)
Cause: The Microsporidia of the genera Thelohania, Nosema and Peistophora
Bio - Ecology Pathogens
• Named as cotton shrimp disease and / or shrimp milk.
• Having more than 8 spores in each capsule
• Virtually all penaeid shrimp species was reported the least susceptible to infection one type of parasite microsporidia group, although there are indications of specific local
• low pathogenicity, prevalence rates in a population generally not more than 5% and the resulting mortality was also relatively low
Clinical symptoms:
• Parts of the body of infected shrimp white milk and more soft
• white spores spread on the meat / muscle (internal parasites)
• Shrimp weak, easy to stress, decreased appetite, making it easy prey to predators sluggish, and easily die after handling (handling)
Diagnosis:
• Visual observation of behavior and clinical symptoms are quite clear
• Microscopic observation to see the morphology of microsporidia by making preparations for review of target organ infection. The observation that more clear on the characteristics of spores required specific staining.
Control:
• disinfection, drying of pond bottom and water sources that are free of microsporidia
• Shrimp are infected immediately destroyed, in order to reduce the potential for horizontal transmission
• To cut the parasite's life cycle, avoiding the feeding of trash fish infected with microsporidia
• No chemicals are effective for preventing and / or treat diseases microsporidiasis.
source : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya, 2010