Minggu, 20 Februari 2011

Harga Udang Tembus Rekor Tertinggi

Harga Udang Tembus Rekor Tertinggi

Saat ini harga udang vaname mencapai Rp 50.000-Rp 60.00 per kg.

Veri Nurhansyah Tragistina

JAKARTA. Rezeki nomplok udang. Dalam beberapa bulan terakhir ini, harga udang jenis vaname terus meningkat. jika sebelum harganya masih Rp 37.000 -Rp 38.000 perkilogram(KG). kini harga mencapai Rp 50.000 hingga Rp 60.000 per kg. Jadi harganya telah naik 12,5%.

Harga ini tertinggi dalam 10 tahun terakhir," kata Iwan suranto, Ketua Shrimp Club Indonesia (SJI) kepada KONTAN. Rabu (16/2).

Lonjakan harga ini terjadi karna menurunnya pasokan udang vanema, baik di pasar internasional maupun domestik. Faktor lainnya. Brasil dan China, sebagai negara pengespor udang, menghentikan ekspornya karena konsumen udang dinegara meningkat tajam.

"Brasil dan China lebih memilih untuk memasarkan udang di dalam negrinya ketimbang menginspor," jelas Iwan. Celakanya, di saat yang sama, pemerintaan udang dipasar global terus membesar.

Menurut Iwan, faktor utama meningkatkan harga udang karena pasokan berkurang. Di Indonesia sendiri, produksi udang tahun 2010 lalu hanya mencapai 352.600 ton. Jumlah ini lebih rendah dari pada target sebanyak 400.300 ton.

Pelaksana tugas (PIt) Dirjen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ketut Sugama pernah mengatakan, serangan virus MNV menjadi penyebab utama gagalnya produksi udang tahun lalu. Maka. "Banyak tambak di sentra produksi udangmengalami gagal panen, "ujar Ketut.

Kata Iwan, naiknya harga udang seperti saat ini menjadistimulus bagi petambak dalam negri untuk mengenjor produksnya. Pertambak bakal semakin bergairah karena bisa mendapat margin yang lebih besar. "Kalu harganya Rp. 50.000 per kg, kami bisa mendapat margin keuntungan hingga 40%. Lebih besar dari biasanya yang hanya sekitar 10% sampai 5%," tandas Iwan. Karenanya, iya optimis produksi udang tahun ini mencapai 400.000 ton.

Industri pengolahan rugi

Berbeda dengan pengusaha udang yang menangguk untung besar, para pelaku industri pengolahan ikan dan udang justru merugi dengan naiknya harga udang. Thomas Darmawan. Kalau asosiasi pengusaha Pengelolahan dan pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP51). mengatakan banyak pengusaha yang kesulitan karena biaya produksi semakin membengkak. Akibatnya, mereka menurunkan kapasitas produksinya. "Ini membuat ekspor pengolahan udang turun," kata Thomas.

Thomas berharap, pemerintah membuat kebijakan untuk menstabilkan harga udang. Menurutnya, langkah yang bisa diambil pemerintah adalah membuka kembali keran impor udang vaname.

Impor udang ini, menurutnya, pilihan terakhir untuk menompang industri pengolahan di dalam negeri. Jika impor ini dibuka, maka pengusaha akan memiliki pilihan harga udang yang lebih beragam.

Thomas mengak, harga udang di Indonesia lebih mahal dibandingkan Vietnam dan China. Di dua negara itu. udang masih dijual dengan harga Rp. 28.000 hingga Rp 30.000 per kg. Karena itu pemerintah harus membuat trobosan kebijakan untuk menstabilkan harga udang.

"Selain membuka keran impor, pemerintah bisa juga mensubsidi pakan, listrik dan BBM pada pertambak," ujar Thomas. Kebijakan ini diyakini bakal menstabilkan harga udang, shingga bisa mendorong pertumbuhan industri penolahan di dalam negri.

Seperti pernah diberitakan KONTA, akhir tahun lalu pemerintah memperpanjang larangan impor udang vaname. Berbeda dengan larangan sebelumnya yang mencantumkan batasan waktu, larangan kali ini tidak memiliki batasan waktu yang pasti.

Diperpanjang larangan ini didasarkan pada keterangan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang menyebutkan bahwa terdapat 13 virus pada udang vaname yang berbahaya bagi kesehatan udang dan manusia.

SUMBER KONTAN 18 FEBRUARI 2011 HAL 15

Sabtu, 19 Februari 2011

Panen Lele Berusia 45 Hari

Panen Lele Berusia 45 Hari

CIREBON - Kelompok pembudidaya ikan kota Cirebon berhasil panen lele membantu dari Dirjen Budidaya Perikanan KementerianKelautan dan Perikanan (KKP).

Lele yang dipanenhanya berusia 45hari. "Kami panen cepat dan bedasarkan perhitungan besarnya sudah cukup yakni sekitar12 ekor untuk satu kilogram," kata Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) kota Cirebon Enjo Suharjo kepada wartawan, seperti dikutip Antara akhir pekan lalu.

Dikatakannya,panen dipercepat juga dimaksudkan guna menghindari jangan sampai terlalu banyak yang setres dan mati karena cuaca panas.

Ia menjelaskan, Dirjen Budidaya Perikanan KKP memberi bantuan kepada 75 paket lele di kota Cirebon. Satu paket berupa terpal untuk kolam ukuran 5x10 meter, benih ikan sebesar rokok sebanyak 6500 ekor dan pakan sebanyak 650 kilogram.

Enjo menuturkan pengalamannya memelihara ikan sebanyak itu yang mati sekitar 20%. "Hasilnya diharapkan paling sedikit 300 kilogram dan dijual Rp 10 ribu per kilogram," katanya.

Keuntungan memelihara ikan lele dalam kolam terpal, kata Enjo, terhindar dari hama dan penyakit bila dibandingkan dilepas di kolam tanah.

Selain itu, bisa memanfaatkan pekarangan rumah yang sesuai dengan kota Cirebon yang tergolong sempit.

"Sedangkan untuk pemasaran ikan lele masih cukup baik, buktinya begitu kita panen pembeli sudah datang langsung, "katanya.

Upaya peternak ikan lele Cirebon itu juga ikut mendukung program pemerintah menjadi negara penghasil ikan terbesar dunia pada 2015.

Sementara itu Penyuluhan Perikanan Kota Cirebon Nanang mengatakan, sebanyak 75% unit kolam bantuan Dirjen Budidaya Perikanan tersebut berjalan baik.

"Kita saksikan hari ini, salah satu paket bantuan tersebut justru dipanen lebih awal karena sudah memenuhi syarat dari segi berat ikan. Anjuran sekitar dua sampai tiga bulan panen ternyata tidak perlu Cukup 45 hari sudah bisa dipane," katanya.

Sebelumnya Pelaksana tugas (Pit) Dirjen Perikanan budidaya KKP Ketut Sugema mengatakan, paket bantuan kepada pembudidaya merupakan alokasi dan dana APBN untuk KKP tahun 2010. Bantuan itu diberikan kepada kelompok tani, perseorangan, maupun sarjana yang baru lulus kuliah.

"Paket dialokasikan untuk menciptakan lapangan kerja baru. Kalau paket berhasil, kita akan tingkatkan di tahun 2011. Alokasi anggaran untuk perikanan budidaya memang ditambah," kata Ketut.

Ketut mengatakan, perikanan budidaya air tawar yang paling cepat panen adalah lele disusul patin, dan nila. Sedangkan perikanan budidaya air laut yang potensial di pasar ekspor adalah kerapu.

"Ada udang dan bandeng yang tetap potensial dan menjadi primadona kita untuk pasar ekspor," kata Ketut

Ketut menambahkan, perikanan budidaya yang akan dikembangkan dalam skala besar berupa minapolitan. Kini, KKP telah menetapkan dan menjalankan 24 kawasan minapolitan.

Kawasan minapolitan itu akan dikelola secara terpadu di mana sektor hulu dan hilir menyatu.

"Di satu kawasan ada uasaha hulu yang produksi dan usaha hiril untuk pengelolanya. Sudah saatnya kita mengembangkan usaha terpadu agar produk yang kita ekspor sudah punya nilai tambah," kata Ketut.

Dia menambahkan, dari24 minapolitan percontohan tersebut 11 diantaranya sudah memiliki master plan.

Pihaknya mengharapkan 13 kawasan minapolitan lainnya dapat menyusul untuk memiliki masterplan namun jika hal itu dilakukan sekarang maka sudah terlambat.

"Kalau memang potensinya berkembang maka akan dipercepat. Namun kalau memang sulit dikembangkan maka akan dipindahkan ke daerah lain," katanya, (ant/jjr)

SUMBER INVESTOR DAILY 14 FEBRUARI 2011 HAL 7

Budi Daya Ikan di Lahan Sempit

Budi Daya Ikan di Lahan Sempit

Dengan metode baru, ikan gurami kini bisa dibudidayakan dilahan sempit, seperti di perkarangan atau sudut,rumah.

Anggapan bahwa budidaya gurami harus dilakukan dilahan sawah yang luas kini tinggal mitos.

Sekarang ini gurami bisa dikolamkan di lokasi apa pun, baik didesa maupun di kota,di kolam terpal,plastik atau bak.

Dengan begitu, ikan gurami dapat dijadikan alternatif masyarakat yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan di lahan sekitar tempat tinggalnya.

Perkumpulan Masyarakat Perikanan Nusantara (Permina) akan menggelar Diklat Budi Daya Gurami di Lahan sempit Sistem Guba BerbasisBiotik Berbasis Probiotik pada Minggu 6 Maret 2011 diKampung Gurami Jambida, Bantul. Yogyakarta, Dengan nara sumber praktis, Pemegang jaringan gurami jawa Kalimantan,petani gurami, dan konsultan agrobisnis.

Selain di kenalkan dengan dasar-dasar budidaya gurami secara benar, Diklat di Gubug Permina ini difokuskan pada praktek langsung dikolam, baik kolam induk, penuluran, pembibitan dan pembesaran, sehingga bisa berjalan interaktif dan aplikatif.

Diklat ini terbuka untuk umum, dapat diikuti siapa saja, pensiunan, karyawan, ibu rumah tangga, karang taruna, dai, guru maupun para sarjana penggorak perdesaan

SUMBER MEDIA INDONESIA 18 FEBRUARI 2011 HAL 20

Kamis, 17 Februari 2011

PRODUKSI PERIKANAN NAIK

PRODUKSI PERIKANAN NAIK



[JAKARTA] Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad memaparkan,produksi perikanan indonesia tahun 2010 mencapai 10,83 juta ton atau naik 10,29% dibandingkan 2009 sebanyak 9,82 juta ton.


Target produksi perikanan sampai 2014,di patok 22,39 juta ton,terdiri atas pasokan dari perikanan budi daya 16,89 juta ton,dan sisanya dari perikanan tangkap.

Dalam sambutannya pada acara Outlook Perikanan 2011 yang di adakan Majalah Trobos dan GMPT(Asosiasi Produsen Pakan Indonesia),di Jakarta,Senin (7/2),Fadel Mengatakan,tahun ini Kementerian Kelautan dan Perikanan(KKP) menargetkan sasaran produksi ikan sebesar 12,26 juta ton.

Angka itu,kata Fadel,meningkat 13% dari produksi tahun lalu yang sebesar 10,85 juta ton.Peningkatan produksi diharapkan diikuti dengan kenaikan tingkat konsumsi ikan.


Data KKP menunjukkan,hingga akhir2010,tingkat konsumsi ikan mencapai 30,47 kg/kapita,meningkat dibandingkan konsumsi tahun 2009 yang sebesar 29,08 kg/kapita.

Fadel menambahkan,upaya peningkatan mutu produk perikanan budi daya untuk mendongkrak konsumsi sudah dilakukan.Untuk itu,KKP menerapkan sertifikasi Cara Budi Daya Ikan yang Baik(CBIB) bagi para pembudidaya ikan.Sampai 2010,sebanyak 650 unit usaha perikanan budidaya sudah disertifikasi.

Selain menghadirkan Fadel sebagai pembicara utama,acara yang mengambil tema Tahun Pertama Menuju 353 itu juga menghadirkan pakar pemasaran Kafi Kurnia yang membahas tentang tantangan dan strategi pemasaran produk perikanan.

Selain itu,pembicara Ketua AP51(Asosiasi Pengusaha Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia)Thomas Darmawan dan Ketua SCI(SHRIMP CLUB INDONESIA)Iwan Sutanto.
[S-26]

SUMBER:SUARA PEMBARUAN 8 FEBRUARI 2011 HAL 11

Rabu, 16 Februari 2011

DISEASE BACTERIA (bacterial DISEASE)

DISEASE BACTERIA (bacterial DISEASE)

1. Red disease (Motile Aeromonas Septicemia)

Cause: Aeromonas hydrophila

Bio-Ecology Pathogens:

• It is a bacterial disease that often occurs at all ages and types of freshwater fish, although the type of bacteria often found in brackish water and marine fish.
• Bacterial infections are usually associated with stress conditions due to: high density, malnutrition, poor handling, poor water quality, extreme fluctuations in water temperature, etc..
• The attack is acute, and if environmental conditions continue to decline, which caused the death can reach 100%.

Clinical Symptoms
• The color of the body dull / dark, decreased appetite, gathered near the drain, visible skin, and excess mucus.
• Bleeding at the base of the fins, tail, around the anus and other body parts.
• Scales loose, sores around the mouth, and other body parts.
• In severe infections, flabby stomach and swelling (dropsy) containing a yellowish red liquid.
• suffocate fish commonly found in surface and bottom of the pond.

Diagnosis:
• Isolation and identification of bacteria through bio-chemical tests.
• Detection of bacterial genes by polymerase chain reaction (PCR)


Control:
• Prevention of early (seed) through vaccination anti Aeromonas hydrophila (HydroVac)
• Disinfection of aquaculture facilities before and during the maintenance of fish
• Giving immunostimulan element (eg addition of
vitamin C in feed) are routinely during maintenance
• Avoiding the occurrence of stress (physical chemistry. Biologist)
• Improve overall water quality, particularly reducing the levels of dissolved organic material and / or increase the frequency of replacement of new water
• Management of fish health in an integrated (fish, environment and pathogens)
• Oxolinic acid at a dose of 10 mg / kg body weight of fish / day for 10 days

source: Ministry of Maritime Affairs and Fisheries of Indonesia, Directorate General of Aquaculture, Fish and Environmental Health Directorate, 2010

Selasa, 08 Februari 2011

PENYAKIT BAKTERI (BACTERIAL DISEASE) Penyakit Merah (Motile Aeromonas Septicemia)

PENYAKIT BAKTERI (BACTERIAL DISEASE)

1. Penyakit Merah (Motile Aeromonas Septicemia)

Penyebab : Aeromonas hydrophila

Bio-Ekologi Patogen :

• Merupakan penyakit bakterial yang sering terjadi pada semua umur & jenis ikan air tawar, meskipun jenis bakteri tersebut sering pula ditemukan pada ikan air payau dan laut.
• Infeksi bakteri ini biasanya berkaitan dengan kondisi stress akibat: kepadatan tinggi, malnutrisi, penanganan yang kurang baik, kualitas air yang buruk, fluktuasi suhu air yang ekstrim, dll.
• Serangan bersifat akut, dan apabila kondisi lingkungan terus merosot, kematian yang ditimbulkannya bisa mencapai 100%.

Gejala Klinis
• Warna tubuh kusam/gelap, nafsu makan menurun, mengumpul dekat saluran pembuangan, kulit kasat, dan ekses lendir.
• Perdarahan pada pangkal sirip, ekor, sekitar anus dan bagian tubuh lainnya.
• Sisik lepas, luka di sekitar mulut, dan bagian tubuh lainnya.
• Pada infeksi berat, perut lembek dan bengkak (dropsy) yang berisi cairan merah kekuningan.
• Ikan mati lemas sering ditemukan di permukaan maupun dasar kolam.

Diagnosa :
• Isolasi dan identifikasi bakteri melalui uji bio-kimia.
• Deteksi gen bakteri melalui teknik polymerase chain reaction (PCR)


Pengendalian :
• Pencegahan secara dini (benih) melalui vaksinasi anti Aeromonas hydrophila (HydroVac)
• Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan ikan
• Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan
vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
• Menghindari terjadinya stress (fisik kimia. biologi)
• Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
• Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan pathogen)
• Oxolinic acid pada dosis 10 mg/kg bobot tubuh ikan/hari selama 10 hari

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010

Rabu, 02 Februari 2011

Isopodiasis - penyakit ikan

Isopodiasis

Penyebab : Nerocilla orbiguyi, Alitropus typus, dll.
Bio-Ekologi Patogen :
• Isopod yang merupakan parasit pemakan darah "blood feeder' yang berukuran relatif besar (10-50 mm), dan tubuhnya terdiri dari beberapa segmen yang dilengkapi dengan sepasang mata.
• Menginfeksi pada semua stadia ikan dan hampir semua jenis ikan rentan terhadap infeksi parasit ini terutama pada ikan-ikan bersisik.
• Menempel pada permukaan tubuh ikan, di dalam mulut, lubang hidung atau tutup insang.
• Penularan terjadi secara horizontal, dan pemicunya antara
lain karena kondisi perairan dan kepadatan yang tinggi.

Gejala Klinis :
• Luka serta pendarahan pada tempat gigitan, dan secara visual parasit ini tampak menempel pada tubuh ikan terutama di bawah sisik atau pada pangkal sirip.
• Hilang keseimbangan, lemah, dan nafsu makan turun.
• Nekrosa pada jaringan insang atau kulit ikan.
• Ikan lambat tumbuh, bahkan sering mengakibatkan kematian karena mengalami anemia atau karena infeksi sekunder oleh bakteri.
Diagnosa :
• Secara visual terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh ikan.

Pengendalian:
• Merontokkan parasit dalam wadah terbatas dengan bahan kimia yang mengandung bahan aktif dichlorfos pada konsentrasi 5 — 7 ppm selama 60 menit.
• Setelah parasit rontok, ikan dipindahkan ke wadah lain untuk mencegah adanya infeksi sekunder oleh bakteri pada bekas gigitan parasit.
• Menggunakan spot light pada malam hari untuk mengumpulkan parasit tersebut pada satu lokasi, kemudian diangkat dengan jaring.


sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010